Perjalananku ke MIBS (1)

tidak untuk dibaca.

2025-02-02 14:28:31 - Mqnun Amn

Aku hanya anak kecil yang mengagumi sesuatu yang indah, salah satunya adalah langit. Langit memiliki banyak sekali ragam warna dan objeknya. Terkadang langit cerah, mendung, dan terkadang juga mendung berawan. Kalau matahari terbit dan langit tanpa awan, itu akan menjadi pemandangan yang indah sekali jika dikomposisikan dengan sesuatu yang indah juga. Misalnya sawah, gunung, dan lain sebagainya. Itu sangat cantik. Menurutku, keindahan alam adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.

Sekarang aku duduk di rooftop sekolahku, Mega Islamic Boarding School atau biasa disingkat menjadi MIBS. Aku duduk sendirian, tidak ada teman yang menemaniku. Hanya ada aku dan pemandangan sunset yang tergambar persis di depan mataku. Langit terlihat berwarna jingga tua dengan sedikit berawan. Sekelilingku mulai terlihat gelap. Pohon-pohon mulai tak terlihat lagi hijau segarnya. Burung-burung berbondong-bondong pulang ke sarangnya. Seolah-olah hanya senja yang ingin diperhatikan.

Aku bangun dari duduk untuk bergegas turun ke lantai 4 saat azan magrib dikumandangkan oleh muazin masjid sebelah. Aku langsung ke kamar untuk memakai baju koko dan memakai sarung. Setelah itu, aku turun ke lantai satu untuk melaksanakan salat magrib bersama-sama alias berjamaah. Aku berjamaah magrib di musala dilanjut dengan membaca Al-Qur’an lalu sekalian salat isya.


***


“Kutunggu di atas ya.” Ucap kakak kelasku dengan tidak keras.

“Aku nggak lama kok.” Jawabku sambil berjalan ke arah kamarku.

Aku bergegas mengambil Indomie goreng di bawah kasurku. Kulihat jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Malam ini asrama lebih tenang daripada biasanya. Itu mungkin karena waktu kepulangan putra. Bisa dihitung jari teman-teman yang tetap tinggal di asrama. Atau mungkin karena sore tadi hujan. Entahlah.

Malam ini bisa dibilang terasa dingin. Api kompor untuk merebus mie membuat udara sekeliling lebih hangat. Kami memasak mie di rooftop sekolah. Piringku dihujani dengan bumbu dan bersiap mengangkat mie lalu menaruhnya ke piring. Menurutku memasak mie adalah hal yang mudah sekali, hanya dengan merebus mie dan dicampuri bumbu lalu siap untuk dimakan.

Sekarang dua piring di depanku penuh dengan mie yang baru saja disajikan. Angin malam menerpa kita berdua dan membuat mie yang awalnya hangat menjadi cepat dingin. Kami pun makan dengan lahap sambil ngobrol ngalor-ngidul. Dan tak terasa mie yang tadi barusan dihidangkan sekarang habis tak tersisa.

“Ki, kamu kok bisa sekolah di sini?"


Bersambung...



























































































































ngapain dibaca

efort banget 😅

More Posts