Tanggung jawab dalam setiap perbuatan
Tanggung Jawab
Karya: Muhammad Fahri Faturrahman
Suatu ketika, ada seseorang yang sedang berdiam diri di mercusuar tengah laut malam hari, yaitu Amin. Saat Amin sedang berdiam diri di tengah laut, datanglah seseorang bajak laut menembaki markas Amin tersebut, yaitu Abrax. Amin yang sedang berdiam diri seketika terkejut. Lalu, dia pergi ke jendela untuk melihat siapa yang menembakinya, ternyata sosok bajak laut berbadan besar membawa pasukannya untuk menyerang markas Amin. Dia langsung pergi ke basement untuk mengambil senjata yang akan digunakan untuk melawan Abrax. Amin mengambil beberapa senjata dan bom untuk melawan pasukan yang di pimpin Abrax itu.
Setelah mengambil senjata, Amin mengunci semua pintu mercusuar agar pasukan Abrax tidak mendapatkan akses masuk. Setelah pasukan Abrax mencapai daratan mercusuar, Amin segera berlari ke lantai atas untuk bersiap menembaki pasukan tersebut. Abrax segera berlari ke markas Amin. Di tengah jalan, tanpa sadar, Abrax terkena jebakan yang sangat kuat dari Amin. Bahkan pasukannya tidak sanggup untuk menolong Abrax yang sedang terjebak itu. Tidak disangka, ternyata Amin memberikan jebakan yang sangat banyak dan mengerikan.
Abrax lalu mengerang meminta tolong. Dia ingin melepaskan diri dari jebakan itu. Amin melihat pemimpin dari penyerangan itu terjebak akibat jebakan yang ditanamnya itu. Dia pun berhenti menembaki pasukan itu. Abrax segera sadar bahwa Amin telah melihat dirinya terjebak. Setelah berpikir sejenak, Abrax lalu menembakkan flare gun ke atas sebagai tanda menyerah dan berkata lantang, “Saya menyerah, saya menyerah!” Amin tersenyum tipis melihat hal tersebut. Rencananya berjalan sesuai yang diharapkan.
Amin mulai turun dengan membawa senjata di belakang punggungnya dan pisau di saku kanannya untuk berjaga-jaga karena bajak laut itu bisa saja berbohong dan menyergap Amin. Saat Amin sudah turun ke bawah, ia segera mengecek kondisi di luar yang ternyata sangat berantakan setelah dihujani peluru pasukan Abrax. Amin membuka pintu perlahan sambil membawa pistol di sampingnya. Ia berjalan pelan ke arah Abrax yang sedang terjebak. Ketika sudah berada di depan Abrax, betapa terkejutnya Amin melihat badan Abrax yang sangat besar.
Abrax yang melihat Amin mendekat ke arahnya langsung meminta tolong, “Tolong, saya terjebak saya tidak bisa keluar dari jebakan ini.”
“Kenapa saya harus menolong kamu sedangkan kamu dengan tiba-tiba menyerang saya?” sahut Amin.
“Maafkan saya, maafkan saya …” Abrax memohon sekali lagi.
Amin merasa iba melihatnya, “Baiklah, saya akan memaafkan kamu."
“Terima kasih, terima kasih!” ujar Abrax kegirangan.
Akhirnya terlepaslah jebakan yang diinjak oleh abrax tersebut. Amin tetap waspada dan berhati-hati karena tidak ada orang yang bisa dipercaya di pulau ini.
“Sebelumnya, kenapa kamu ke sini menyerang saya?”
“Saya sebenarnya ke sini untuk merebut pulau ini. Tetapi ternyata saya salah memilih lawan,”
Amin tertawa, “Hahaha, bisa saja kamu!”
“Saya ingin bertanggung jawab atas apa yang sudah kami lakukan terhadap tempatmu”
“Baiklah, kalau begitu apakah saya boleh meminta sesuatu?” Tanya Amin.
“Boleh. Sebut saja,” jawab Abrax.
Amin berkata, “Saya ingin kau memperbaiki apa yang sudah kau rusak dan memberikan makanan untuk saya di tempat ini.”
“Baik jika itu maumu. Saya akan memenuhinya sebagai bentuk pertanggungjawaban saya kepadamu. Saya juga akan memberikanmu hadiah!”
Amin menghela nafas lega, “Terima kasih sudah bertanggung jawab apa atas yang kamu lakukan, karena setiap perbuatan yang kita lakukan akan selalu menjadi tanggung jawab kita. Sebelumnya, apakah kamu sudah tau nama saya?”
Abrax menjawab “Belum, siapakah namamu?”
“Nama lengkap saya Al-Amin. Panggil saja Amin. Siapa namamu?”
“Nama lengkap saya Abraxax. Panggil saja Abrax,” jawabnya.
Mereka berdua saling berkenalan dan untuk pertama kalinya tersenyum dan akrab satu sama lain.
Setelah hubungan mereka menjadi dekat, Abrax mulai bekerja sama dengan pasukannya untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka perbuat terhadap wilayah Amin. Mulai dari mengecat ulang tembok mercusuar hingga memperbaiki besi pagar yang mengelilinginya.
Abrax juga memberikan makanan kepada Amin sebagai bentuk permintaan maafnya. Dia juga memberikan hadiah sesuai yang dijanjikannya, yaitu sebuah pulau baru yang besar! Pulau itu jaraknya tidak terlalu jauh dari mercusuar tempat ia tinggal. Hal itu membuat Amin sangat berbahagia. Dia segera pergi ke pulau tersebut untuk melihat-lihat keadaannya. Alangkah terkejutnya Amin karena pulau tersebut sangat indah dengan pemandangan serta wilayahnya yang sangat bersih. Dia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Abrax. Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan.
Pesan moral dari cerita ini adalah kita harus memiliki rasa tanggung jawab atas semua hal yang telah kita lakukan. Apabila kita berbuat salah kepada siapapun, kita tidak bisa mengharapkan orang lain untuk mencari solusinya. Kita sendirilah yang harus bertanggung jawab. Dimulai dari mengucapkan permintaan maaf kemudian mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara damai.