Mengapa Bahasa Jepang Menggunakan 3 Sistem Penulisan Berbeda?

Tahukah kamu, bahasa Jepang menggunakan 3 sistem penulisan. Lantas mengapa demikian?

2023-09-07 10:49:59 - Muhammad Abdillah Firdaus ブヂ

Siapa pun yang tertarik dengan bahasa Jepang, atau tertarik dengan budaya Jepang, mungkin pernah mendengar bahwa bahasa Jepang menggunakan tiga sistem penulisan atau yang biasa dikenal dengan 3 ‘alfabet’ yaitu kanji, hiragana, dan katakana. Jadi, bagaimana mereka berkembang, dan mengapa harus memakai tiga-tiganya dan tidak salah satu saja? Atau apakah boleh belajar bahasa Jepang hanya mempelajari salah satunya saja?

Pertanyaan di atas biasa ditanyakan oleh seseorang yang baru mulai belajar bahasa Jepang, ataupun penikmat budaya Jepang yang belum memperdalam bahasa Jepang. Untuk awalan, mungkin ada baiknya kita membahas terlebih dahulu satu persatu sistem penulisan ini, sehingga kita memiliki dasar untuk dapat memahami topik ini.

Kita dapat mulai dari yang pertama yaitu hiragana, sistem penulisan yang satu ini memiliki 46 karakter atau 46 huruf. Setiap hurufnya mewakili 1 suku kata, bukan satu huruf seperti di alfabet latin yang kita gunakan sehari-hari. Selain itu terdapat 5 vokal yang digunakan yang tentunya sudah sangat familiar dalam hidup kita yaitu A, I, U, E, dan O. Karena satu huruf sama dengan satu suku kata maka semua hurufnya hidup, kecuali satu huruf yaitu ん, yang dibaca ‘n’. Hiragana biasanya merupakan sistem penulisan yang pertama kali dipelajari, karena memang semua suara di bahasa jepang dapat direpresentasikan dengan hiragana dan relatif lebih mudah. Berikut adalah tabel hiragana.

Yang kedua katakana, untuk sistem penulisan ini kurang lebih mirip dengan hiragana dengan 46 karakter. Lalu kapan katakana dipakai? Katakana dapat digunakan pada saat kita menulis kata serapan dari bahasa asing ke bahasa jepang. Contoh kata serapan yang dimaksud seperti アパート (apaato) yang artinya apartemen. Nah, kata-kata yang seperti ini yang bukan asli dari Jepang dapat ditulis dengan katakana. Contoh kegunaan lain katakana adalah saat menuliskan nama orang asing yang berasal dari luar Jepang, namun terkadang namanya akan terdengar sedikit aneh karena disesuaikan dengan bahasa jepang yang satu hurufnya mewakili 1 suku kata. Contohnya seperti Edward, yang jika ditulis dengan katakana menjadi エドワード (Edowaado). Katakana dapat dibedakan dengan cara melihat banyak garis lurus dan bagian sudut yang tajam, sementara hiragana lebih banyak garis lengkung. Untuk hurufnya dapat dilihat di tabel katakana berikut.

Yang terakhir yaitu Kanji, kalau sistem penulisan yang satu ini biasanya dianggap sebagai monster mengerikan bagi pelajar bahasa Jepang. Kanji merupakan aksara yang berasal dari China yang diimpor ke Jepang sekitar abad ke-4 Masehi, Kanji ada yang terdiri dari 1 guratan sampai yang lebih dari 20 guratan serta jumlah hurufnya yang bukan belasan atau puluhan namun ribuan huruf. Setiap hurufnya mewakili sebuah arti bukan suara, sehingga terkadang satu kanji memiliki berbagai macam cara baca. Dan karena kanji berasal dari China, cara bacanya ada yang berasal dari jepang dan ada pula yang berasal dari China, keduanya masih aktif digunakan hingga saat ini. Untuk membedakan kanji dengan yang lain, biasanya bentuknya lebih rumit dari hiragana atau katakana. Berikut ada beberapa contoh kanji-kanji dasar.

Nah, kembali ke pertanyaan utama, mengapa harus ketiga-tiganya digunakan. Bukankah hiragana dengan 46 huruf cukup untuk menulis semua kata di bahasa jepang. Mengapa kita perlu menghafal 2000 lebih huruf kanji?

Ada tiga alasan utama.

1. Karena kanji muncul lebih dahulu daripada hiragana, dan menulis dengan kanji umumnya memberikan kesan yang lebih berpendidikan dan dewasa. Contohnya, kita dapat menulis taiyou (matahari) sebagai たいよう tetapi akan terlihat lebih kekanak-kanakan dari pada jika menggunakan kanjinya yaitu 太陽.


2. Bahasa Jepang memiliki jumlah bunyi yang sangat terbatas. Hanya sedikit konsonan yang dapat digabungkan, dan setiap suku kata harus diakhiri dengan huruf vokal atau N. Oleh karena itu, bahasa Jepang memiliki banyak kata yang cara bacanya sama tetapi memiliki arti yang berbeda. Contohnya adalah koutai こうたい, namun huruf ini bisa berarti 交代 (pengganti), 抗体 (antibodi), dan 後退 (mundur). Jadi, jika ditulis dalam hiragana saja maka artinya akan ambigu dan tidak jelas.


3. Tulisan Jepang tidak memiliki spasi di antara 2 kata. Sehingga tulisan hiragana saja akan membuat tulisan jepang sulit dibaca, jika mencoba membaca hiragana saja seperti membaca tulisan latin ‘tulisaninijauhlebihsulitdibaca’. Nah, bahasa Jepang biasanya mengikuti pola di mana kanji dan hiragana digunakan secara bergantian, dengan kanji membentuk kosa kata dasar dan hiragana memberikan konteks tata bahasa.


Contoh penggunaannya adalah : 

私はサンドイッチを食べました

(Watashi wa sandoicchi o tabemashita)

私 : Watashi (saya, ditulis dengan kanji)

は ha (partikel penanda topik, dibaca wa)

サンドイッチ: Sandoicchi (Sandwich, ditulis dengan katakana)

を : wo (partikel penanda objek)

食べました: tabe (kata kerja makan) dan -mashita (menandai kata kerja dalam bentuk sopan dan lampau)


DAFTAR PUSTAKA : 


Bagarino, Christine. 2022. "Here's Why Japan Has 3 Writing Systems". Culture Trip, 10 Desember 2022, dilihat 7 September 2023.

https://theculturetrip.com/asia/japan/articles/heres-why-japan-has-3-writing-systems#:~:text=Like%20hiragana%2C%20Japan's%20third%20writing,non%2DJapanese%20people%20and%20women


Baseel, Casey. 2016. "Why Does Japanese Writing Need Three Different Sets of Characters?". JAPAN TODAY, 13 Mei 2016, dilihat 7 September 2023. https://japantoday.com/category/features/why-does-japanese-writing-need-three-different-sets-of-characters

More Posts