Sebuah cerita fantasi karya Ahmad Weli bertema persahabatan yang mengajarkan kita untuk tidak merendahkan teman.
Bel sekolah pun berdering. Orlen sedang mempersiapkan tasnya untuk pulang. Tiba-tiba, Lucca menghampirinya.
“Len, kamu ujian IPA dapat berapa?” Lucca bertanya. “Biasa, 69.” kata Orlen.
Tiba-tiba, Kevin datang menghampiri mereka berdua, “Kok 69? Padahal ujiannya tentang bebatuan, lho!” kata Kevin. “Biarin aja, Vin. Namanya juga masih belajar kok.” Lucca memberitahui Kevin. “Kita duluan ya Vin, nanti atau besok ke rumahnya Orlen, ya!”
Lucca dan Orlen pun jalan pulang ke rumah mereka masing-masing.
Keesokan harinya, Orlen dibangunkan oleh alarm ponselnya. Orlen melihat ada pesan dari temannya, Lucca bahwa semua manusia sudah pergi meninggalkan Bumi karena sudah tak layak lagi. Orlen pun memberitahukan temannya, Kevin. Mereka pun melihat peta dari ponsel mereka untuk mencari pesawat angkasa terdekat. Kevin, Orlen, dan Lucca pun bertemu bersama dan berlari menuju pesawat terdekat.
Mereka pun menaiki pesawatnya. Lucca pun mulai mempersiapkan peluncuran pesawat angkasa tersebut.
Penghitungan mundur pun mulai. “3…. 2…. 1…. Meluncur.”
Pesawatnya pun meluncur meninggalkan bumi untuk selamanya.
Sekarang, mereka sedang mendiskusikan siapakah yang lebih berhak untuk mengatur pesawat luar angkasa tersebut.
“Jadi, siapa yang lebih berhak untuk mengendalikan pesawat angkasa ini?” Lucca bertanya.
“Kayaknya sih kamu sih, Luc. Karena kamu yang paling pintar sama hal-hal kaya gini.” Kata Orlen.
“Terus, kamu juga anaknya dari astronot.”
“GAK!” Kevin berteriak tidak bersetuju
“Pokoknya, aku yang harus mengendalikan pesawat ini karena aku yang paling kuat!”
“Tapi kan, kamu gak tau cara mengoperasikan pesawat ini.” Kata Lucca
“Gak mau tahu!”
“Kevin, kamu jangan gitu…. Kita harus sepakat siapa yang mengendalikan pesawat ini.” kata Orlen. Lucca pun juga bersetuju dengan menganggukkan kepalanya.
“Ih, jangan ikut-ikutan Len, kamu jaga sesuatu saja gak bisa.” Kevin merendahkan Orlen.
“Ya sudah gini aja, kita pisah pesawat ini menjadi 2. Aku dan Orlen akan mengambil bagian pertama, dan kamu yang mengambil bagian dua. Setuju?” Lucca menawarkan
Dan tidak lama-lama lagi, Kevin pun setuju pada persetujuan tersebut.
Kevin bergegas menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Saat sedang mengemas, Lucca menghampirinya.
“Nih, kalo kamu butuh bantuan, kamu bisa kirim surat suara dengan perekam suara ini.” kata Lucca.
“Ya sudah sih, Luc.” Kevin pun mengambilnya.
Saat Kevin sudah siap, pesawat luar angkasa tersebut terbelah menjadi dua, meninggalkan Kevin sendirian. “Siapa juga yang membutuhkan mereka? Sekarang aku bebas!” seru Kevin.
Setelah beberapa menit, Kevin menerima sebuah pesan dari Lucca dan Orlen. Tetapi, Kevin menolaknya. Sedangkan di pesawat Lucca dan Orlen, mereka khawatir kepada Kevin karena akan ada hujan meteor di sekitar pesawat luar angkasa Kevin tetapi Kevin menolak. Lucca dan Orlen pun khawatir.
“Gimana nih, Lucca?” Orlen khawatir ketakutan tentang apa yang akan terjadi kepada Kevin.
“Nanti dia meninggal, Luc!”
“Biarkanlah. Dia sudah terlalu jauh dari kita. Mending kita hemat bahan bakar daripada membuangnya dengan sia-sia. Inilah akibatnya jika kita tidak bekerja sama satu sama lain.” kata Lucca.
Di pesawat angkasa Kevin, Kevin sedang bersenang-senang karena tak ada yang mengganggu dan menyuruh-suruh Kevin.
“Haha! Sekarang aku bebas dari 2 anak culun tersebut!”
Tiba-tiba, ada suara yang menghantam pesawat Kevin dan suara darurat pun menyala.
“Apa yang terjadi!? Mana aku gak tahu lagi cara kerjanya.” Kevin mulai resah.
“Aku menyesal atas apa yang telah kulakukan.”
Kevin pasrah dan mengirim sebuah surat suara kepada kedua temannya.
Ketika sudah sampai, Lucca dan Orlen bergegas membuka suratnya dan memutarnya.
Ketika putarkan, Lucca dan Orlen terkejut oleh surat suara tersebut.
Di dalam surat suara tersebut, dapat didengar Kevin yang sangat menyesal.
“Maafkan aku ya Lucca dan Orlen.” Kevin meminta maaf
“Aku merasa bersalah dan aku akan merindukan kalian di kala nantinya. Semoga, kalian akan hidup nyaman di planet baru tanpa aku.”
Dan seketika, terdengar suara ledakan dan surat suara tersebut pun selesai.
Lucca dan Orlen telah mendengarkan temannya, Kevin meninggal oleh hujan meteor yang cukup parah dan sisa-sisanya berhamburan di luar angkasa yang dingin.
Penulis: Ahmad Weli
Penyunting: Ms. Fitri Isnaeni
Sebuah cerita fantasi karya Naura Hanifah.