........
SULTAN AGUNG
Di tengah gemuruh hutan Mataram, terlahir seorang pangeran yang akan mengukir sejarah besar. Namanya Sultan Agung, gelar yang menggema di seluruh Tanah Jawa. Lahir pada tahun 1593 di Kotagede, ia adalah putra Sultan Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Namun, takdirnya tidak selalu berjalan mulus.
Masa kecil Sultan Agung dihabiskan di padepokan Jejeran, tempat ia diajari budi luhur dan agama Islam oleh Ki Jejer. Ayahnya, Sultan Hanyakrawati, telah menitipkan padanya tugas besar: memimpin Kesultanan Mataram. Meskipun bukan putra mahkota, Sultan Agung menerima amanah ini dengan berat hati.
Cinta dan kewajiban bertabrakan dalam dadanya. Ia mencintai Lembayung, seorang wanita dari kalangan biasa, namun kasta ksatria melarangnya menikahinya. Sultan Agung juga ingin menjadi seorang ulama, tetapi takdir memanggilnya ke takhta Mataram.
Pada tahun 1613, Sultan Agung naik takhta. Ia bukan hanya seorang sultan, melainkan juga seorang panglima perang yang ulung. Dengan tekad baja, ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kesultannya. Daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura tunduk di bawah panji Mataram.
Namun, perjalanan Sultan Agung penuh liku. Ia menghadapi pemberontakan, intrik istana, dan ancaman dari VOC Belanda. Keberaniannya dalam mempertahankan Mataram membuatnya dikenal sebagai pejuang sejati.
Kisah Sultan Agung juga mencakup kesaktiannya. Ia sering melakukan tirakat dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Bahkan saat bertirakat, ia tak tahu bahwa ayahnya telah meninggal. Sultan Agung adalah sosok yang menggabungkan keberanian dan spiritualitas.Sultan Agung melanjutkan perjuangannya dengan tekad yang tak tergoyahkan. Berbagai tantangan menghadangnya.
Sultan Agung memimpin pasukannya menaklukkan Surabaya dan Madura. Ia menggabungkan kekuatan militer dengan strategi diplomasi untuk memperluas wilayah Mataram. Kota-kota pesisir yang tadinya berdiri tegak di bawah bendera Belanda kini tunduk pada panji Mataram.
Meskipun kasta ksatria melarangnya, Sultan Agung menikahi Lembayung. Cinta mereka menjadi legenda, menginspirasi banyak orang tentang keberanian dan keteguhan hati. Lembayung adalah sosok yang setia mendampingi Sultan Agung dalam setiap pertempuran dan keputusan berat.
Perang melawan Belanda menjadi ujian terbesar bagi Sultan Agung. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di Jawa. Sultan Agung menolak, dan pertempuran sengit pun terjadi. Meskipun Mataram mengalami kekalahan, Sultan Agung tidak pernah menyerah.
Pada tahun 1645, Sultan Agung meninggal dunia. Namun, warisannya tetap hidup. Ia dikenang sebagai peletak pondasi Kejawen, sistem irigasi yang mengubah Mataram menjadi daerah yang subur. Selain itu, ia juga memperkaya budaya Jawa dengan seni dan sastra.
Sebagai peletak pondasi Kejawen, ia mempengaruhi budaya Jawa dan menjadi pahlawan nasional Indonesia. Nama Sultan Agung terukir dalam sejarah, mengingatkan kita pada ketabahan, cinta tanah air, dan tekad untuk mengatasi segala rintangan.
Selesai.