Merasa Hatimu Lemah? Coba Baca Ini

Semoga huruf-huruf ini bisa membantumu

2025-09-14 07:43:42 - Gibran

Baik tua maupun muda semuanya pernah merasakan seperti ada yang salah di dalam kehidupan mereka terkhusus ketika sedang mengejar mimpi mereka masing-masing. “Entah kenapa saya dengan mudahnya malas, mager, bahkan stres yang sebenarnya didasari atas kesalahan saya sendiri. Padahal, ini adalah mimpi saya yang penting. Bukankah seharusnya prosesnya bisa dinikmati? Tapi, kok susah sekali menikmatinya dan jika disuruh untuk memperbaikinya…… kenapa bisa terasa begitu berat? Apakah saya yang lemah? Atau sekarang ada yang salah?” ucap hatiku yang seakan-akan telah hancur dan hilang harapan ketika rasa malas itu datang.


Kata kuncinya adalah 'lemah', 'hilang harapan', dan 'malas' yang ketiganya memiliki kesinambungan. Hatimu yang masih berantakan, lemah, dan mudah dikalahkan oleh hawa nafsu akan menyebabkan suatu tindakan yang disebut malas, dan ketika malas yang buruk itu datang kepada dirimu, hatimu yang sebenarnya masih fitri atau suci tidak tahan dan menolak adanya malas. Tapi nafsumu selalu mendorongmu untuk tetap dengan hal itu sehingga yang dikorbankan adalah hatimu dan ketika hal itu kau sadari di akhir, kekecewaan menghampiri, harapan seperti telah pergi, dan menyerah seakan-akan jalan yang terbuka pada saat itu.


Maka, ada beberapa obat yang akan kita bahas untukmu ketika penyakit ini datang:

 


 Niat adalah sumber energi utama kita dalam melakukan suatu pekerjaan apa pun, entah itu belajar, berpikir, sampai melawan hawa nafsu. Singkatnya, semakin besar niat atau tujuan kita maka semakin besar pula energi yang akan kita dapatkan. Maka, apa yang lebih besar daripada Allah teman-temanku sekalian, dan bayangkan saja jika niat itu adalah niat yang ikhlas nan murni yang melakukan suatu pekerjaan karena Allah, maka betapa banyaknya energi yang akan kita dapatkan atas izin Allah SWT. 


Tapi, selain dari hal itu, dengan niat yang ikhlas maka kita juga akan membuat proses ketika berjihad melawan hawa nafsu dan mengejar mimpi kita bernilai pahala, dan perlu ditekankan bahwa agama Islam bukanlah suatu agama yang mementingkan hasil, tetapi Islam adalah agama yang sangat menghargai proses. Sehingga, tidak perlu peduli bagaimana hasilnya, karena yang Allah nilai adalah proses dan ikhtiarnya, bukan hasilnya. Maka, jangan sedih ketika kita kalah lagi dan lagi dengan hawa nafsu kita. Nikmatilah pada setiap momen itu dan bangkitlah, sesungguhnya Allah sudah melihat dan menilai betapa seriusnya kamu untuk kembali kepadanya serta mengejar mimpimu yang tinggi itu. Serta, jangan menjadi orang yang merugi, karena ketika melakukan suatu proses dia tidak mendapatkan pahala sedikit pun yang disebabkan kesalahan dalam niatnya. Rasulullah SAW pernah bersabda "Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya." (HR. Bukhari-Muslim).


Puasa akan sangat membantu kita dalam menaklukkan hawa nafsu, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Wahai para pemuda! Barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena pernikahan itu lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu baginya (seperti) pengekangan." (HR. Bukhari dan Muslim). Maksudnya, hadits ini menyarankan bagi para pemuda untuk menikah sehingga pintu untuk melakukan maksiat bisa lebih tertutup, tetapi jika belum sanggup maka berpuasalah karena dengan berpuasa kita dapat mengekang serta melatih hawa nafsu kita agar dapat tunduk dan atas izin Allah mampu kita kuasai. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dengan redaksi yang berbeda tapi memiliki makna yang sama di dalam kitab Ihya Ulumuddin, beliau menyatakan bahwa puasa memiliki cara yang khas dalam mengendalikan hawa nafsu, caranya yaitu puasa akan memutus aliran energi ke syahwat dan membersihkan jiwa dari kotoran nafsu. Serta, beliau juga menjelaskan bahwa puasa bukan hanya menahan makan-minum, tapi juga menahan syahwat untuk mencapai ketakwaan.



Perbanyak ibadah adalah senjata lain yang bisa kita gunakan dalam masalah ini, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menyatakan yang intinya adalah memperbanyak dzikir adalah cara yang efektif dalam melawan hawa nafsu, karena berdzikir bisa menambah iman dan melemahkan setan. 


Resep obat selanjutnya adalah Tawakkal, satu hal penting yang perlu kita terus lakukan meskipun ketika sedang berada dalam proses menuju impian kita. Karena sejatinya Tawakkal berdiri atas 3 unsur yaitu Ikhtiar, bersandar pada Allah, dan tidak peduli akan hasil. Singkatnya tanpa Ikhtiar maka tidak ada yang namanya Tawakkal, yang akan ada adalah malas karena menjadikan Tawakkal sebagai alasan untuk malas.


Unsur kedua yakni bersandar kepada Allah SWT. Inilah kenapa Tawakkal perlu hadir bahkan ketika berikhtiar, karena sejatinya semua manusia adalah makhluk yang lemah dan tidak ada yang kuat, tetapi yang ada yang terlihat kuat. Sehingga, cara kita untuk bisa menghadapi masalah ini salah satunya dengan cara jangan bersandar kepada sesuatu yang lemah yakni diri kita, otak kita, dan semuanya tetapi bersandarlah kepada Allah sebagai Dzat yang Al-Qowiiy (Yang Maha Kuat).


Unsur ketiga adalah Tidak Peduli akan Hasil. Sama seperti pembahasan sebelumnya, poin ini lebih menekankan bahwa hasil adalah hak prerogatif Allah SWT. Maka, sebagai hamba bukan suatu hal yang baik dan beradab jika kita mengurusi urusan Allah SWT yakni mengurusi hasil, dan poin pentingnya adalah “Cukup Urusi Ikhtiarmu!” untuk hasil biarkan Allah yang memberikan yang terbaik. Mungkin, ada yang bertanya “yang terbaik?” maka jawabannya iya, Allah akan memberikan kita hasil yang terbaik menurut pandangan Allah SWT, dan percayalah pandangan Allah SWT berjuta-juta lebih baik daripada pandangan kita yang sempit. Sehingga, jangan kecewa jika hasil tidak sesuai dengan ekspektasi kita karena sebagaimana yang telah Allah terangkan di dalam penggalan Surah Al-Baqarah ayat 216       


وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”


Sebagai penutup, saya harap apa yang saya tuliskan bisa bermanfaat kepada teman-teman semua yang membacanya, jika dalam teks ini terdapat kebenaran maka sejatinya itu berasal dari Allah SWT dan jika ada kesalahan maka itu murni kesalahan saya selaku penulis serta jika teman-teman ingin menegur saya akan kesalahan itu, jangan ragu untuk melakukannya entah itu menemuinya secara langsung jika sempat atau jika tidak lewat gmail pun saya akan terima.


اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ


وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ







     


sultan0303@mega.sch.id (monggo)

More Posts