Kirab Malam Satu Suro
Kirab Malam Satu Suro merupakan tradisi yang berasal dari Surakarta.
2023-03-30 08:45:37 - ラファエル
Surakarta memiliki sebuah tradisi yang dilakukan setiap malam satu suro, sesuai dengan waktu terjadinya, tradisi ini memiliki nama Kirab malam 1 Suro. Pada upacara ini semua ikut berpartisipasi mulai dari Raja dan keluarganya sampai dengan masyarakat umum. Bukan hanya masyarakat yang ikut berpartisipasi, namun kebo bule keturunan kebo Kyai Slamet juga ikut berpartisipasi, kebo bule merupakan salah satu rangkaian dalam upacara Kirab malam 1 suro, kebo bule merupakan hewan sakral dalam upacara Kirab malam 1 suro.
Kebo bule di kasunanan Surakarta memang bukan seekor kerbau biasa, konon kerbau ini diberikan kepada Sri Susuhunan Pakubuwono 2 bersama dengan sebuah pusaka bernama Kyai Slamet, ada juga kepercayaan lain. Kebo bule memiliki kaitan dengan pemilihan lokasi keraton kasunanan Surakarta. Hal ini terjadi saat Pakubuwono II mengungsi ke Ponorogo saat kejadian Geger Pacinan pada tahun 1742.
Dalam semedinya, Pakubuwono II mesti mencari kerbau berwarna putih untuk mendampingi pusaka Kyai Slamet. Ketika akan menentukan lokasi baru Keraton Surakarta setelah sebelumnya luluh lantak karena Geger Pacinan, kerbau bule ini pun dilepas. Para abdi dalem berjalan mengikuti kebo bule ini hingga akhirnya berhenti dan di tempat kerbau itu berhenti didirikanlah Keraton Surakarta.
Pada saat kirab malam satu suro, seluruh peserta menggunakan pakaian berwarna hitam. Untuk anggota keraton laki-laki mengenakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau yang dikenal dengan busana Jawi jangkep. Sedangkan anggota keraton perempuan mengenakan kebaya berwarna hitam. Didepan mereka berjalan kebo bule yang bersama dengan pawangnya. Dibelakangnya ada rombongan abdi dalem bersama putra-putri Sinuhun dan juga Pembesar Keraton yang membawa sepuluh pusaka Keraton. Kondisi berjalan dalam keheningan hal tersebut memiliki makna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun kebelakang.
Hal unik lainnya adalah kepercayaan masyarakat yang mengikuti kirab tersebut untuk mengambil kotoran kebo bule. Bagi sebagian masyarakat yang mengikuti kirab tersebut, hal ini dipercaya akan membawa keberkahan dan juga kemakmuran, atau dalam istilah setempat disebut “ngalap berkah”.
Sebanyak sembilan pusaka dikeluarkan dalam tradisi kirab malam 1 Suro, Pusaka tersebut dikirab bersama dengan empat kerbau bule sebagai cucuk lampah. Kirab dengan mengarak sembilan pusaka dan kerbau bule keraton dimulai tepat pukul 00.00 WIB atau Sabtu dini hari dengan ditandai pemukulan lonceng sebanyak 12 kali. Kirab pusaka malam 1 Suro Keraton Solo mengambil rute Supit Urang, Jalan Pakubuwono, Gapura Gladag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke Keraton Solo. Larangan malam satu Suro yang paling sakral adalah “Tapa Bisu” atau berupa larangan berbicara. Masyarakat di kota Solo dan juga kota Yogyakarta masih banyak yang melakukannya, khususnya di sekitar lingkungan keraton.