Akankah Tragedi 98 Terjadi Lagi?
2025-09-04 00:53:05 - ラフィーにはフレイヤがいる🤙😝
Indonesia tidak lagi tenang. Di jalan-jalan, suara rakyat meledak. Bukan karena mereka suka ribut, tapi karena mereka sudah capek. Capek melihat wakil rakyat hidup enak, sementara dapur sendiri nggak ngebul. Capek lihat janji-janji yang cuma jadi poster, bukan solusi.
Semua meletus gara-gara satu keputusan: tunjangan DPR naik. Di saat banyak orang berpikir dua kali untuk beli beras, mereka malah nambah gaji. Rasanya seperti ditampar pakai uang rakyat sendiri.
Tapi yang membuat semuanya pecah bukan cuma itu. Affan Kurniawan, tukang ojek online, tewas. Ditabrak kendaraan taktis Brimob. Dia bukan provokator. Dia cuma bantu demonstran. Videonya viral. Dan rakyat nggak bisa lagi menahan emosi.
Kota-kota besar berubah jadi medan amarah. Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar—semua bergetar. Toko-toko mewah mulai mengosongkan barang. Plaza Senayan laksana bersiap perang. Bukan karena rakyat jahat, tapi karena luka lama mulai terasa lagi. Tahun 1998 terbayang di kepala banyak orang.
Akademisi mulai bicara. Kholidul Adib dari UIN Walisongo berkata, "kalau amarah ini ditunggangi, bisa jadi tragedi lagi". Dan itu bukan ancaman kosong. Rupiah jatuh. IHSG anjlok. Ekonomi ikut gemetar.
Tapi ini bukan sekadar soal uang. Ini soal rasa. Rasa nggak dianggap. Rasa muak. Rasa kehilangan arah. Dulu, 1998 dipicu krisis moneter dan tuntutan reformasi. Sekarang, 2025 digerakkan oleh ketimpangan sosial dan elite yang dianggap hidup di dunia lain.
Pemerintah sekarang ada di titik paling genting. Rakyat sudah bicara. Lewat teriakan, lewat air mata, lewat api. Pertanyaannya: mereka mau dengar, atau terus tutup telinga?
Selengkapnya: Tribun Belitung – Update Demo dan Tragedi Affan Kurniawan Suara.com – Kronologi Penjarahan dan Aksi Massa MSN Indonesia – Profil Korban dan Tuntutan Rakyat