Balikpapan 1945

Operasi Obo 2: pendaratan besar-besaran terakhir Sekutu melawan Jepang.

2024-09-06 07:49:32 - Galih Adjie Sastrajendra

Pertempuran Balikpapan merupakan bagian dari Operasi Obo yaitu operasi pertama kali yang dilakukan untuk merebut Kota Tarakan di Kalimantan Utara dan dilakukan oleh Hindia Belanda. Pada saat Kota Tarakan dikuasai Jepang, Sekutu berhasil merebut Kota Tarakan dan melanjutkan penyerangan ke Kota Balikpapan. Operasi ini disebut Operasi Oboe 2 yang merupakan lanjutan dari Operasi Oboe.

Operasi Oboe 2 berlangsung antara 1-21 Juli 1945. Operasi Oboe 2 dimulai dengan pendaratan amfibi pasukan Australia yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Edward Mildford di bagian utara Kota Balikpapan bersama pasukan Amerika dan sejumlah kecil pasukan KNIL. Pendaratan dimulai dengan penembakan dan pengeboman besar-besaran oleh Angkatan Laut dan Udara Amerika Serikat dan Australia. Pasukan sekutu berjumlah 33.000 orang yang dikerahkan oleh divisi ke-7 Australia yang berisi brigade infanteri ke 18, 21, dan 25, dan mendapatkan bantuan pendukung dari resimen lapis baja ke-1 Australia yang menggunakan Tank Matilda mk2. 


Sementara itu, Pasukan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dipimpin oleh Laksamana Michiaki Kamada berjumlah 3.100 - 3.900 orang dan sekitar 4000 buruh dipersenjatai untuk membantu mempertahankan Balikpapan dari serangan Australia. Operasi Oboe 2 juga merupakan pertempuran besar penutup Perang Dunia ke-2 di medan front pasifik. 




Pada fajar hari tanggal 1 Juli 1945 pasukan Australia mendarat dengan kekuatan besar-besaran dari darat laut dan udara, US Army dan pasukan Inggris juga membantu pendaratan tentara Australia dengan sejumlah kecil serdadu KNIL. US Air force, RAF (Royal Air Force) RAAF (Royal Australian Air Force) dan US Navy membombardir pertahanan pantai dan tentara Sekutu menerobos masuk pertahanan Jepang dan menguasai kota sepenuhnya pada keesokan harinya. Namun, Sekutu baru bisa menguasai lapangan terbang di timur Kota Balikpapan pada 9 Juli 1945. 


Di medan pertempuran utara dan barat pasukan Jepang mati-matian mempertahankan parit-parit garis pertahanan mereka yang terus digempur oleh tentara Australia. Sementara itu, pertempuran di utara dan barat berlangsung selama 2 minggu. Pertempuran Balikpapan berakhir dengan kemenangan Sekutu.


Untuk mengenang pertempuran dibangunlah tugu peringatan di jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan yang dekat dengan lokasi mendaratnya tentara Australia di Balikpapan. Orang-orang biasa menyebutnya Tugu Australia. Di tugu tersebut terdapat 2 tiang bendera dan berbagai tulisan penjelasan dan peta pertempuran di sekitarnya. Di tugu tersebut juga terdapat pedang perunggu di tengahnya namun sekarang hanya diganti dengan cat hitam. 


Di plakat penjelasan pada tugu tersebut terdapat jumlah korban pertempuran ini, tertulis sekitar 229 pasukan sekutu tewas dan 634 terluka dan di pihak Jepang sekitar 2.032 tewas, dan 63 orang ditawan. Lest we forget yang artinya jangan sampai kita lupa, begitulah tulisan terakhir yang ada di plakat penjelasan. 



Sebenarnya untuk melawan Jepang, armada sekutu merencanakan 6 rencana operasi militer, yaitu Operasi Obo 1 (Tarakan, Indonesia), Operasi Obo 2 (Balikpapan, Indonesia), Operasi Obo 3 (Banjarmasin, Indonesia), Operasi obo 4 (Surabaya dan Jakarta, Indonesia) Operasi Obo 5 (Penyerbuan ke wilayah timur Indonesia), dan Operasi Obo 6 (penyerbuan ke Sabah, Malaysia). Namun, akhirnya hanya 3 yang dilancarkan yaitu Operasi Obo 1, 2, dan 6. 


Menurut Australian War Memorial, sebenarnya penyerangan ke Balikpapan merupakan salah satu operasi yang kontroversial karena Sir Thomas Blamey menyarankan pemerintah untuk menarik dukungannya terhadap Operasi Obo 2. Ia juga berpendapat bahwa Australia tidak bisa menang melawan Jepang di Kalimantan. Namun, Douglas MacArthur, panglima kawasan barat daya pasifik juga pemimpin militer Amerika Serikat tetap merencanakan penyerangan ke Balikpapan. Pendaratan di Balikpapan juga merupakan pendaratan amfibi besar-besaran terakhir oleh Sekutu di Perang Dunia ke-2, dan Operasi Obo 2 merupakan ekspedisi terakhir Australia dalam menyerang Jepang di Asia Pasifik. 


Salah satu kapal milik angkatan laut Australia diberi nama HMAS Balikpapan untuk mengenang salah satu pertempuran besar ini selama Perang Dunia ke-2. HMAS Balikpapan termasuk dalam kapal pengangkut pasukan dan kargo dan termasuk kelas LCH Balikpapan Class yang selain HMAS Balikpapan juga terdapat kapal HMAS Tarakan, HMAS Labuan dan LCH class lainnya. 



“Indonesia itu Terrabellica—wilayah perang,” ujar Saleh As’ad Djamhari, seorang sejarawan militer, purnawirawan, dan sekaligus pengajar di FIB Universitas Indonesia. Saleh pernah mengungkapkan bahwa setiap kali terjadi perang antara dua pihak, perang itu selalu terjadi di Indonesia—Portugis vs. Spanyol, Inggris vs. Belanda-Prancis, dan Australia vs. Jepang. Kendati terjadi di wilayah Nusantara, bangsa ini tidak berpartisipasi dalam pertempuran mereka.

“Orang Indonesia itu sebagai penonton perang yang baik,” ujarnya. “Sampai zaman Jepang, kita hanya menonton dan mendengarkan cerita.”



More Posts