Tahun 2025, peringatan ke-80 tahun kemerdekaan, tapi apakah kita benar benar sudah merdeka?
Saat ini kondisi negara kita sedang tidak baik-baik saja. Pungli di mana-mana, nepotisme merajalela, korupsi seolah berita biasa (antikorupsi.org, 2024). Lebih mirisnya lagi yang melakukannya adalah para pemimpin bangsa, yang memiliki akses terhadap media (mediaindonesia.com, 2025). Suara rakyat hanya didengar ketika pemilu, sisanya hampir tak dihiraukan (kompasiana.com, 2025). Bahkan pengibaran bendera One Piece yang dilambangkan sebagai suara rakyat justru mendapat kabar akan dibungkam oleh berbagai macam kebijakan (tempo.co, 2025). Demokrasi? Masihkah ada di negeri ini? Ataukah bersyarat kursi jabatan dan lembaran uang?
Padahal rakyat hanya meminta kembalinya sang Keadilan yang mulai memudar di negeri ini, bukan rumah bertingkat atau mobil mewah yang didapatkan dari pajak rakyat yang masih beratapkan ilusi akan demokrasi. Saya harap pemerintah sadar akan hal ini dan mampu membenahinya segera.
Akan tetapi pemerintah juga dari rakyat, rakyat tidak boleh hanya menuntut, namun ia harus siap berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Percuma tong kosong yang nyaring bunyinya, percuma pula jika bersuara namun budaya buruk masih melekat dalam jiwa. Nepotisme dalam pekerjaan dianggap biasa, sogok menyogok membeli kursi sudah menjadi budaya, lantas korupsi dilakukan demi menutup biaya. Perubahan harus kita lakukan dari lingkup terkecil, diri kita sendiri demi masyarakat Indonesia yang lebih baik ke depannya. Yang sudah memiliki kuasa pun tak boleh bertindak semena-mena, tanpa suara rakyat mereka bukan apa-apa, wajib bagi mereka bertanggung jawab karena setiap dari kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.
Saya harap dalam memperingati hari ulang tahun ke-80 kali ini kedepannya Indonesia mampu menjadi lebih baik dari sebelumnya dan menjadi negara yang menjunjung tinggi pancasila sebagai dasar, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.
Daftar Pustaka
Sebuah cerita fantasi karya Ardha Karim Alfarrees yang mengandung amanat untuk janganlah b...