Kami Bersuara, Tapi Siapa yang Mendengar

Baca dong

2025-09-04 01:17:18 - 상준

Demo kemarin bukan sekadar aksi turun ke jalan, tapi bentuk keberanian anak muda untuk bicara jujur tentang kekecewaan terhadap DPR yang makin hari terasa makin jauh dari rakyat dan kepolisian yang seharusnya jadi pengayom malah berdiri sebagai tembok ketakutan. Kita datang dengan niat baik, membawa poster, orasi, dan harapan, tapi yang menyambut justru barikade, tatapan curiga, dan intimidasi. Lebih parahnya lagi, di tengah barisan massa yang solid dan damai, muncul provokator—orang-orang yang gerakannya beda, sengaja bikin rusuh, lempar botol, dorong pagar, lalu menghilang saat suasana mulai panas. Mereka bukan bagian dari kita, dan kita mulai bertanya: siapa yang sebenarnya diuntungkan kalau demo damai berubah jadi kacau?

Apakah ada pihak yang sengaja ingin mencoreng gerakan anak muda, agar publik lupa isi tuntutan dan sibuk bahas kericuhan? Apakah kericuhan itu sengaja dipelihara agar suara kita kehilangan makna? Kalau tiap kritik dibalas framing negatif dan provokasi, maka demokrasi ini sedang dimainkan oleh mereka yang takut pada suara jujur. Kita nggak akan asal tuduh, tapi kita juga nggak bisa terus pura-pura nggak tahu. Pola seperti ini bukan hal baru, dan kalau terus dibiarkan, gerakan kita akan selalu dibelokkan sebelum sampai tujuan.

Kita bukan musuh negara. Kita adalah generasi yang peduli, yang tahu kapan harus bicara, dan yang nggak akan berhenti cuma karena narasi kita dibelokkan. Justru dari sini kita belajar untuk lebih cerdas, lebih solid, dan lebih waspada. Kita harus bisa bedakan mana kawan, mana penyusup. Kita harus jaga gerakan tetap damai, tapi juga tetap tegas. Karena kalau kita lengah, suara kita akan terus dibungkam, dan kalau kita diam, maka yang menang bukan kebenaran—tapi mereka yang nyaman dalam ketakutan.

More Posts