Digital no Kokoro
Bagian II
2025-05-12 14:50:37 - Fifahaulia
_________________________________________________________
“Bagaimana kalau part ini kita ganti dengan gerakan yang lebih intens?” Tanya Kazuto
“Memangnya ingin serumit apa?” balas Miyuki.
Kazuto menunjukkan choreo yang ia buat, setiap gerakan Kazuto diamati dengan sangat baik oleh Miyuki.
“Dou? (bagaimana?), Wakatta? (mengerti?)” Tanya Kazuto setelah selesai memperagakannya.
Sambil mengancungkan jempolnya dan ia jawab “Ha-ii (baik), wakatta (mengerti)”.
Kini mereka berdua menduduki kelas perkuliahan dan sudah menjadi dancer terkenal, dan sudah menjadi rahasia umum, jika Miyuki dan Kazuto tidak terlihat di kelas, berarti mereka sedang di studio dance, juga sebentar lagi mereka akan menampilkan dance mereka dalam acara kampus.
“Prok prok prrok” Kazuto bertepuk tangan setelah selesai berlatih dengan choreo barunya.
“Kamu selalu bisa mengikuti langkahku, aku yakin nanti penampilan kita akan dinikmati banyak orang,” tambah Kazuto sambil merebahkan badannya di lantai.
“Huuuuhh~ kita sudah seperti dua sisi koin, tidak bisa dipisahkan,” jawab Miyuki sambil ikut merebahkan badannya di lantai.
Tak! Tak! Tak! Bunyi jam berdetak.
“Eh? Udah waktunya pulang, ayo siap-siap,” ujar Miyuki setelah beberapa saat.
“Ha-ii (baik),” balas Kazuto, mereka segera bergegas membereskan sudut ruangan yang sekiranya berantakan.
“Mata ne~” ucap Miyuki meninggalkan studio. Kali ini Miyuki terlihat sangat buru-buru untuk pulang. Namun, Kazuto tidak menghiraukan hal itu.
Kazuto segera keluar dari ruangan dan menuruni anak tangga, teman-teman seperti biasa menyapanya dengan hangat, saling sapa dan tersenyum dengan badan yang sedikit membungkuk adalah budaya mereka. Kali ini dingin tak lagi menusuk kulit Kazuto, musim telah berganti, bukan salju yang kini ia lihat, pohon-pohon tidak lagi ditutupi selimut putih, melainkan bunga Sakura sudah bermekaran. Musim semi telah tiba, dan cuacapun berubah menjadi sangat akrab.
“Ah~ Kazuto-san…bagaimana progres latihanmu dengan Miyuki? Kenapa tidak pernah cerita?” Tanya seorang pria berkepala tiga dengan suara beratnya menepuk bahu Kazuto dari belakang, ia adalah orang yang bertanggung jawab atas keberadaan studio di kampus dan apapun acara yang berkaitan dengannya, Masaru, namanya.
“Sensei, Ohayo,” jawab Kazuto langsung menghadap dan membungkuk kepadanya.
“Sampai sejauh ini, kami baik-baik saja, seperi biasa Miyuki dan saya dapat berkomunikasi dengan baik.”
“Syukurlah, kalau begitu, seperti biasa kabari bapak ketika ada kendala.”
“Ha-ii,” jawab Kazuto sekali lagi.
Kali ini juga, Kazuto pulang tidak menggunakan sepeda, melainkan berjalan kaki sembari melihat bunga Sakura yang bermekaran untuk pertama kali setelah musim dingin. Ia menempuh perjalanan sekitar 20 menit lebih dengan berjalan kaki. Selama perjalanan, ia sibuk mampir ke pohon satu dan lainnya hanya untuk melihat Sakura dengan jelas, sesekali ia bermain dengan anjing-anjing yang berkeliaran di taman. Akan tetapi, itu membuatnya terpikirkan sebuah ide. Yozakura Chery Blossom Festivals.
Ia berkenan untuk mengajak Miyuki mengitari taman Sakura pada malam hari dan itu telah menjadi budaya di Osaka, setiap kali bunga Sakura bermekaran para warga akan pergi piknik dan bisa jadi taman-taman di sana penuh oleh mereka. Sebenarnya hal ini sudah sering dilakukan oleh Miyuki dan Kazuto, namun Kazuto sadar bahwa mereka belum pernah melihat dan mengitari taman Sakura pada malam hari.
“Ikkou yo~! (ayo pergi, ya!)” nada Kazuto sedikit memaksa lewat telepon.
“Ii yo!!!! (Ayo!)” ternyata Miyuki pun menginginkan hal yang sama.
Tak terasa, kini mereka sedang mengikuti Yozakura, mereka datang menggunakan Yukata (*versi kasual dari kimono), Miyuki menggunakan motif biru langit dengan ikat pinggang kuning tua, sementara Kazuto hanya mengenakan Yukata berwarna biru tua dilengkapi garis vertikal abu-abu terang di kainnya. Mereka menikmati Sakurayu (teh bunga sakura) dengan berbagai macam makanan seperti dango (kue beras) dan takoyaki. Mereka begitu asyik berbagi cerita dan bersenda gurau selama perjalanan, mereka juga banyak membahas masa-masa sekolah menengah dulu dengan tingkah konyol yang mereka lakukan kala itu. Miyuki pun tidak percaya ia sekarang bisa lebih banyak bicara daripada yang dulu, Ia begitu berterima kasih pada Kazuto.
Tawa dan senyuman malam itu rasanya ingin mereka abadikan. Merekapun segera mengambil photo bersama menggunakan kamera instant, senyum mereka benar-benar mekar, bersamaan dengan mekarnya bunga Sakura. Sehingga malam itu menjadi malam yang begitu bahagia. Sesuai seperti yang diharapkan. Merekapun segera berpamitan ketika melihat jam di toko yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, lampion yang dipasang di pohon Sakura juga sudah mulai redup, sebagian besar warga juga sudah pulang. Mereka juga segera pulang.
___
“Miyuki-CHAN!!!!!! GANBATTEEEEEE!!!” teriak Nanami dari bawah, itu adalah salah satu suara yang bisa Miyuki dengar saking kerasnya, di antara sorakan penonton yang lain. Nama Miyuki dan Kazuto saling bersahut-sahutan. Acara begitu ramai. Syukurlah.
Musik mulai diputar, dibuka dengan alunan piano yang tenang, ikut menenangkan penonton sejenak, mereka membuka gerakan dengan alunan musik yang lembut. Namun, mereka tetap memberikan musik kuat di bagian reff dan segera menampilkan kemampuan mereka yang begitu hebat. Miyuki dan Kazuto bukanlah pasangan dancer yang salah, mereka benar-benar mengimbangi panggung satu sama lain, semua orang bersorak gembira.
“Huaaa~ akhirnya selesai,” Miyuki menjatuhkan badannya di sofa backstage.
Kazuto dengan senyum bangga mendekat sembari memberikan sebotol air mineral pada Miyuki.
“Kazuto, arigatou!” Seketika Miyuki mengganti posisi dan menatap Kazuto dengan mata bulatnya.
“Heeee? NANDE? (kenapa?!)” Kazuto benar-benar terkejut.
“Kalau saja kamu tidak mengusulkan choreo pada hari itu, mungkin penonton tidak akan sebahagia sekarang, maka dari itu aku sangat berterima kasih” Ucap Miyuki sambil menepukkan tangannya berpose salam.
“Ahahahaha, ini juga berkat kamu yang bisa mengikuti gerakanku dengan baik,” Jawab Kazuto dengan tawanya.
“Ini karena kit-” ucapan Kazuto terpotong.
“MIYUKIIIIIII!!!!” siapa lagi kalau bukan Nanami. Tanpa izin, ia langsung memeluk Miyuki, perasaan Nanami sudah cukup dijelaskan melalui pelukannya yang begitu kuat hingga membuat Miyuki tidak bisa bergerak.
“SUGEEEEEEEE (keren banget)” timpal Nanami sambil mencubit-cubit pipi kanan kiri Miyuki. Sejenak, Nanami melihat ke arah Kazuto.
“Ah! Kazuto memang keren dari dulu, tapi Miyuki LEBIH KERENNNN HARI INI,” backstage pun dipenuhi gelak tawa. Karena kedatangan Nanami, semua orang bisa tertawa lebar.
“Yosh! Kalian aku traktir ramen terenak di Osaka!” Suara itu datang dan tangannya langsung merangkul bahu Kazuto. Itu adalah Souta, laki-laki yang bertabur berlian, multitalenta yang tak kalah tampan dengan Kazuto. Apalagi gaya rambut blonde yang sangat cocok dengan warna kulitnya.
“Wah?! Maji de? (beneran?)” Tanya Nanami.
“Eitss….hanya Miyuki dan Kazuto,” iseng Souta sambil menaikkan satu alisnya.
Miyuki pun tertawa kecil melihat itu, begitupun Kazuto, sementara Nanami langsung menggembungkan pipinya sebesar-besarnya. Kesal.
“Hei, ayolah, aku bercanda, ayo kita makan ramen bersama-sama,” tambah Souta.
“SAAAAAA~ (ayo)” ucap mereka semua.
Souta mengajak mereka ke toko Kura Kura Ramen, salah satu toko ramen yang paling banyak dikunjungi di Osaka, apalagi ketika musim dingin, antreannya bisa sangat panjang, bahkan di musim panas pun mie mereka tetap laku keras. Sudah sejak lama Miyuki ingin mencicipi masakan Kura Kura Ramen, karena katanya bumbu mereka seenak yang dibayangkan. Namun bagi Kazuto, ini adalah toko masa kecilnya, karena sejak dulu ia selalu mendatangi toko tersebut setiap pulang sekolah bersama ibunya.
“Menu special, empat orang,” dengan mudah Souta mengajukan hal tersebut kepada pelayan di sana.
“Heeeee? Special?” lagi-lagi Nanami tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.
“Ssstttt” Miyuki segera memberi isyarat untuk memelankan suaranya.
Setelah menu mereka sampai, mereka semua segera menyantap mie tersebut selagi hangat, mie tebal itu terlihat begitu menggiurkan dengan topping yang benar-benar special di atasnya.
“ITTADAKIMASU~ (selamat makan)” ucap mereka bersamaan.
Mie itu segera masuk kedalam mulut mereka, suara seruput mie menandakan mienya sangat lezat, kuah yang tidak terlalu kental itu dengan tambahan telur bulat di dalamnya membuat mie itu semakin semerbak, Kura Kura Ramen memang terenak di Osaka. Tidak ada tandingannya.
“Huaaaa….kenyang~” Ucap Nanami.
“Oh ya, apakah kalian akan tetap berada di studio setelah sekian lama?” Tanya Souta spontan setelah makan.
“Hm~ tampaknya begitu,” Jawab Kazuto.
“Ayolah! Bagaimana si Souta? Itu kan dunia mereka,” Nanami menjawab sambil memasang wajah heran.
“Ya….mungkin saja terpikir hal lain, bagaimana Miyuki?” Souta berbalik tanya ke Miyuki, Miyukipun menjawab dengan jawaban yang sama seperti Kazuto.
“Ya sudah, baguslah, ternyata kalian memang sungguh-sungguh menggeluti hal itu, yuk kita beres-beres,” merekapun bersiap untuk pulang.
“Souta, Arigatou,” Ucap Kazuto saat berdiri. Tampaknya baterai Kazuto sudah hampir habis, matanya mulai sayu, dan Souta menyadari hal itu.
“Ah, tidak apa-apa, ayo cepat kita pulang, kamu tampak lelah,”
Kazuto hanya tersenyum sembari menggaruk tengguknya yang tidak gatal.