Peluk Malam, Peluk Cerita
Memoar dalam Diari
2025-05-07 13:34:14 - Fifahaulia
*cerita ini bersifat multitafsir, sehingga tidak ada patokan khusus dalam memaknainya.
...
Malam ini suhunya dingin, tapi angin seolah berpihak, menjadikan angin begitu sejuk. Namun, malam ini aku belajar…bahwa kita memang harus bersyukur setiap detik, syukur bahwa aku mengetahuinya.
Berpikir bahwa persimpangan hidup sudah sangat tajam, ternyata masih ada lagi orang di luar sana yang persimpangannya lebih tajam namun berusaha menumpulkannya. Mereka yang dihimpit oleh dinding abu-abu yang nyaris tak kasat mata sehingga sesak itu sulit ditentukan penyebabnya.
Belajar bahwa tidak setiap saat pula orang yang kukenal jumlahnya akan sama setiap saat. Ketika aku melewati gapura keramat yang katanya “jangan coba-coba” saat aku melihat keluar, semua orang yang kukenal seketika bergerak tak beraturan layaknya hologram yang rusak. Aku berusaha menggapai mereka, namun seketika aku lupa “siapa mereka?” dan rasa sakitnya saat tidak bisa merasakan bahwa mereka “tidak lagi nyata” dan justru menyakitkan yang rasanya merambat dari ujung jari.
Aku belajar….bahwa…jika aku tidak mengetahui keberadaan gapura itu mungkin aku akan baik-baik saja. Teruslah bersyukur.