Rahasia Di Balik Hujan

Sering kali, air mata turun lebih deras dibandingkan hujan.

2025-09-13 14:02:02 - rizzaarnts

Hujan membasahi lereng gunung yang indah. Hari itu, udara terasa sangat dingin dan langit terlihat gelap tertutupi oleh awan seakan memberi isyarat bahwa hari itu adalah hari yang sangat menyedihkan bagi Mika, seorang gadis remaja yang kini memandangi jasad kedua orang tuanya terbujur kaku tertutupi kain putih. Pada hari itu, dunia Mika rasanya hancur. Di pergelangan tangannya, Mika mengenakan gelang manik-manik yang dibuatkan oleh ibunya tempo hari. Sebenarnya, hari itu adalah hari ulang tahun Mika. Ayah dan Ibu Mika hendak pergi membelikan kado untuk ulang tahun putri mereka itu. Namun, takdir berkata lain, Ayah dan Ibunya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang. Mika merasa sangat terpukul dan belum bisa menerima apa yang ada di hadapannya saat ini. Rasanya, baru kemarin Ayah dan Ibu membelikan Mika sebuah bando setelah ia berhasil menjadi juara kelas saat berusia 8 tahun. Hari ini, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16, Mika membeku di hadapan jasad kedua orang tuanya yang bahkan ia sendiri tak menyangka mereka akan pergi secepat ini. Ini terasa seperti mimpi bagi gadis kecil itu.

Setelah kejadian menyedihkan itu, Mika tinggal di panti asuhan. Tak ada kerabat yang bersedia untuk merawat gadis itu. Apalagi setelah mengetahui kondisi finansial keluarga Mika yang bisa dibilang kurang. Hari-hari di panti asuhan rasanya seperti pisau yang menyayat hati Mika berkeping-keping. Pemilik panti asuhan itu ternyata bukan orang yang baik. Ia tega melakukan eksploitasi anak! Betapa kejamnya. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan itu terpaksa membanting tulang setiap hari demi kesejahteraan sang pemilik panti. Ada anak yang mengemis di pinggir jalan, mengamen, bahkan ada yang setiap harinya menjadi pemulung. Jika anak-anak pulang tanpa membawa uang sepeserpun, mereka akan dihukum tegas oleh pemilik panti tersebut, bahkan tak dibolehkan makan. Pada suatu hari, seorang anak pulang pada malam hari dengan tubuh yang kotor dan tak membawa sepeser uang pun.

“Mm-maaf pak, tidak ada yang mau membeli tisu yang saya jual." kata anak itu dengan nada ketakutan.

Sang pemilik panti langsung memukul anak itu hingga ia terjatuh. 

“Berapa kali sudah saya bilang? Kalau mau pulang harus bawa duit! Kamu pikir hidup di sini gratis, hah?" kata pemilik panti dengan nada marah besar.

Hari-hari berlalu terasa sangat lama dan berat bagaikan langit yang penuh awan mendung. Namun, setidaknya Mika juga memiliki secercah langit terang yang bisa sedikit memperbaiki hatinya yang telah hancur berkeping-keping. Namanya adalah Diko, seorang anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Ia memiliki pekerjaan yang sama seperti Mika, yaitu mengemis di pinggir jalan. Saat pertama kali datang ke panti, yang pertama kali mau berteman dengan Mika adalah Diko. Setiap kali mengemis bersama, Diko selalu membantu Mika karena perempuan itu sering sekali melamun. Pada suatu hari, Mika sedang mengemis di lampu merah, tetapi karena lamunannya, ia tak sadar bahwa lampu sudah berubah hijau. Saat itu, ia hampir ditabrak oleh sebuah truk besar. Untungnya, ada Diko yang sigap menyelamatkannya dari bencana itu. Entahlah, Diko tak tahu beban pikiran apa yang ada di kepala Mika hingga nyawanya hampir menjadi korban.

Namun, sejak tinggal di Panti, Diko tak pernah melihat Mika menangis. Walaupun sering sekali melamun, Mika selalu berusaha untuk menjadi gadis yang membuat lingkungannya ikut tersenyum bersamanya. Meski ia memiliki hidup yang sangat berat, ia berusaha untuk menerimanya dengan ikhlas. Hal itulah yang membuat Diko sangat kagum dengan Mika. Namun, satu hal tentang gadis itu yang paling membuat Diko penasaran adalah, mengapa ia selalu menghilang saat hujan turun? Pada suatu hari, ditengah malam tepatnya, Diko hendak menghampiri Mika untuk pergi ke lantai atas menatap bintang-bintang sembari berpikir apakah dunia ini adil bagi mereka? Itu adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh mereka. Akan tetapi, pada malam itu, hujan turun dengan sangat deras sehingga Diko tak bisa menemukan Mika di manapun. Beberapa kali Miko mengalami hal seperti itu. Suatu hari, ia memberanikan diri untuk bertanya kepada Mika mengenai hal itu. 

“Kak, kenapa kau selalu menghilang saat hujan? Aku juga pernah melihatmu berdiri dibawah hujan itu. Apa yang kau lakukan?" tanya anak beramput ikal itu.

“Kau tahu? Di bawah hujan, tak ada yang bisa melihat tangisanku." jawab Mika.

Suatu hari, saat mengemis bersama, Mika tak sengaja tersandung hingga terjatuh. Uang yang berhasil ia kumpulkan dari hasil mengemis itu berhamburan kemana-mana. Hari itu hujan turun. Saat hendak mengambilnya, sekelompok preman meminta Mika untuk menyerahkan uang itu. Karena Mika enggan memberikannya, preman-preman itu memukuli Mika dan mengancamnya. Tak lama, Diko datang untuk menolong Mika. Pada awalnya, ia berhasil mengalahkan salah satu preman dengan memukulkan kayu, preman itu pingsan seketika. Namun tak disangka, salah satu preman membawa senjata tajam, ia langsung menusukkan senjata itu pada punggung Diko. Pada saat itu juga, tubuh kecil Diko terjatuh. Wajahnya pucat, tubuhnya dingin sekali. Mika menangis tersedu-sedu memegang tubuh Diko yang sudah tak bernyawa. Hatinya terasa sangat sakit. Sejenak, ingatan kelam tentang kepergian orang tuanya kembali. Ya, sakit sekali rasanya. Namun, Mika berjanji akan membalas kematian Diko suatu saat nanti. Entah dengan cara apa, tetapi yang pasti ia akan melakukannya.

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Rintik-rintik hujan mulai menderas. Mika masih terduduk di sebelah tubuh dingin Diko. Tangisannya bercampur dengan air hujan dan gemuruh petir yang menggelegar. Seperti yang selalu ia inginkan, tak ada orang yang bisa melihat ataupun mendengar tangisannya. Itulah rahasia di balik hujan bagi Mika, seorang gadis yang mengalami kejadian terburuk dalam hidupnya saat hujan turun. Seorang gadis yang tak ingin orang lain melihat tangisannya.

More Posts