Cerpen di sekolah mengenai kuatnya pertemanan terhadap pembulian
Pada suatu hari, di sebuah sekolah SMP Lautan Api di kota Bandung, ada sebuah grup teman yang terdiri atas lima orang yang terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Orang yang pertama adalah seorang laki-laki yang tinggi dan baik hati, Ferdi. Gadis berambut kuning yang berasal dari luar negeri, Cassie. Seseorang yang agak kelebihan berat badan dan sedikit pemalas, Anto. Perempuan yang pemberani dan sedikit keras kepala, Alya. Dan karakter utama kita, seseorang yang pintar tapi agak penakut, Jana.
Group ini memang sudah berteman sejak pertengahan SD di saat mereka dipilih untuk berkelompok bersama dalam kompetisi sains dan sejak saat itu mereka terus berteman hingga saat ini. Bahkan saat mereka lulus SD, mereka berlima setuju untuk melanjutkan sekolah ke SMP yang sama. Persahabatan mereka itu sangat kuat, sampai-sampai sang kepala sekolah bilang kepada orang tua mereka bahwa persahabatan mereka mungkin persahabatan terkuat di seluruh Indonesia. Jika salah satu dari mereka di-bully, yang lain pasti yang akan datang untuk membantu.
Pada hari Rabu pagi di sekolah sekitar jam sembilan, Jana berada di kelasnya. Semua siswa beserta teman-temannya sempat keluar terlebih dahulu untuk pergi ke kantin. Jana sendiri tidak ikut mereka karena orang tuanya sudah mempersiapkan kotak makan yang berisi nasi, potongan ayam panggang dengan saus dan sayuran brokoli serta wortel, dan Jana sudah menghabiskan isi kotak makan tersebut. Di kelas yang kosong itu, saat Jana sedang duduk di kursi belajarnya sambil membaca buku bacaannya, tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan. Saat Jana mengganti fokusnya ke orang tersebut, Jana langsung merasa takut. Di depannya, ada seseorang yang bertubuh besar, otot terlihat menonjol di tangan dan kakinya, sedangkan di hidungnya ada perban yang menutupi sebuah luka. Di depan Jana, si Bully mendekati Jana dan tanpa gugup, memegang seragam Jana lalu menarik Jana mendekatinya.
Si Bully, dengan suaranya yang agak serak dan menakutkan, mengancam Jana, “Jika kamu tidak memberikan kotak makananmu dan uang sebesar lima puluh ribu kepadaku sebelum sore hari, maka kamu dan teman-temanmu akan berada dalam masalah besar!”
Jana yang sudah menghabiskan makanannya, merasa takut melebihi takut yang pernah dirasakan di seluruh hidupnya. Ia tahu kalau dia berkata jujur, maka dia akan dipukul habis-habisan sampai berdarah dan si Bully tetap akan keluar tanpa kena hukuman karena orang tuanya mempunyai pengaruh besar di sekolahnya. Akhirnya dengan rasa bersalah dan takut yang terdengar dari suaranya, Jana setuju dengan permintaan si Bully itu. Si Bully, dengan senyum menakutkannya yang baru saja muncul, melepaskan genggamannya dari Jana dan akhirnya keluar dari kelas itu.
Gugup, Jana mulai memikirkan apa yang ia harus lakukan supaya si Bully tidak memukul dia. Jana tidak bisa membeli makanan baru karena Ia harus memberikan uang lima puluh ribu kepada si Bully. Kemudian, Jana ingat bahwa salah satu temannya, Anto, memiliki kotak makan yang bisa digunakan untuk diberikan kepada si Bully. Hanya saja Jana tahu kalau ia bilang kepada Anto kotak makannya akan diberikan ke si Bully, Anto pasti tidak mau memberikan kotak makannya kepada Jana. Jana berpikir cukup lama selama bermenit-menit. Meragukan diri sendiri mengenai apa yang Ia harus lakukan. Jana berpikir untuk mengambil kotak makan Anto tanpa bilang, tapi hal itu bisa merusak pertemanan mereka.
Akhirnya, Jana mempunyai ide. Ide yang Jana sama sekali tidak suka. Karena ide tersebut adalah mengambil kotak makanan temannya tanpa bilang. Sekarang, Anto masih keluar dengan yang lain. Jana mengambil kesempatan tersebut dan karena kelasnya tidak ada CCTV, Jana secara sembunyi dan tanpa membuat banyak suara, mengambil kotak makan si Anto dengan cepat, lalu menyembunyikannya di tasnya. Jana merasa sangat tidak enak tetapi Jana tahu kalau ia tidak melakukannya, maka ia akan merasakan hal yang lebih buruk, yaitu menjadi samsak tinju si Bully. Beberapa menit kemudian, kelas sudah mulai sibuk dan ramai lagi. Siswa-siswi yang tadinya menghabiskan waktu istirahat mereka di luar sekarang sudah kembali untuk mempersiapkan diri mereka menjelang pelajaran selanjutnya. Dan di belakang, Jana sedang berbicara dengan Ferdi, Ayla, dan Cassie. Kemudian pada saat itu, mereka mendengar sebuah teriakan panik yang keras. Sekeras suara yang bisa saja merusakkan kaca kelas mereka. Teriakan itu, berasal dari Anto yang baru saja menyadari bahwa kotak makanannya telah ‘diculik’.
“Hah?! Kotak makanku hilang! Siapa yang mencuri kotak makanku?!”
Muka Jana langsung menegang, Ia merasa sangat bersalah. Sementara itu, Ferdi, Ayla, dan Cassie langsung bergegas ke samping teman mereka dan mencoba mengurangi ketegangan situasi tersebut.
Jana berpikir. Ia merasa ia harus berkata jujur kepada semuanya mengenai apa yang telah terjadi dan bilang kepada Anto bahwa ia yang mengambil kotak makannya tanpa izin. Sementara sisi hatinya yang lain ingin tetap membuat semua ini sebuah rahasia karena ia takut perbuatan ini mungkin bisa menghancurkan pertemanan mereka. Ia takut apa yang akan mereka pikirkan mengenai dirinya setelah semua ini. Tetapi, ia terus berpikir, dan berpikir. Mereka tidak akan pasti membenci dia jika Ia masih punya kotak makannya dan menjelaskan bahwa si Bully itu yang membuat ia mencuri kotak makannya kan? Jana berpikir seperti itu.
Siang hari datang. Walaupun situasinya sudah mulai membaik, Anto masih saja sedih dan agak kecewa, walaupun yang lain sudah mencoba untuk menenangkannya. Jana, melihat semua ini dan masih punya kotak makannya, akhirnya merasa terlalu bersalah. Ia merasa kalau Ia masih menyimpan kotak makannya dan memberikan itu ke si Bully, maka pertemanan mereka mungkin akan retak jika mereka tahu. Jana tahu mereka akan tahu suatu hari nanti. Jadi, saat teman-temannya sedang berkumpul dan membicarakan kondisi sekarang dan hal-hal berdekatan, Jana mendekati mereka. Pada saat itu yang lain sempat menyambut Jana. Walaupun pada saat itu mereka (kecuali Anto) pada dalam ekspresi senang, semuanya berubah. Jana akhirnya mengungkapkan semuanya yang terjadi. Mulai dari si Bully datang dan mengancamnya sampai di bagian di mana Jana mencuri kotak makannya Anto. Dan akhirnya Jana membuka tasnya dan mengembalikan kotak makanannya.
Yang lain berdiam sejenak. Mereka tidak percaya bahwa salah satu teman baik mereka adalah si pencurinya. Sementara Anto langsung mengambil kembali kotak makanannya dan mengecek apakah ada yang sudah dimakan. Kotak makanannya masih penuh. Jana menunggu. Takut dengan reaksi yang lain yang mungkin mereka keluarkan. Beberapa detik berlalu sebelum Ayla akhirnya mengatakan sesuatu. Dan ia menanyakan apakah semua itu terjadi karena si Bully itu. Jana bilang iya. Akhirnya yang lain menjawab dan mencoba untuk meyakinkan kepada Jana bahwa mereka mengerti itu bukan salahnya dia dan si Bully itu yang membuat Jana mengambil makanan Anto. Jana merasa lega. Ia merasa senang karena Ia punya teman yang setia dan juga mengerti keadaannya. Sayangnya kelegaan yang dirasakan Jana mulai menghilang dan diganti dengan kecemasan dan kepanikan gara-gara Jana ingat ancaman si Bully kepada Jana.
Yang lain sekali lagi mencoba menenangkan si Jana dan mencoba untuk memikirkan beberapa cara untuk melawan si Bully. Akhirnya, Cassie punya sebuah ide simpel, tetapi mungkin bisa bekerja.
Sore hari tiba, si Bully menunggu di bagian belakang sekolah. Kemudian, Jana secara takut, perlahan-lahan jalan mendekati area di mana si Bully berada sambil membawa kotak makan Anto. Dan kemudian, Jana berhadapan dengan si Bully. Si Bully dengan suara ganas dan menakutkannya meminta Jana menyerahkan kotak makan itu beserta uangnya. Dan Jana akhirnya memberikan kotak makan beserta amplop yang isinya uang lima puluh ribu yang diminta. Dan secara cepat, si Bully mengambil barang-barang tersebut dengan senyum jahat yang lebar muncul di wajahnya. Kemudian, si Bully mengalihkan perhatiannya kembali ke Jana. Hanya saja, Jana sudah pergi meninggalkan tempat itu.
“Kemungkinan si pengecut itu sudah lari ketakutan,” pikir si Bully. Kemudian, si Bully membuka kotak makanan tersebut dan ia langsung melempar kotak makan tersebut. Ternyata, kotak makan tersebut cuma diisi pasir konstruksi dari bangunan yang masih dibuat supaya terasa seperti ada sesuatu di dalamnya. Dan saat ia membuka amplopnya, ada uang lima puluh ribunya, cuma ternyata itu uang palsu. Betapa marahnya si Bully pada saat itu. Telah ditipu oleh si Pengecut yang ia kira selama ini terlalu takut untuk melawan dia.
Jana, yang sekarang menahan tawanya sambil menjauhi tempat di mana si Bully berada, berlari menuju ke ruangan kepala sekolah. Setelah mengetuk pintu ke ruang kepala sekolah, Jana masuk dan melihat teman-temannya sudah melaporkan aksi si Bully ke kepala sekolah. Sang kepala sekolah akan menghukum si Bully tersebut dan kali ini, orang tuanya tidak akan mempengaruhi hukumannya. Akhirnya, Jana merasa lega dan senang.