Hakikat Sang Waktu
Suatu ketika, ketika penulis masih mahasiswa di UIN Jakarta dan sedang mendengarkan siaran Radio Alaikas Salam (RAS FM) Jakarta, yang mengumumkan sebuah hasil penelitian yang menyadarkan kita betapa pentingnya arti waktu dan umur kita.
2022-06-02 11:38:30 - R. Gatot Susilo
Isi dari penelitian itu adalah: kalau dihitung, masing-masing waktu kita sama: 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam, dan 24 jam sehari, 7 hari sepekan, dan seterusnya.
Lebih lanjut tentang waktu; kalau rata-rata umur kita 60 tahun dan menghabiskan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam waktu 60 tahun kita telah tidur selama ± 20 tahun. Dan 60 tahun umur kita dikurangi oleh waktu tidur 20 tahun, sisanya adalah 40 tahun. Jika kita menghabiskan waktu 5 menit untuk ke toilet, maka dalam waktu 60 tahun kita telah menghabiskan waktu ± 5 tahun, tersisa 35 tahun.
Dipotong lagi masa baligh kita selama ± 15 tahun (masa sebelum baligh belum memahami hakikat kehidupan yang sesungguhnya), tersisa 20 tahun. Ternyata kita mengalami ’benar-benar hidup’ di dunia hanyalah ± 20 tahun, itupun kalau kita diberi umur 60 tahun oleh Allah Swt. Bayangkan jika umur kita di dunia hanya 40 tahun, 25 tahun, atau bahkan mati muda, berapa lama sesungguhnya kita di dunia? Atau sisa waktu yang ada, digunakan berjam-jam untuk sesuatu yang tidak berguna.
Bayangkan pula kalau kita tidur lebih dari 8 jam sehari? Lebih dari 5 menit ke toilet? Lebih dari 30 menit bermain game? Bandingkan dengan kehidupan akhirat yang satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia (lihat QS. As-Sajdah ayat 5). Berarti keberadaan kita di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya beberapa saat saja. Bila mengambil patokan usia Rasulullah 63 tahun dan 24 jam itu sama dengan seribu tahun maka dengan usia 63 tahun manusia berarti hanya hidup 1,5 jam di dunia ini.
Semakin siang waktu berlalu, semakin banyak umur yang berlalu. Jika usia kita saat ini 18 tahun, berarti kita sudah sampai pada pukul 9 pagi, alhamdulillah masih pagi, masih ada kesempatan. Namun, tunggu dulu, kita kan sudah faham bahwa ajal datang tidak mengenal usia. Jadi, kapan saja kita bisa mudik kepada Allah. Betul? Untuk sampai kepada maghrib, waktu kita tinggal 9 jam lagi. Manfaatkanlah. Semoga Allah memberi kita umur panjang. Memang, ada sebagian kecil orang yang sampai pada umur seratus tahun bahkan lebih, tapi itu hanya sebagian kecil bahkan sangat langka.
Hadits Rasulullah Saw., menguuatkan hal ini, beliau bersabda;
Dari Ibnu Umar R.A., ia berkata, “Rasulullah Saw memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].” Dan Ibnu Umar R.A. pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333; Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain.
Semoga kita bukan manusia-manusia yang lalai, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah Swt:
“Kalian lebih mendahulukan kehidupan dunia padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”. (Terjemahan QS. Al-A’la ayat 16-17).
Sebagai seorang muslim yang sudah memahami hakikat waktu, maka seharusnya kita menjadikan setiap langkah kaki kita, setiap nafas kita, mengandung nilai-nilai ibadah yang dtujukan untuk meraih ridho Allah Swt. Sesuai firman Allah Swt:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri “. (Terjemahan QS. Al-An’am ayat 162-163).