Галих 3 months ago
Sapere Aude ! #bahasa

Harapan untuk Pulang

Terinspirasi dari kisah nyata.

PERINGATAN

TULISAN INI MENGANDUNG BEBERAPA HAL YANG MUNGKIN TIDAK NYAMAN UNTUK BEBERAPA ORANG, PEMBACA DIMINTA UNTUK BIJAK. KISAH INI HANYA CERITA FIKSI TETAPI KISAH INI TERINSPIRASI DARI TRAGEDI KALI BEKASI 19 OKTOBER 1945.

Bekasi 19 Oktober 1945 


Perang telah usai. Kabar itu seperti angin segar yang masuk ke dalam jiwa-jiwa yang lelah seperti kami. Bagi kami para Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) dan garnisun Jepang lain yang tersisa di Hindia Timur itu adalah janji pulang. Perkenalkan namaku adalah Hikaru, hari ini aku merasa bahagia sekali karena bisa pulang. Aku terbayang muka Istriku Miko dan Anak perempuanku Sakura yang kutinggal sejak ia balita sudah menanti kepulanganku di rumah. 


Kami berbaris lalu diberi arahan oleh Letnan Yamada, ia memerintahkan agar kami berperilaku kondusif dan tidak melakukan tindakan provokasi apapun. Tujuan kami hanya satu, yakni pulang dengan selamat. 


Setelah itu aku menaiki sebuah gerbong kereta yang akan mengantarkan kami menuju lapangan terbang, aku memilih untuk duduk di dekat jendela agar bisa melihat pemandangan yang indah di negeri ini. Sepanjang perjalanan aku melihat sawah dengan padi yang mulai menguning, seorang petani yang membajak sawah dengan kerbaunya dan langit yang sangat cerah disertai dengan burung-burung yang melintas. Ketika sampai di rumah nanti aku akan menceritakan ini kepada anak dan istriku, aku akan merindukan tanah ini. 


Di samping pemandangan yang indah itu banyak sekali coretan pada tembok, spanduk dan papan. Coretan itu bertuliskan “ MERDEKA!“, di samping itu juga banyak bendera Merah Putih yang berkibar. Kereta kami melewati pos-pos dan bangunan yang dijaga oleh Angkatan Bersenjata yang baru saja dibentuk oleh Republik yang masih sangat muda ini yakni TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Seragam mereka seadanya saja tetapi dengan bangga menenteng senjata hasil rampasan dari Belanda atau dari anggota kami yang sudah menyerah. Aku menghindari kontak mata dengan mereka dan memalingkan pandanganku. 


Akhirnya kereta kami berhenti sebentar di Stasiun Bekasi, lalu Letnan Yamada turun dari kereta dan memberikan laporan serta bukti surat Izin jalan yang diberikan oleh pemerintah Republik kepada seorang pimpinan TKR yang masih muda. Pimpinan TKR itu menggunakan peci dan seragam bekas PETA (Pasukan Pembela Tanah Air). Setelah Letnan Yamada memberikan laporan, pimpinan TKR itu memberikan izin dan isyarat untuk lewat, Letnan Yamada dengan wajah yang cerah dan tersenyum kembali naik ke gerbong kereta dan berteriak “Jalan!“. 


Namun, sejak saat itu firasatku mulai tidak enak, sesuatu mengganggu pikiranku. Aku mulai merasa gelisah hingga berkeringat. Saat melewati wesel kereta, kami berpindah jalur yang memiliki suasana yang lebih sepi, perasaanku semakin tidak enak. 



Benar saja ternyata jalur itu adalah jalur buntu, kereta kami terpaksa berhenti dan suara mesin mati. Tiba-tiba kereta kami dikepung oleh massa. Mereka muncul dari semak-semak, tidak hanya TKR tetapi juga warga pribumi dengan wajah penuh amarah dan dendam yang membawa senjata tajam primitif mereka. Mereka membuka pintu gerbong dengan paksa lalu memeriksa kami satu-persatu. 


Selama proses pemeriksaan paksa oleh pihak tentara dan warga sipil Republik, seorang rekanku yang masih memendam jiwa Samurai yang keras kepala tidak terima diperlakukan dengan kasar mencabut senjata api nambu dari sarungnya dan menembakkannya ke udara.


“DORR“ 


Suara tembakan itu seperti perintah untuk menyerbu bagi pasukan Republik, mereka mulai menyerang kami. Kami terpaksa mempertahankan kereta ini dengan tenaga yang tersisa. Letnan Yamada berteriak “BANZAI!“ dan berusaha mengorganisir pertempuran. Baku tembak berlangsung sengit, kami menembak dari jendela dan pintu. Beberapa rekan berguguran dan kami mulai kehabisan amunisi, semangat kami juga mulai pudar. Karena perlawanan yang sangat sengit dari pasukan Republik kami terpaksa menyerah. 


Kami dipaksa keluar dan digiring ke pinggir sungai dengan ditodong senjata api maupun senjata tajam. Tanpa pengadilan, kami mulai dieksekusi satu persatu. Aku melihat beberapa temanku berguguran rebah di tanah, aku pasrah dan berharap kematianku agar berjalan dengan cepat. 


Seorang prajurit TKR yang masih muda berjalan ke arahku, dia mulai memaki-maki dan membentakku. Ia berkata “J****k, karena kalian, keluargaku sengsara. Bapakku meninggal karena jadi Romusha, Ibuku diculik, adik-adikku meninggal karena kelaparan. Jepang B*****n!“. Pemuda itu dengan wajah penuh kebencian mulai menangis, tak kuat melanjutkan kata-katanya. Apa boleh buat, aku menundukkan kepalaku, aku memang bagian dari perang yang sudah membuat mereka sengsara, aku tidak bisa berkata apa-apa. 


Dalam hati aku meminta maaf kepada Istri dan anakku tidak bisa pulang hari ini dan selamanya. 


Tiba-tiba kepalaku dipukul menggunakan popor senapan, rasanya seketika dunia berputar lalu sebuah timah panas menusuk tubuhku. Rasa sakit dengan cepat menjalar ke seluruh badanku dan darah mulai mengalir dari dadaku. Di waktu-waktu terakhir kehidupanku aku membayangkan keluargaku sudah menanti di rumah lalu menghembuskan napas terakhir. 


Tubuhku terlempar bersama mayat rekan-rekanku yang lain, darah yang mengalir menambah kelamnya warna merah di air sungai yang sebelumnya berwarna coklat. 


***



EPILOG 


Kabar pembantaian di Bekasi akhirnya sampai ke telinga Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta. Maeda, seorang perwira yang rumahnya menjadi tempat dirumuskannya Proklamasi Kemerdekaan, yang dengan besar hati membantu para founding fathers Indonesia, diliputi oleh amarah dan kekecewaan yang mendalam.


"BRAAK, ini pengkhianatan!" teriaknya kepada stafnya sambil memukul meja, wajahnya merah padam. "Kami sudah menyerah! Mereka sudah memiliki surat izin resmi dari pemerintah mereka sendiri! Ini bukan perang, ini pembunuhan massal!"


Kemarahannya bukan hanya soal tewasnya sembilan puluh anak buahnya, tetapi juga soal prinsip. Ia merasa janji telah dikhianati, dan jalan damai yang ia usung telah diinjak-injak.


Amukannya begitu besar hingga membayangkan akan merusak hubungan yang sudah terbangun antara sisa-sisa pasukan Jepang yang masih bersenjata dengan Republik Indonesia yang masih bayi.


Menyadari bahaya diplomatik dan keamanan yang besar, Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang pertama, Komisaris Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, segera bertindak. Dengan membawa serta beberapa perwira tinggi, ia menghadap langsung ke kediaman Laksamana Maeda.


Dengan sikap yang santun namun tegas, Soekanto menyampaikan permohonan maaf yang resmi dari Pemerintah Republik Indonesia.


"Laksamana," katanya, "atas nama Republik Indonesia yang baru lahir, saya menyampaikan penyesalan yang sedalam-dalamnya atas peristiwa tragis di Bekasi. Tindakan ini adalah tindakan main hakim sendiri dari elemen-elemen yang tidak terkendali, dan sama sekali tidak mewakili kebijakan atau keinginan pemerintah kami. Kami menjamin keamanan pasukan Jepang yang menyerah dan akan bekerja sama untuk pemulangan yang tertib."


Permintaan maaf yang langsung dan berani dari seorang kepala polisi itu meredakan amarah Maeda. Ia memahami betapa sulitnya situasi Republik muda yang sedang berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan.


Pemerintah Republik kemudian mengeluarkan perintah tegas kepada rakyat dan laskar-laskar di Bekasi untuk menjaga ketertiban dan tidak mengambil tindakan sendiri. Peristiwa Kali Bekasi menjadi pelajaran pahit bagi kedua belah pihak, sebuah noda kelam dalam babak awal kemerdekaan yang mengajarkan bahwa di tengah euforia kebebasan, sulitnya mengendalikan amarah masa lalu adalah tantangan terberat untuk membangun perdamaian.

7
126
Api biru di Gunung Ijen

Api biru di Gunung Ijen

1692697303.png
اكر رللن ورضن
2 years ago
Tragedi  Chernobyl

Tragedi Chernobyl

1764235283.png
ジャティネガラ
2 years ago
Labu Kuning: Lezat Alternatif Pengganti Beras

Labu Kuning: Lezat Alternatif Pengganti Beras

https://lh3.googleusercontent.com/a/ACg8ocLslCblVJ5xcxrdbPMPQUR7Hav8S4O3FXdzElukkjeBav_Qrcc=s96-c
Selvia Wijayanti
3 months ago
Raja Mataram Memerintah Sehari?

Raja Mataram Memerintah Sehari?

https://lh3.googleusercontent.com/a/AAcHTtebFtNMQHBVPm_nTy9c-BLN7W8Ju7AWS0Rh83wD6mA_=s96-c
Hayzalia
1 year ago
Caesar Cipher

Caesar Cipher

1691587270.jpg
Andreans
2 years ago