Digital no Kokoro

Bagian I

2025-05-12 14:44:40 - Fifahaulia

Awal

“Ssshhh”  desis anak muda yang berbalut jaket parka dan syal kasmir di tubuhnya, langkahnya bergerak menaiki anak tangga, ujung jarinya mulai bersemu merah, napasnya terlihat seperti uap putih, saking dinginnya, ia akan bergidik setiap dua menit sekali. “Kraak”  pintu itu bersuara, ia membukanya dengan cepat dan langsung menyalakan penghangat ruangan. Ruangan yang menjadi dunianya, ruangan yang sekelilingnya di penuhi cermin. Ia segera menggapai satu gulungan handuk yang tersedia di sudut ruangan, duduk dan bersandar di dinding sambil mendekap handuk itu ke mulutnya, berusaha merasakan ruangan yang berubah menjadi hangat. 


Musim dingin di Osaka, tidak akan memberi ampun kepada penduduknya, namun semua orang harus bergerak sedemikian rupa untuk menjalankan aktivitas seperti biasanya. Begitupun dengan anak muda yang masih terduduk di ruangan penuh cermin itu, dengan pakaian kemeja midnightblue beserta celana jeans loose fit, yang sudah jelas menggambarkan kegiatan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Ia melihat jam yang terus berdetak, tanpa membuang menit yang akan datang, ia segera menyalakan musik dengan instrumen sederhana dan mulai melakukan pemanasan. Sekitar lima menit berlalu, ia langsung mengganti irama musik upbeat dan mulai menggerakkan badan mengikuti lagu yang ia putar. Kini rambutnya yang berwarna ash brown dengan potongan rambut wolf cut yang dilengkapi dengan curtain fringe yang lengkap sudah menampilkan keindahannya, ikut bergerak yang membuat dance-nya semakin menakjubkan.


Tiba-tiba pintu berdecit, “Moshiwake arimasen” (maaf *bahasa formal) suara itu terdengar.

“Heee? Miyuki? Kenapa formal sekali?” tanyanya. 

“Aku terlambat,” jawab orang itu, ia datang dengan rambut geraian yang sudah berantakan, menggunakan jaket creamfleece lembut dan celana training modelan wide leg berwarna merah muda. 

“Ahaha, padahal aku juga baru datang,” jawabnya beranjak mendekat menghampiri Miyuki. 

Miyuki menggembungkan pipinya, tanda kesal dengan diri sendiri, ia pun bergegas membuka jaketnya dan mulai pemanasan. 

“Kazuto?!” Sontak suara Miyuki memenuhi ruangan. 

“Ini masih lagu yang lama? Kenapa tidak diganti? Memangnya tidak bosan?” Tanya Miyuki.

“Entah, sejak awal aku menyukai ini, aku pun tidak tahu kapan aku akan berhenti menyukainya,” jawab Kazuto sambil mengangkat bahunya.


Kazuto adalah anak laki-laki yang terlahir ceria, ia memiliki apple cheek yang begitu menonjol, membuat setiap senyumnya terlihat besar. Namun, sepertinya udara dingin membuat senyumannya ikut beku dan justru membuat Miyuki yang pendiam berubah menjadi perempuan cerewet. 


Pertama kali mereka bertemu, di studio dance saat sekolah menengah, Kazuto yang begitu periang dengan percaya diri mengajak Miyuki mengikuti seleksi untuk ekstrakurikuler dance, Kazuto memang tidak berpikir lebih ataupun buruk tentang Miyuki, namun melihat kemampuan Miyuki yang dapat membuat tubuhnya mengalir mengikuti setiap irama membuat Kazuto terpukau, dan justru Kazuto ingin kenal lebih dekat dengan Miyuki. Bagaimana ia bisa melakukan semua gerakan dengan sempurna?


Sejak saat itu studio dance menjadi dunia mereka, mereka berbincang dan berbagi teknik bagaimana menggerakkan tubuh versi mereka, kerap Kazuto dan Miyuki menjadi teman dekat. Di luar studio, dunia mereka hanya sesederhana sekolah, mimpi, ataupun teman, namun dalam ruangan itu mereka menemukan kebebasan dan arti persahabatan sejati.

Bersambung....

More Posts