Apakah kita sudah benar-benar menjadi tuan dari emosi kita?
"Hidup itu singkat, tapi juga panjang. Yang bisa menemanimu berjalan sampai akhir hanyalah dirimu sendiri". Salah satu kutipan dari buku karya Lemon Psychology yang menunjukkan bahwa perhatian terhadap diri sendiri juga sangatlah penting. Lemon Psychology adalah platform yang terdiri dari sekian psikologi yang sudah menangani pasien di seluruh dunia.
Marah, membentak, bahkan mengejek muncul saat keadaan tidak baik-baik saja. Maka dari itu Lemon Psychology membuat buku ini untuk kembali menyadarkan hal-hal yang memicu suasana yang buruk.
Dalam bukunya, Lemon Pschology mengatakan bahwa kita adalah tuan dari emosi kita, maka buku ini akan memimpin kita untuk mengenal siapa diri kita, si Pemilik Emosi.
Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan hubungan antara emosi dan perilaku. Salah satu emosi yang sering kita jumpai yang begitu berhubungan dengan perilaku adalah Smiling Depression, hampir mirip dengan kondisi People Pleaser yaitu kesulitan untuk mengatakan tidak, Smiling Depression adalah orang yang selalu terlihat ceria, bahagia, dan penuh canda tawa, ternyata ada luka yang belum sembuh di obatinya, sehingga ia akan mengorbankan kebahagiaannya untuk orang lain.
Smiling Depression akan berpikir bahwa jika ia menangis ia akan lemah, jika ia menolak ia menjadi orang jahat, jika ia kesulitan ia akan menjadi beban dan lain sebagainya, sehingga orang-orang di sekitar menjadi tidak peduli dengannya karena beranggapan: dia akan baik-baik saja.
Buku ini cocok di baca bagi kalangan remaja yang mana masih kesulitan dalam mengendalikan emosi, bagi para pekerja buku ini berguna sebagai penenang diri saat dalam kesibukan dan hilang kendali terhadap emosi dan perilaku.
Setiap bab yang disampaikan tidak bertele-tele dan diberikan kesimpulan di setiap akhir bab yang memudahkan pembaca untuk mengingat kembali inti dari pembahasan bab.
Sayangnya buku “Don’t Let Your Mood Become Your Attitude” tidak mencantumkan referensi lebih lanjut dan juga catatan kaki, dikhawatirkan bagi pembaca yang berpikir kritis bisa menimbulkan keraguan dalam kepercayaan. Buku ini juga tidak menuliskan pengenalan lanjut terkait Lemon Psychology. Sehingga, pembaca tidak bisa kenal lebih dekat dengan Lemon Psychology melalu profile penulis.
Buku ini sangat mudah dipahami, menggunakan istilah yang familiar di kalangan masyarakat, walaupun buku terjemahan, tidak mengubah tatanan bahasa dalam Bahasa Indonesia, buku ini sangan cocok di bawa ke manapun dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tebal. Sehingga tidak ada alasan untuk melewatkan membaca buku ini.