BENCI BERUJUNG TEMAN
2025-09-16 03:19:05 - NareA
Benci Berujung Teman…
Suatu ketika, di sebuah kota asri bernama kota Lhoknga, terdapat sekolah bernama sekolah Sklh 00.
Suatu ketika, di siang hari yang terik murid-murid berlarian menuju kantin sekolah, tepat di depan kantin sekolah terdapat dua orang siswi yang sedang duduk di meja kantin sembari memakan bakso.
Kedua siswa itu bernama Kitty dan Lulu. Lulu dan Kitty berencana untuk bermain ke taman yang berada persis di belakang sekolah setelah mereka pulang dari sekolah.
Bell pun berbunyi pertanda waktunya pulang sekolah, Kitty dan Lulu berjalan bergandengan menuju taman dekat sekolah. Akan tetapi tiba-tiba ketika mereka berdua sedang berjalan bergandengan, Pilly mendorong sedikit tubuh Kitty dari belakang, lalu memutus gandengan tangan Kitty dan Lulu yang sedang berpegangan dan menyusup di tengahnya, “Hai!, kalian mau ke mana?”
Kitty sedikit terkejut dengan kedatangan Pilly yang tiba-tiba menggandeng lengan lulu, ”Aku dan Lulu ingin pergi ke taman,” Jawab Kitty kepada Pilly.
”Oh” Jawab Pilly singkat.
Singkat kata mereka bertiga telah tiba di taman, ”Eh, Lulu lihat ada tukang cilok! kamu mau beli nggak?” Sahut Pilly yang tiba-tiba menarik tubuh Lulu menuju tukang cilok.
”Eh eh,” Lulu terkejut karena Pilly menarik tubuhnya, Lulu segera menahan tubuhnya dan berkata, “Kamu lupa ya Pil kan Kitty nggak suka cilok”.
”Alah itu mah gampang, beli saja buat kita berdua paling juga dia gak keberatan, ya kan Kit?”
Jujur saja aku sedikit keberatan menjawab pertanyaan Pilly, sejujurnya aku juga ingin menghabiskan waktu dengan Lulu sahabatku sejak TK, ingin curhat tentang kehidupan-kehidupanku. Ya tapi mau bagaimana lagi. Lagi pula jarang-jarang juga Pilly menghabiskan waktu dengan Lulu.
“Huh…., aku tidak apa-apa kok tenang saja,” jawabku dengan nada sedikit kecewa.
“Kamu beneran tidak kenapa-napa kan kit?” tanya Lulu memastikan aku baik-baik saja.
”Sudahlah ayo keburu laper nih!” Pilly sudah tidak sabar lalu menarik tubuh Lulu menuju tukang cilok.
Aku memutuskan untuk pergi membeli es krim sebentar, lalu waktu aku kembali setelah membeli es krim aku melihat Pilly sedang menyendiri di bangku taman.
Entah pergi kemana Lulu, aku segera menghampiri Pilly lalu duduk di bangku sebelahnya.
Rasanya sangat canggung, kita hampir satu menit berdiam-diaman dan akhirnya aku memutuskan untuk membuka pembicaraan dengan Pilly.
”Pill Lulu pergi kemana?” tanyaku kepada Pilly.
”Kamar mandi” jawab Pilly singkat.
”Owh oke”, aku dan Pilly terdiam sejenak.
Aku berusaha mencari topik lain agar suasana tidak terlalu canggung.
“Eh, BTW Pill kamu tau nggak ini tahun ke-6 aku bersahabat dengan Lulu, sangat lama bukan? Tidak disangka aku dan lulu bisa bersahabat sejauh ini. O, iya, kamu tau nggak waktu aku ikut lomba olimpiade kemarin minggu. Aku berhasil mendapatkan juara kedua, itu sangat mengejutkan, aku menceritakannya kepada Lulu, ekspresi lulu sangat lucu sekali seperti tidak percaya akan keberhasilanku.” Aku mencoba mencairkan suasana dengan menceritakan cerita-cerita seru dalam hidupku yang belum pernah terbayang bahwa itu akan terjadi, akan tetapi entah topikku yang membosankan atau semacamnya tiba-tiba Pilly berdiri meninggalkanku sembari mendengus kesal.
Aku segera berdiri dan memegang tangan Pilly sembari berkata, “Pil!”, tiba-tiba Pilly mendorong Kitty sehingga Kitty terjatuh dan tersungkur di tanah. Saat Pilly mendorong Kitty, tanpa sengaja Lulu melihat kejadian tersebut. Lulu panik dan segera berlari menolong Kitty.
”Kitty!..., kamu nggak papa?” tanya Pily sembari membantuku duduk di bangku taman. Kalian tau waktu itu muka Pilly seperti hendak menangis.
”Aku nggak papa kok,” jawabku sembari menahan rasa sakit.
”Pil kamu kenapa? Kok kamu sampai tega mendorong Kitty seperti itu? Lihatlah lututnya Kitty sampai terluka loh!” tanya Lulu sembari merasa kesal atas apa yang dilakukan Pilly terhadap teman dekatnya itu. Pilly terdiam sejenak, ia tidak pernah menyangka akan melukai Kitty, kecemburuan Pilly terhadap kehidupan Kitty membuat Pilly berubah bagaikan kupu-kupu kehilangan sayapnya. Pilly mundur perlahan, wajahnya menunjukan kebingungan.
”Aku……,mm..maaf!” ucap Pilly, setelah itu Pilly langsung berlari cepat entah menuju ke mana, meninggalkan Kitty dan Lulu.
‘Hei! Pilly” teriakku panik. Namun Lulu menenangkanku dan berkata bahwa Pilly akan baik-baik saja. Sejujurnya aku sedikit cemas dan tidak percaya, akan tetapi bagaimana lagi? Lututku terluka parah dan tidak memungkinkan untuk berlari mengejar Pilly.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat. Keesokan harinya aku memutuskan untuk bertemu dengan Pilly di kantin. Waktu itu entah kenapa kantin terasa sepi dan aku melihat Pilly sedang menyendiri di meja yang terletak paling ujung. Aku memutuskan untuk menghampirinya.
”Pilly..” panggilku pelan berharap Pilly akan merespons.
”Hm”
Ya…setidaknya dia masih mau merespons meskipun raut mukanya tidak seperti biasanya, kali ini mukanya lebih murung dan kosong, aku memutuskan untuk duduk sedikit berjauhan dengan Pilly karena takut membuatnya tidak nyaman.
”Kamu.., ..kamu..marah sama aku?” tanyaku pada Pilly, awalnya aku sedikit ragu untuk bertanya, tapi mau bagaimana lagi?
”Gak” jawab Pilly dengan nada datar
”Owh…,terus..kemarin itu?”
“Hm”
Aku bingung terhadap respons Pilly. Akhirnya aku memutuskan untuk memegang lengan Pilly, dan tentu saja aku sudah tahu bahwa Pilly pasti akan menepis lenganku. Setelah menepis lenganku, tiba-tiba Pilly berdiri menghadap ke arahku dengan raut muka kesal dan seperti ingin menangis.
Pilly berkata padaku, ”Kamu sadar nggak sih Kit, kamu tuh serakah, kamu selalu lebih unggul dariku dalam bidang akademik, setelah itu kamu juga sangat dekat dengan Lulu!”
Setelah berkata itu Pilly berlari menuju pohon di dekat lapangan sekolah. Aku memutuskan untuk mengejarnya, karena aku masih belum paham apa yang dikatakan oleh Pilly, apa yang dimaksud dengan perkataan bahwa aku egois? Aku memutuskan untuk menghampiri Pilly di dekat pohon, aku berbicara kepada Pilly, walaupun awalnya ia tak ingin berbicara, tetapi lama-kelamaan Pilly mulai bercerita tentangku.
Ternyata Pilly hanya cemburu dengan kehidupanku, ia ingin memiliki banyak prestasi dan sahabat sejati. Aku sedikit terkejut ternyata selama ini, inilah penyebab Pilly benci terhadapku. Waktu itu aku teringat dengan ucapan Peri Putih tentang sifat iri, akhirnya aku menyampaikan nasihat itu kepada Pilly. Nasihat bahwa sifat iri dan dengki dapat menghilangkan kebaikan seseorang sama seperti api membakar kayu bakar, pada akhirnya Pilly belajar untuk ikhlas atas takdir yang ia alami, dan Pilly yakin bahwa setiap orang memiliki keunggulan dan waktu bahagia masing-masing.
Pada akhirnya Kitty, Pilly, dan Lulu berteman baik selamanya, pertemanan mereka bertiga tidak sekedar teman namun mereka juga saling bantu-membantu, bergotong royong, saling menasehati, dan mereka hidup bahagia selamanya.
Pesan moral= Percaya pada diri sendiri,jangan iri kepada orang lian,karena iri itu bisa menjadi awal sebuah kebencian