Apa yang terjadi? Yuk simak!
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh kebun bunga, hiduplah seorang perempuan bernama Mawar. Mawar, yang namanya berarti "mawar merah", adalah seorang muslimah yang sangat dihormati oleh warga desa. Setiap hari, Mawar menghabiskan waktunya dengan merawat taman bunga di rumahnya.
Taman milik Mawar dipenuhi dengan mawar merahnya. Dengan kelopak merah cerah yang mempesona dan duri-duri tajam yang melindungi. Mawar merawat bunga-bunga mawarnya dengan penuh kasih sayang, menyiramnya setiap hari dan memastikan bahwa mereka tumbuh dengan sehat.
Namun, di antara teman-teman Mawar, ada seorang anak laki laki bernama Adam yang datang mengunjungi taman Mawar. Adam adalah seorang pemuda yang baik hati. Namun, suatu hari si Adam datang dan memarahi Mawar. Hal ini membuat Mawar merasa sangat tidak nyaman.
Mawar selalu menghormati Adam sebagai teman.
Suatu hari, Adam datang dengan tekad untuk menuduh mawar dan menyebarkan informasi hoaks bahwa Mawar merupakan anak yang tidak baik.
Tiba-tiba Mawar mendengar percakapan itu secara tidak sengaja dan memutuskan untuk berbicara dengan tegas.
“Adam… Jangan sampai kamu berburuk sangka padaku, semua yang kamu katakan itu tidak benar!” kata Mawar.
Adam terdiam, akhirnya mengakui kebenaran dalam kata-kata Mawar dan memutuskan untuk menghormati kebenarannya.
Seiring waktu, Mawar dan Adam tetap menjaga hubungan baik sebagai teman jarak jauh sebagai lawan jenis menjaga mahramnya.
Mawar terus merawat taman bunganya, meskipun mawar merahnya tetap berduri. Mawar menyadari bahwa duri-duri tersebut menjadi bunga itu istimewa dan indah.
Di desa kecil itu, kisah Mawar merah dan duri-durinya menjadi pelajaran berharga bagi semua orang tentang menghormati batasan, dan kejujuran.