Simon and Giant

Mengisahkan penerus raja dan seorang raksasa.

2023-11-21 14:47:14 - elghifari

Simon and a Giant



 Raja Simon I mulai sakit-sakitan. Keempat istrinya khawatir jika sang suami meninggal dunia dan tak ada yang meneruskan kerajaannya. Dikarenakan hanya 1 istri Raja Simon I yang bisa hamil saat itu. Istri keempat Raja Simon yang sedang mengandung bayi keturunan raja mengeluh kesakitan dan tiba-tiba gaun yang dikenakan oleh sang Permaisuri Raja basah. Ia berteriak kesakitan. Sang Raja memerintahkan para penjaga dan tiba-tiba sebuah tangisan bayi memecah ketegangan di kamar Sang Permaisuri. 


Sang dukun beranak yang membantu proses kelahiran anak raja ini langsung berseru lega karena bayi yang lahir ini adalah bayi laki-laki. Setelah selesai membersihkan persalinan di kamar Permaisuri, dukun beranak ini langsung bergegas menuju singgasana Raja Simon I dan memberikan kabar bahagia karena Raja sudah memiliki penerusnya. 


Waktu berjalan hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Penyakit yang diidap oleh Raja Simon I mulai memburuk dan hari yang tak diinginkan pun datang. Saat sang anak raja yang saat itu masih berumur 6 bulan menemani sang ayah di dalam kamar, sang pangeran kecil tiba-tiba menangis kencang entah apa penyebabnya. 


Sang perawat pangeran kecil yang mendengar tangisan sang pangeran kecil langsung sigap berlari menuju kamar tempat bermain sang pangeran kecil. Setelah memastikan keadaan sang pangeran tak apa-apa, sang perawat juga memastikan keadaan Raja baik-baik saja. Di saat dia sibuk memastikan kondisi Raja, ia tiba-tiba berteriak sehingga Permaisuri dan beberapa penjaga kerajaan mendengar dan langsung berdatangan ke dalam kamar Raja dan tempat bermain pangeran.


Saat mereka sampai, perawat sudah menangis sesenggukan sambil mendekap tubuh pangeran mungil. Permaisuri langsung tahu apa maksud perawat menangis dan Permaisuri ikut menangis sambil menghampiri tubuh Raja yang mulai dingin. 


Penjaga kerajaan memerintahkan temannya untuk mempersiapkan proses pembakaran layon Raja, dan mengabarkan kepada istri-istri Raja dan kepada kerabat dekat Raja.


Setelah menyucikan jenazah Raja, proses pembakaran mayat sudah di siapkan. Seluruh kerajaan diselimuti kesedihan yang mendalam karena Raja yang tersayang sudah tiada, semua jasa Raja dikenang baik oleh para penjaga kerajaan dan seluruh selir-selir kerajaan.

***

Semua istri raja dan kerabat dekat raja sudah diberi kabar atas meninggalnya Raja. Abu sang Raja sudah di larung ke lautan dan dikubur di hutan belakang kerajaan. Semua pelayat mulai meninggalkan tempat penguburan abu Raja. Dikarenakan langit sudah dipenuhi oleh awan yang berwarna kelabu dan terlihat akan turun hujan deras dikarenakan angin sudah bertiup kencang. Seakan-akan alam pun juga sedih atas meninggalnya Raja Simon I.

Dan turunlah hujan deras. Di tengah hujan yang sangat deras, ada dua orang yang berdiri sambil menundukkan kepala dan wajah mereka sangat sedih. Salah satu dari orang itu berbadan sangat besar dan tinggi. Tingginya melebihi dua kali pintu gerbang kerajaan. Dan satu orang lagi berbadan seperti manusia biasanya. Mereka berdua saling pandang dan Raksasa membuka obrolan, “Waktu begitu cepat ya kawan, dulu kita masih bermain bersama di hutan ini.” Ia seperti mengajak bicara Raja Simon I yang sudah tiada, kemudian si Kurus menimpa omongan dari Raksasa. “Memang ajal tak ada yang tahu, semoga kau tenang di sana Simon…” 

***

Waktu terus berlalu. Hingga tiba saatnya muncul rasa penasaran dalam diri Pangeran Mungil. Sang pangeran penasaran dengan apa yang membuat hampir satu kerajaan menjadi bergetar. 


Pangeran mulai mencari-cari asal muasal penyebab getaran yang selama ini ia rasakan. Ia langsung mencari ke hutan belakang kerajaan, “Wah, sangat-sangat menakjubkan sekali di sini, sejuk sekali udara di sini.” Ia kagum dengan keindahan hutan belakang kerajaan tempat ia tinggal. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dan getaran yang sangat keras, hanya terdengar 3 langkah, kemudian suara langkah dan getaran yang keras itu berhenti. Saat pangeran ingin mencari sumber dari langkah itu, sang Ibu berteriak dan menyuruh para pengawalnya membawa Pangeran pulang dan mengurungnya di dalam kerajaan. 


“Ibunda sudah bilang berapa kali, kamu tidak boleh keluar kerajaan sendirian, Ibunda juga sudah melarangmu untuk masuk ke dalam hutan yang berada di belakang kerajaan ini.” Terdengar suara dari Ibunda pangeran menasihati Pangeran mungilnya. ”Ibunda akan berikan apa pun yang kau mau asalkan kau tetap berada di dalam kerajaan.” Sejak saat itu Pangeran Mungil tak pernah lagi keluar dari kerajaan dan hidup enak di dalam kerajaan.


15 tahun berlalu….


“Hari ini, kunobatkan kau menjadi raja muda yang akan menjadi pengganti almarhum Ayahandamu.” Pangeran Mungil sudah naik takhta menjadi Raja Simon II menggantikan ayahnya. Dengan umur yang masih sembilan belas tahun ia sudah memegang takhta tertinggi kerajaan dengan wilayah yang cukup luas. Walaupun ia sudah menjadi raja tetapi pemerintahan masih berada di tangan Ibunda dan Patih Kerajaan.


“Hei, pengawal!” Seru Raja Simon II. Memanggil para pengawal untuk mengambilkan alas kakinya yang terjatuh dari singgasananya. “Silakan, Tuanku.” Raja Simon II sudah terbiasa dimanja oleh Ibundanya karena Ibundanya tidak ingin kerajaan kehilangan penerus Simon I. 


Waktu ke waktu Raja Simon II semakin menjadi-jadi. Sampai saatnya ia ingin memperluas bangunan kerajaan agar terlihat semakin megah dan ia sudah membangun patung-patung dengan bentuk wajah dirinya. Saat ia ingin mencari bahan bangunan untuk membangun kerajaannya ia melihat Raksasa yang sedang menanam pohon-pohon di hutan belakang kerajaan di dekat tempat tinggal Raksasa. Ia berteriak “Hei, Raksasa!” Ia memanggil-manggil raksasa itu, kemudian Raksasa berbalik badan dan kemudian memberikan salam “Dengan hormat, Tuanku.” Raksasa menunduk memberikan hormat kepada raja barunya. Simon II mengacuhkan salam dari raksasa, “Hei, kau tak usah banyak bicara cepat bawakan aku pasir dan batu untuk membangun kerajaanku!” Perintah Raja Simon II kepada sang raksasa. Dengan patuh ia membawakan apa yang diperintahkan oleh Raja Muda itu.

***

Kerajaan yang diperluas dan dipercantik mulai berdiri dan sudah terlihat sangat megah. Pohon di dalam hutan satu persatu ditebang atas perintah Raja Simon II. Saat ingin menebang pohon, Raksasa sudah memperingatkan para pekerja raja untuk berhenti menebangi pohon yang ada di hutan, tetapi raja yang mendengar hal itu menyuruh para pengawal untuk mengusir Raksasa agar ia bisa melanjutkan perluasan bangunan kerajaan.


Raksasa pergi meninggalkan hutan kerajaan yang ia tinggali. Dua tahun berlalu setelah kepergian Raksasa, keadaan alam wilayah kerajaan mulai rusak, udara menjadi panas, banyak terjadi kekeringan dan tanah longsor hampir di seluruh wilayah kerajaan. 


Para rakyat kerajaan satu persatu meninggalkan kerajaan tersebut karena sudah tak ada harapan lagi untuk tinggal dan bertahan hidup di kerajaan tersebut dikarenakan harga makanan pokok sudah naik karena sumber air dan pertanian di kerajaan sudah hampir berhenti total. 


Ibunda Raja Simon II sudah memperingatkan agar tidak semena-mena dengan rakyat dan memanfaatkan kedudukannya untuk menuruti kesenangan hatinya sendiri. Raja Simon II sudah resah dengan para rakyatnya yang sudah hampir habis dan sudah bermigrasi ke kerajaan lain. 


Saat ada rombongan para petani-petani kepercayaannya, Raja Simon II memerintahkan rombongan itu agar tetap tinggal di dalam kerajaan tersebut. Tetapi rombongan itu enggan mendengarkan perintah rajanya. Raja Simon II meratapi kepergian para rakyatnya dan semua tentangan para rakyat kepadanya. 


Anggota kerajaan juga mulai meninggalkan kerajaan, dan hanya tersisa Simon II sendirian di yang masih tinggal di kerajaan tersebut.


Simon II mulai berkelana untuk mencari raksasa dan meminta maaf kepada sang raksasa karena tidak mau mendengarkan kata-kata larangan dari sang raksasa dan kesepakatan yang dulu sudah dibuat oleh raksasa dan almarhum Raja Simon I. 


Saat berjalan menyusuri padang gurun yang luas, ia mulai memasuki hutan yang dipenuhi dengan pohon-pohon yang mulai tumbuh seperti baru beberapa bulan ditanami. Ia terus melanjutkan perjalanan untuk menemukan sang raksasa, dan tiba-tiba. Suara yang pernah ia dengar sewaktu ia kecil muncul lagi, langkah yang besar dan getaran yang kencang menarik perhatian Simon II untuk mencari sumber getaran itu, dan benar saja di sana terdapat sang raksasa yang sedang menanam bibit-bibit pohon. “Hei raksasa.” Kemudian sang raksasa menoleh dan mengamati siapa orang yang memanggilnya, dengan wajah heran raksasa menatapi Simon II. Simon II yang mengetahui sang raksasa sudah tak mengenalnya lagi, ia mengeluarkan mahkota raja yang ia tetap bawa selama perjalanan menemukan sang raksasa. Terlihat muka raksasa yang kesal dan tak ingin bertemu dengan Simon II. Simon II meminta maaf dan berjanji kepada sang raksasa untuk membangun dan menanam pohon bersama raksasa untuk menebus semua kesalahan yang pernah ia perbuat selama ini.


Akhirnya mereka berdua bersama menanam pohon dan menghijaukan hutan-hutan yang gundul akibat penebangan berskala besar. Kerajaan yang dulu di pegang oleh Simon II sudah berakhir dan muncullah kerajaan baru dan makmur yang didirikan oleh raksasa dan Simon II.

More Posts