Konstantin dan Yang Jauh di Sana
Rentetan efek domino dalam sejarah yang kita kenal.
2024-08-29 08:41:46 - Hayzalia
Efek domino. Domino adalah istilah yang mengacu pada suatu permainan yang mana pemainnya akan menyusun beberapa balok bermotif secara teratur hingga membentuk sebuah bentuk yang sistematis, lalu balok pertama dari semua rangkaian bentuk tersebut dijatuhkan hingga mengular pada balok terakhir. Begitu pula cara kerja kehidupan. Efek domino tak lepas dari ungkapan ‘sebab-akibat’ yang menjadi prinsip dasar kehidupan. Suatu kejadian dapat berimbas jangka pendek maupun jangka panjang pada hal lainnya. Skenario terburuk yang dapat diprediksi adalah kejadian besar yang diakibatkan oleh rentetan kejadian kecil.
Sejarah pun tak lepas dari prinsip ini. Sejarah yang selama ini kita kenal dan ketahui pasti juga terbentuk oleh rentetan kronologis kejadian yang berakhir pada kehidupan kita sekarang ini. Namun, silsilah suatu kejadian bisa menjadi aneh bagi sebagian orang, karena memang ada beberapa kejadian yang amat jauh dan terlihat asing satu sama lain sebenarnya saling berhubungan. Hubungan ini terbentuk karena peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam satu garis kronologi yang sama. Walau setiap peristiwa di dunia ini dipicu oleh kejadian-kejadian sebelumnya, namun ada beberapa yang silsilahnya sangat rumit dan terkadang bisa dikatakan kurang masuk akal. Pernahkah terpikir bahwa salah satu penaklukkan paling terkenal dalam sejarah, yaitu Penaklukkan Konstantinopel (The Conquest of Constantinople, 1453, Byzantium) memiliki dampak yang cukup signifikan pada kolonialisme di Indonesia?
Pada tahun 1453, Mehmed II atau yang lebih terkenal dengan nama Muhammad Al-Fatih mengepung Konstantinopel (sekarang Istanbul) sebagai pusat dari kerajaan maha besar Byzantium untuk mengakhiri era pemerintahannya. Kala itu Mehmed II mengirimkan 30.000 tentara, baik itu dari golongan Yeniseri*, Sipahi* maupun Azap* untuk turut serta menjadi pasukan yang kelak namanya akan digurat dalam sejarah atas keberhasilannya dalam menaklukkan kota yang disebut-sebut tidak akan pernah bisa diambil alih oleh orang luar. Dalam penaklukkan terakhirnya, tembok gagah yang menjaga kota Konstantinopel, Tembok Theodosius, hancur separuh oleh meriam maha masif karya Orhan, seorang pembuat meriam terkemuka. Pasukan yang tersisa bersama Sultan Mehmed II memasuki kota Konstantinopel diiringi kibaran bendera syahadat melalui gerbang utama (Gate of Charisius). Sejak saat itu pemerintahan Turki Usmani resmi dimulai di markas baru mereka, Istanbul (nama pemberian dari Sultan Mehmed II untuk Konstantinopel yang artinya ‘Kota Islam yang Diberkahi’).
Bermula dari penaklukkan tersebut, akses bagi pedagang-pedagang Eropa yang mencari keberadaan rempah-rempah yang langka tertutup. Poros utama sistem perdagangan Eropa-Anatolia tertutup. Pelabuhan utama telah ditaklukkan. Padahal, rempah-rempah berperan cukup krusial dalam kehidupan masyarakat Eropa. Karena cuaca di wilayah Eropa tidak memadai untuk menanam rempah-rempah sendiri, mereka terpaksa mengimpor dari luar benua untuk memenuhi kebutuhan rempah-rempah di Eropa. Rempah-rempah ini nantinya akan digunakan untuk mengawetkan makanan selama musim dingin, memperkaya cita rasa makanan, serta sebagai herbal untuk pengobatan. Namun, akses untuk mendapatkan rempah-rempah telah tertutup sementara kebutuhan semakin melonjak karena akan datangnya musim dingin yang pasti membutuhkan rempah-rempah untuk mengawetkan persediaan makanan mereka. Maka, pada akhirnya, mereka mengeksplorasi dunia demi mendapatkan apa yang mereka perlukan, yang kita tahu sebagai awal mula kolonialisme di Indonesia.
Pendaratan pertama yang dilakukan oleh Portugis pada tahun 1511 di Maluku mengawali segala rentetan kejadian yang ada di Indonesia, termasuk perang dan penjajahan. Karena Indonesia (saat itu masih disebut sebagai Hindia Belanda) terkenal akan ketersediaan rempah-rempah yang melimpah, maka bangsa Eropa berbondong-bondong singgah di Indonesia demi mendapatkan keuntungan atas rempah-rempah tersebut. Pendaratan Portugis disusul oleh pendaratan bangsa Spanyol, Inggris, dan Belanda. Dimulailah periode kolonial yang identik dengan penindasan hak-hak bangsa Indonesia, perlakuan tidak layak yang mereka terima, dan segala siksaan yang harus mereka tanggung selama periode tersebut. Masa-masa yang amat tangguh bagi bangsa Indonesia tersebut tentu tak dapat kita lupakan. Namun, dari masa-masa tersebutlah, lahir pahlawan-pahlawan berani, yang rela mengorbankan diri mereka demi tanah air tercinta. Lahir juga pemimpin-pemimpin berjasa, golongan cendekia, dan kisah-kisah kepahlawanan mereka yang dapat kita teladani. Telah banyak kejadian sejarah yang mengubah Hindia Belanda menjadi Indonesia yang sekarang, namun nilai-nilai kepahlawanan tersebut akan selalu dikenang dan diteladani bangsa Indonesia. Mengalir dalam darah, membawa gelora pantang menyerah. Maju terus bangsaku Indonesia, dalam anggara kita akan bawa dunia jadi tempat yang lebih baik.