Digital no Kokoro

Bagian III

2025-05-12 14:52:16 - Fifahaulia

____________________________________________________________-

Esoknya Kazuto tidak datang ke studio, hanya ada Miyuki, Miyukipun merasa sendiri, pertama kali ia di ruangan itu tanpa Kazuto, selama dua tahun menjadi penghuni tetap di sana, Miyuki menjadi bingung harus melakukan gerakan apa. Seketika Miyuki mengingat lagu yang pertama kali Kazuto ajarkan padanya. Miyuki segera mengambil salah satu CD dan menyetelnya. Lagu itu lembut namun liriknya begitu bermakna. Kini Miyuki tidak bergerak, melainkan memandangi bunga Sakura yang tidak sedang mekar pertama kali setelah musim dingin. Sakura sedang bersiap berganti musim. 

Lagu itu dengan sopan masuk ke telinga Miyuki, semua kenangan dan suara Kazuto yang dulu mengajari Miyuki, hingga Miyuki bisa berdiri sampai saat ini, ia kembali mengingatnya, ketika dulu Miyuki masih berambut pendek dengan kepangan yang selalu ia gunakan di rambut kanannya, yang kadang menarik perhatian Kazuto, Miyuki menyadarinya. Sendirian di studio memang membuat suasana tidak seceria biasanya, tapi itu adalah kesempatan Miyuki untuk kembali memutar sekian banyak memori di kepalanya. 

Kring!!!

“Halo?” tanya seseorang dari dalam telepon, Miyuki segera mengambilnya. Itu Kazuto.

“Miyuki? Apa kamu baik-baik saja? Maaf aku tidak bisa datang hari ini.”

“Tidak apa-apa, aku tahu kamu sangat lelah, kamu begitu bersemangat kemarin, aku tahu,” jawab Miyuki.

Ahaha, kamu mengetahuinya, ya.” tawa kecil itu terdengar dari dalam telepon.

Apakah besok kamu bisa kembali beraktivitas? Atau butuh waktu beberapa hari lagi untuk istirahat.” Tanya Kazuto.

“Boleh, boleh, aku bisa kapan pun, segera kabari jika ingin datang.” 

Baiklah, sampai jumpa besok dan hati-hati.” 

“Ya~ selamat beristirahat”

Telepon singkat itu terjadi begitu saja, Miyuki kembali menatap sakura, dan mendapati pantulan dirinya dari jendela kaca di depannya. Semakin lama, semakin banyak memori yang terputar di kepalanya, ia segera mematikan musik itu dan mengambil jaket kulit hitamnya di sudut ruangan, hari ini sepertinya hari untuk mengenang segalanya. 


***


Sekembalinya Kazuto, studio menjadi seperti biasa, Miyuki dan Kazuto mengikuti aliran instrumen musik tanpa kesulitan, namun kali ini Kazuto justru melihat Miyuki dengan berbeda. Kenapa kaki Miyuki tidak selincah kemarin? 

“Miyuki? Apakah ingin istirahat sebentar?” tanya Kazuto.

“Boleh~ agaknya aku lelah,” kata Miyuki.

Miyuki segera meluruskan kakinya di lantai. Kazuto memberikan zabuton (bantal untuk duduk) kepada Miyuki, agar Miyuki terasa lebih nyaman. 

“Apakah kemarin kamu berlatih di studio? Saat aku tidak datang?” tanya Kazuto

“Hm~ aku tetap datang, tapi tidak berlatih,” jawabnya.

“Kenapa tidak pergi ke tempat lain?” Kazuto dengan seribu petanyaannya.

“Ehehe aku tidak kepikiran hal itu.” 

“Ya sudah, kita istirahat dulu, setelah itu latihan lagi, OK?” 

Ha-ii,” jawab Miyuki.

Sesi istirahat selesai, dan Miyuki entah kenapa mengganti pakaiannya dengan jaket oversize yang tampak asing di mata Kazuto. Namun Kazuto tidak menghiraukan hal itu. Tapi setelah istirahat, kondisi Miyuki tampaknya semakin memburuk, beberapa kali Miyuki melupakan bagian dance solonya, padahal itu adalah pertunjukkan ia seorang diri yang akan menarik perhatian banyak orang. Kazuto dengan sabar mengingatkan Miyuki. Tapi itu tidak banyak membantu, Miyuki justru melupakan banyak bagian dan semakin banyak melakukan kesalahan. 

“Bolehkan aku beristirahat lebih lama?” Tanya Miyuki.

“Boleh boleh, jika ingin pulang, juga tidak apa-apa, tampaknya kamu sangat kelelahan,” Kazuto segera mematikan musik, dan membantu Miyuki untuk duduk di kursi. 

“Apa ada sesuatu yang ingin aku bawakan?” Tanya Kazuto.

Miyuki tampaknya lelah sekali, ia diam seribu bahasa, sambil mengerenyitkan dahinya sesekali, tapi jika Kazuto bertanya keadaannya, Miyuki tidak menjawab. Dahulu sekali kejadian seperti ini pernah terjadi namun Miyuki masih bisa berkominikasi dan mengatakan apa yang ia rasakan. Tapi kali ini Kazuto tak bisa berbuat apa-apa. 

“Bagaimana kalau aku antar pulang?” Kazuto belum lelah memberikan pertanyaan. 

Miyuki hanya mengangguk.

Tanpa perintah lagi, Kazuto segera mengambil jaketnya dan menggulungkan syal ke leher Miyuki. Ia segera membopong Miyuki, sayangnya dalam gedung tersebut tidak tersedia lift sehingga mereka tetap harus menuruni anak tangga bagaimanapun keadaannya, untungnya studio itu tidak berada di lantai yang terlalu atas. Kazuto dengan segala kecepatan kakinya menuruni tangga dengan Miyuki yang lemah di gendongannya. Syukurlah, tempat mereka dekat dengan stasiun, Kazuto segera membeli tiket dan bergegas. Badan Miyuki semakin dingin dan kini Kazuto melapisi badan Miyuki dengan jaketnya, walaupun Miyuki sudah mengenakan jaket.

Sekitar 10 menit kereta itu sampai di pemberhentian selanjutnya, Kazuto berusaha menyadarkan Miyuki, perlahan Miyuki membuka matanya. Miyuki mengatakan sesuatu yang tak jelas, Kazuto tidak bisa mengerti maksudnya. Setelah mencoba mendengarkan lagi dan lagi apa yang dikatakan oleh Miyuki, ternyata Miyuki hanya ingin di antar sampai pemberhentian saja dan akan pulang ke rumah tanpa Kazuto. Kazuto tidak bisa menolak, memang sedari dulu jika Kazuto mengantar dan menjemput Miyuki hanya sebatas bertemu di stasiun.

….


Setelah kejadian kemarin, Kazuto memikirkan berbagai cara untuk menghidupkan kembali keceriaan dalam diri Miyuki, bagaimana dengan tempat yang sering ia kunjungi? Hanya itu yang terpikir olehnya. Namun Kazuto sadar, ia tidak pernah menceritakannya. Hanya Nanami yang kini terlintas di kepalanya sebagai subjek wawancara.

“Nanami-san!” teriak Kazuto. 

Nanami dengan seribu pertanyaannya menyerbu Kazuto, padahal Kazuto datang terengah-engah. Namun mulut Nanami yang mengandung miliaran kata itu tidak memberikan Kazuto waktu untuk bernapas. 

“Bisakah kita pergi bersama, sebentar?” tanya Kazuto.

“Wah? Boleh,” sekejap kata dari Nanami.

Mereka pergi mengunjungi mall yang lokasinya tidak jauh dari kampus. Selama perjalanan, Kazuto banyak bertanya, ia ingin tau bagaimana Nanami berinteraksi dengan Miyuki dan sebaliknya. Namun pintarnya Kazuto, Nanami tidak sadar walaupun sudah banyak pertanyaan namun Nanami tidak mengira bahwa Kazuto sedang mendalami interaksinya dengan Miyuki. Itulah Kazuto. 

Nanami yang cerewetpun dengan panjang menjawab setiap pertanyaan Kazuto dan begitupun Kazuto yang saling melengkapi, ia siap memasang dua telinganya, ia sengaja mengajak Nanami ke mall agar konsentrasi Nanami bisa teralihkan dengan barang-barang cantik, sehingga Nanami juga tidak lelah untuk terus berbicara. Kazuto juga membelikan satu set manga (komik) yang sedang Nanami idamkan. Dengan begitu Kazuto mudah untuk menarik hati Nanami agar terus berbicara. Ternyata mulut Nanami tidak kenal lelah.

Tapi pada akhirnya, Kazuto sendiri yang kelelahan, ia sudah lelah memutari mall, entah yang keberapa kali, dan Kazuto memutuskan untuk berhenti dan mengantar Nanami pulang, selama di bus, Nanami tertidur dengan wajah yang sangat kelelahan. Hal itu tidak terjadi pada Kazuto, sepanjang perjalanan, Kazuto mengeluarkan ponselnya yang sedari percakapannya dengan Nanami ia rekam dengan berbagai part. Tapi Kazuto sadar bahwa apa yang keingintahuannya tidak terjawab. Ternyata Miyuki tidak pernah ada di luar kampus dalam cerita Nanami. Kalau begitu, apakah dia tidak berpergian? Pantas saat aku tidak datang ia juga tidak bermain ke tempat lain? Apakah Miyuki masih sependiam itu?

Bersambung...

More Posts