Bahkan toko alat tulis pun tidak memiliki stemple jenis ini, namun dengan kekreatifan manusia stemple jenis ini beredar secara luas.
Islam itu seperti apa? Dalam pandangan umum, islam dikenal sebagai identitas salah satu agama yang ada di dunia. Namun dalam sejarahnya islam ada karena fitrah Allah kepada makhluk-Nya. Fitrah? Yaitu memaknai bahwa suatu penciptaan memiliki kecenderungan untuk menerima kebenaran. Lalu, apakah itu artinya islam adalah kebenaran? Berpatok pada agama islam yang tertera dalam identitas masyarakat, maka tidak sepenuhnya benar.
Identitas tersebut terkadang membuat perpecahan bahkan dengan sesama penganut agama. Bukankah kesatuan yang islam tekankan bersanding dengan kebenaran? Semua itu terjadi karena kebenaran sesungguhnya tertutupi oleh masing-masing pandangan yang merasa benar. Sudah paham jika perspektif setiap orang berbeda dan tidak akan pernah seragam, namun dalam implementasinya merasa benar adalah yang terbenar.
Sedikit sensitif tetapi berpandang dalam agama itu kini menjadi sebuah trend. Sesama islam namun saling hujat kafir padahal keadaan iman tidak ada yang tahu. Yang berdakwah dilempari umpatan sesat. Fenomena tersebut mengalahkan ramainya kampanye pemilu, hingga keadaan iman sendiri berantakan. Menjadi yang merasa benardirasa harus andil dalam cap kebenaran. Allah pun menegaskan dalam firman-Nya :
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ (١) الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ (٢) وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ (٣)
Artinya: Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam sholatnya, orang-orang yang meninggalkan (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. (Q.S. Al-Mu’minun/23:1-3)
Memang menyaring berbagai hal itu dianjurkan dalam islam sebab atom-atom kebaikan terdapat dalam tumpukan ilmu yang ada di dunia ini. Begitupun dengan berpikir kritis, hal ini menjadi penanda bahwa kewajiban menuntut ilmu dalam islam telah terlaksana. Dasar tersebut seperti pisau yang memiliki dua sisi berbeda dimana kegunaan dan ketumpulan satu badan. Walaupun begitu dalam memotong kita menggunakan kegunaan bukan ke-sok-tahuan berkedok inovasi menggunakan dua mata pisau.
Kemudian kapan islam itu dikatakan kebenaran? Sejak rahmat Allah turun kepada makhluk-Nya. Bahkan nilai-nilai islam telah lahir sebelum kehidupan manusia tercipta. Nabi Muhammad sebagai perantara peneguhan islam antara Allah dengan hamba-Nya selalu berusaha agar islam melahirkan kedamaian dan kebaikan. Tantangan demi tantangan beliau lewati atas kehendak Allah demi kebenaran yang baik hidup dalam perputaran waktu kehidupan.
Semua yang hidup tidak memiliki tujuan buruk kecuali karena rencana Allah. Diversitas memang memiliki kebenarannya sendiri, namun apakah benar jika setiap dari kita memegang stemple kebenarannya masing-masing? Tentunya urusan cap kebenaran ini bukan tugas utama kita sebagai hamba-Nya. Cukup lelah apabila seluruh tenaga pemikiran kita tuangkan untuk berebut memberi cap.
Islam ada di hati setiap penerimanya, jadi sesama penerima ( إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ ) seharusnya berjalan bersama dalam fitrah tersebut. Jika memungkinkan untuk berdakwah ditengah-tengah penganut paham keyakinan lain maka tolong bawa islam dengan kerendahan hati. Islam bukan bagian cover identitas masyarakat tetapi inti manusia di depan Tuhan. Ingatlah para imam memiliki kiblat faktual dari Allah, serta makmum selalu dalam barisan yang sejajar.