Maafkan Aku Kak (Cerpen)

Nantikan cerpen lainnya dari serial "Maafkan Aku Kak.."


“Kakak!” Rio berteriak histeris ke arah kakaknya, air matanya berlinang. “Kakak! Bangun kak! Kumohon…” Tubuh kakaknya berdarah-darah, tergeletak begitu saja di lantai kayu rumahnya…


***


“Kalian tau, apa itu keluarga?” Guru Ainun bertanya, membuat kelas hening beberapa saat.

“Ada yang tahu?” Kami serempak menggeleng. Kenapa pagi ini Guru Ainun bertanya yang aneh aneh, kita tidak pernah mendengar pertanyaan seperti itu. Apalagi, kita masih kelas 4. Guru Ainun menghela napas. “Kalian tidak ada yang tahu? Ya Sudahlah kalau begitu, Ms akan menjelaskan. Apa itu keluarga?

Keluarga adalah ikatan, ikatan tanpa syarat apapun. Mereka menyayangimu, peduli denganmu, dan memberikan apa yang mereka mampu padamu, mereka akan membelamu semampu yang mereka bisa, mereka akan membantumu selagi mereka bisa. Mungkin kalian tidak terlalu mengerti. Tapi percayalah, suatu saat nanti kalian akan memahaminya sendiri. Ingatlah selalu kata kata Ms tadi, kalian boleh lupa cara mengerjakan perkalian, boleh lupa nama nama tanaman yang Ms ajarkan kemarin. Tapi berjanjilah, kalian tak akan melupakan,

Apa itu Keluarga.”


***


Aku masih dalam perjalanan kerumahku. Tapi, kalimat Ms Ainun masih terngiang-ngiang di kepalaku.

Aku sampai di depan pintu rumahku, lalu aku mengetuk pintu. Terdengar ada yang membuka pintu, itu pasti kakakku. Aku tersenyum riang ketika melihat kakakku, Kakakku juga tersenyum, hanya saja. Sudah seminggu terakhir kakakku jadi pendiam.

Aku tinggal di ujung kampung desa rumahku, tinggal berdua dengan kakakku. Ayahku sudah pergi, menghilang sejak setahun yang lalu. Sedangkan Ibuku meninggal sebulan yang lalu. Tinggalah aku berdua dengan kakakku. Ditambah lagi, kakakku jadi pendiam sejak seminggu yang lalu. Tapi, kehidupan tetap harus berjalan, seberapa pahit pun kenyataan yang menimpamu.


***


Pagi ini, Rio akan berangkat sekolah. Setelah bersiap siap, sarapan , lalu dia pamit ke kakaknya. “Dah kak! Rio pergi dulu!” Kakaknya melambaikan tangan.

Sambil berjalan, Rio memikirkan kakaknya yang sudah seminggu lalu menjadi pendiam. Kalaupun ditanya, kakaknya hanya menjawab semuanya baik baik saja. Yaa, semoga saja kakaknya cuma kecapekan biasa, semoga semuanya memang baik baik saja.

Sepertinya Rio terlalu berharap, sepertinya Rio tidak mengetahui bahwa, Kakaknya selama ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Rio tidak menyadari bahwa, kakaknya sedang bertahan. Demi melindungi adik satu satunya…


***


“Kakak! Kakak!” Rio berteriak memanggil kakaknya. “Kakak! Buka pintunya kak!” Kakaknya dimana sih? Perasaan tadi pagi kakak tidak berniat sama sekali meninggalkan rumah. Ya, mungkin sepertinya kakaknya sedang tidur. Rio memutuskan untuk mencari kunci cadangan di sekitar rerumputan rumahnya.

Rio memasukkan kunci cadangan rumahnya, lalu membuka pintu. “Kakak! Kakak dimana?” Rio mencari kakaknya dan yang membuatnya terkejut adalah. Kakaknya sedang berusaha berdiri dengan mulut berdarah darah. Terlihat tetesan darah di lantai kayu rumahnya. Tanpa pikir panjang, Rio segera berlari menuju rumah bidan di kampungnya.

“Kakakmu akan dirawat disini selama tiga hari, mulut kakakmu sepertinya dihantam sesuatu. Tapi, kau tidak usah khawatir. Tiga hari lagi kakakmu sudah bisa pulang kerumah.”

Ibu Bidan di kampungnya itu teman dekat ibunya. Beliaulah yang merawat Ibu Rio di akhir akhir hidupnya.

Tiga Hari Kemudian...

“Kak, waktu itu kakak kenapa?” Kakaknya berusaha tersenyum, walau mulutnya telah dibalut sesuatu semenjak keluar dari rumah bu Bidan. “Yaah, gak asik. Kakak jadi gak bisa bicara sama aku lagi.” Kakaknya hanya menunduk, melihat adiknya yang sedih.

Semenjak hari itu, Rio menjadi pendiam. Dia malas berbicara sama kakaknya, kenyataan ini membuat kakaknya sedih. Kakaknya sering menulis, bertanya apa kabar, di sekolah bagaimana kepada adiknya. Tapi, adiknya itu cuma menulis, semuanya baik baik saja. Rio merasa frustasi, melihat mulut kakaknya dibalut sesuatu berwarna putih seperti masker. Dia sudah berharap keadaan menjadi lebih baik, ternyata malah sebaliknya...


***


Rio mengetuk pintu kamar kakaknya, tidak ada jawaban. Dia mengetuknya lebih keras lagi, tetap tidak ada jawaban. “Kak, aku mau keluar main dulu.” Sahut adiknya dengan ketus, akhir akhir ini dia jadi lebih mudah marah. 

Rio bermain ke rumah Rui, sahabat baiknya. Rui juga mempunyai kakak perempuan, bernama Ara. Rio meratapi cobaan yang menimpanya. Kenapa semua ini terjadi padanya? Rio yang sedang frustasi, memutuskan pulang sampai sore.


***


“Kakak!” Rio berteriak histeris ke arah kakaknya, air matanya berlinang. “Kakak! Bangun kak! Kumohon…” Tubuh kakaknya berdarah-darah, tergeletak begitu saja di lantai kayu rumahnya. Beberapa orang keluar rumah melihat malam malam ada seorang anak yang sedang menangis, ditambah lagi menemukan kakaknya yang berdarah darah. Mereka bergegas memanggil bu Bidan.

Rio menunduk dalam dalam, terisak menangis. Kenapa dia melakukan ini kepada kakaknya, orang yang selama ini membantunya, mendukungnya, bahkan membelanya. Kenapa dia malah berlama lama di rumah temannya? Kenapa?

Bu Bidan keluar dari kamar pemeriksaan, sepertinya dia juga habis menangis. Dia duduk, lalu merangkul Rio sambal terisak. “Rio, sepertinya akhir akhir ini kakakmu menyembunyikan sesuatu darimu. Sepertinya, akhir akhir ada yang mengincar kakakmu. Tubuh kakakmu berdarah darah, punggungnya seperti dilempar beling. Dan..” Suara Bu Bidan tercekat, dia tidak bisa melanjutkan kata katanya lagi. Bu Bidan menggeleng sambil menahan tangis. “Tapi, sebelum pergi, kakakmu menyuruhku untuk memberikan surat ini kepadamu.” Bu bidan menaruh secarik kertas di tanganku lalu pergi ke ruang pemeriksaan lagi. Menyisakan aku yang menangis mendengar kabar bahwa kakaknya sudah tiada...

Sambil menangis, aku mulai membuka surat yang diberikan Bu Bidan tadi kepadaku.

Hai Rio! Kamu kangen gak sama kakak? Kamu waktu itu tanya kan sama kakak, kenapa mulut kakak waktu itu berdarah darah? Sebenarnya, ini ada kaitannya sama ayah dan ibu. Dulu, mereka punya masalah yang belum selesai. Semenjak Ayah pergi meninggalkan kita. Ditambah lagi Ibu Meninggal. Orang itu datang, dia mencarimu. Tapi, Kakak gak kasih tau. Orang itu marah dan memukul mulut kakak sampai berdarah.

Kakak tau, tidak lama lagi dia pasti kembali. Karena itu, aku memberimu surat ini. Maafin kakak ya?

Kamu masih marah sama kakak?

Aku menangis membaca surat itu, selama ini kakaknya melindunginya? Kenapa Rio tidak menyadarinya? Kenapa Rio tidak melindungi kakaknya? Kenapa dia malah kesal dengan kakaknya? Kakaknya yang selama ini telah berjuang melindunginya? Kenapa? Kenapa?

Air mata Rio semakin deras, dia telah melakukan kesalahan besar. Bahkan sebelum Ibunya meninggal, Ibunya berpesan. “Rio, Ibu mohon untuk terakhir kalinya. Lindungilah kakakmu. Sungguh, kakakmu membutuhkan pertolongan mu...”  

Juga Guru Ainun. “Keluarga adalah ikatan, ikatan tanpa syarat apapun. Mereka menyayangimu, peduli denganmu, dan memberikan apa yang mereka mampu padamu, mereka akan membelamu semampu yang mereka bisa, mereka akan membantumu selagi mereka bisa.”

Tapi, kenyataan tidak bisa dirubah. Penyesalan selalu datang di akhir. Rio menyesali,dan dia hanya bisa mengucapkan satu kalimat sebelum orang itu menemukannya, sebelum dia menyusul kakaknya.

“Maafkan aku kak..”





40
325
Ketika Seseorang Terlahir tanpa Sidik Jari

Ketika Seseorang Terlahir tanpa Sidik Jari

defaultuser.png
Kinar Kania Kautsarani
7 months ago
Kucing

Kucing

1691587270.jpg
Andreans
7 months ago
Singkong sebagai Pengganti Bahan Pokok

Singkong sebagai Pengganti Bahan Pokok

1706083093.jpeg
Ainun
8 months ago

Cerita Narasi: Penyesalan Berat

Sebuah cerita fantasi karya Ahmad Weli bertema persahabatan yang mengajarkan kita untuk ti...

https://lh3.googleusercontent.com/a/AAcHTtdGmF2e-ItdsdYE9TgImFhDGKHoAxklhdWBSBppAr7_YA=s96-c
Fitri Isnaeni
5 months ago
Petualangan Mencari Mahkota

Petualangan Mencari Mahkota

1714362108.png
帅气的尼汉 Han
6 months ago