Digital no Kokoro

Bagian Akhir

2025-05-12 15:03:39 - Fifahaulia

______________________________________________________

なんで全部こんなにめちゃくちゃなんだよ!?

Nande zenbu konna ni mechakucha nan da yo!?


______________________________________________________

Syukurnya, lelah Kazuto kemarin terbayar, karena tiba-tiba besoknya Miyuki menelpon lewat telepon genggam, dan katanya ingin berlatih bersama di studio. Kazuto yang tadinya hendak pulang dari kampus, langsung mengurungkan niatnya, hari itu memang bukan jadwal kuliah Miyuki, jadi tidak bisa bertemu dari awal di kampus. Miyuki datang dengan wajah yang tampak lebih segar dari sebelumnya, bibirnya kini tidak pucat lagi, senyumnya saat menyapa Kazuto juga terasa lebih hangat dari biasanya. Yokatta. Hanya itu yang terlintas dalam batin Kazuto. Sebelum kembali ke studio, Kazuto mengajak Miyuki mampir ke kantin, untuk memastikan bahwa Miyuki sudah benar-benar sehat. Miyuki berbicara seolah-olah iya sudah sehat sepenuhnya, Miyuki juga tidak lupa untuk meminta maaf karena susah dihubungi selama istirahat, namun mendengar hal itu sudah cukup menenangkan perasaan Kazuto. 

Musik pun mulai terdengar, memenuhi seisi studio mereka, seperti biasa mereka memulai dengan pemanasan, Miyuki dengan baju oversize nya mulai melakukan choreo yang telah ia hapalkan bersama. Gerakan kali ini memang tidak serumit kemarin, namun dalam satu bagian lagu memiliki banyak jenis perpindahan gerakan, memang butuh konsentrasi. Sesekali Kazuto berhenti dan fokus melihat gerakan Miyuki, sempurna seperti biasanya. Begitupun dengan Miyuki yang melihat gerakan Kazuto dan sesekali mengkoreksi ekspresinya, sesi istirahat pun tiba, Miyuki dengan baju kebesarannya menggulung tangan baju kanannya. Memang melelahkan. 

Tapi ada satu hal yang mencuri perhatian Kazuto, saat Miyuki menggulung lengan bajunya, Kenapa urat nya merah?, Kazuto sempat membuang pikirannya karena ia tidak ingin begitu mencampuri rahasia Miyuki jika benar adanya. Namun Kazuto tidak bisa, ia tetap saja penasaran, ia segera menghampiri dan memegang tangan Miyuki.

“Ini….kenapa?” tanyanya yang langsung memegang tangan Miyuki.

Miyuki baru sadar bahwa ada yang aneh dalam dirinya.

“Eh? Sebentar” Miyuki menarik tangan yang Kazuto pegang dan segera merapikan gulungannya.

“Kalau ada sesuatu yang ingin diceritakan, katakan saja” ucap Kazuto.

“Sepertinya ini tidak apa-apa”

“Tapi itu benar-benar merah, apa tidak mau di periksa saja?” 

“Eh, tidak usah, ini akan baik-baik saja, ayo latihan lagi!” Ajak Miyuki berusaha mengalihkan perhatian. 

Kazuto segera mengikuti dan memulai sesi latihan kedua, namun tidak berjalan lama, Miyuki berdesis kesakitan, Kazuto segera menghampirinya dan mematikan musik, ia segera memegang dan menggulung lengan Miyuki. Ada yang aneh, struktur pergelangan Miyuki tidak seperti biasanya, Kenapa pergelanganya begitu keras? Rasanya tidak normal. Kazuto segera meminta penjelasan, namun sembari menahan sakit, Miyuki tiba-tiba meneteskan air matanya. Air mata nya pun tidak sejernih biasanya. 

“Miyuki? Apa kamu benar-benar sudah sehat?” tanya Kazuto dengan lembut sembari memegang pundak Miyuki.

Miyuki hanya bisa menatap Kazuto dengan matanya yang berkaca-kaca. Kazuto menunggu apa yang akan dikatakan Miyuki selanjutnya.

Go….go….m...mena…sai (maaf)” Ucap Miyuki sambil menundukkan kepalanya dengan suara sedikit terisak, kali ini kepalanya ia tundukkan keatas lututnya yang ia lipat.

Kazuto masih tidak mengerti, kenapa tiba tiba? Apakah ia sakit dalam kondisi serius?.

Miyuki yang segera mengganti posisi kepalanya dan melihat ke mata Kazuto, ia mengucapkan kata maaf sekali lagi. Miyuki segera menarik nafas dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perkataannya, begitupun dengan Kazuto yang dengan sabar menunggunya. 

Selama kemarin, Kazuto yang mondar mandir mencari cara untuk Miyuki, Miyuki mengetahuinya, ia mengetahui segalanya tentang Kazuto, ia mempelajari Kazuto dengan baik, dan itulah tugasnya. Segera setelahnya, Miyuki meletakkan tangan Kazuto tepat di posisi jantungnya, Kazuto heran, kenapa?. Kazuto pun sadar bahwa jantung Miyuki tidak berdetak, dengan wajah cemas melihat Miyuki, Miyuki segera merogoh dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, tampak seperti berlian yang berbentuk bintang segi enam, Apa? Apakah itu mainan? Atau Apa? Kazuto berpikir keras dalam benaknya. Namun dugaan Kazuto salah, itu bukanlah berlian ataupun mainan berbentuk bintang segi enam, itu adalah benda dari kehidupan Miyuki. Miyuki memperlihatkan bagaimana bintang kecil itu sangat dibutuhkan, dalam tangan kirinya lah bintang itu bekerja, tangan kiri Miyuki bukanlah tangan yang normal, melainkan terdiri dari tiga buah bintang yang sama persis bentuk nya, biru, merah dan hijau lah warna mereka, namun Miyuki menjelaskan bahwa bintang yang berwarna hijau sudah redup dan hampir kelabu, padahal benda hijau itu yang akan menentukan kebebasan Miyuki untuk bergerak. 

Percaya tidak percaya, Kazuto masih mencerna apa yang sedang terjadi di hadapannya, tanpa penutup mata ia melihat langsung bagaimana cara Miyuki meletakkan bintang itu kedalam tangan kirinya. Kazuto terdiam. Apa itu?. Ia yakin bahwa yang ada dihadapannya ini adalah Miyuki, melainkan ia sedang memperoses apa yang Miyuki katakan. Struktur lain dari tangan kiri Miyuki sama seperti manusia biasanya, sama-sama memiliki pembuluh darah, akan tetapi pembuluh darah Miyuki terbuat kabel yang akan mentrasmisikan seluruh energi dari bintang tersebut ke jaringan tubuh Miyuki yang lain. 

Miyuki menjelaskan bahwa ia memang diprogram untuk selalu terhubung dengan Kazuto, jadi sejauh apapun jarak antara Kazuto dengannya, ia tetap bisa mendektsi dimana keberadaan Kazuto, dengan alasan itulah ia bicara bahwa “kita seperti dua sisi koin”. Tanpa mengingat waktu, matahari sudah mengeluarkan cahaya merahnya, pertanda sebentar lagi akan tenggelam, tapi perubahan posisi matahari tidak sama dengan perubahan Kazuto, dengan posisi duduk yang sama sedari awal mendengar cerita Miyuki yang kini sedang menjelaskan bahwa kepergiannya selama dua hari adalah aksi dari penyelamatan dirinya. Dua hari tanpa bisa dikabari, Miyuki membiarkan tubuhnya me recovery, karena dengan recovery ia tetap bisa mempertahankan cahaya dari bintang hijau itu. 

Belum selesai Miyuki bicara, tiba-tiba Kazuto bangkit dari duduknya dan berkemas, ternyata Kazuto sudah tidak tahan dengan perkatan Miyuki, ia menganggap semua seperti omong kosong walaupun sudah dibutikan sendiri oleh mata kepalanya. Ia memaksa Miyuki untuk menunjukkan alat itu, awalnya Miyuki ragu karena Kazuto pasti akan sangat terkejut, namun Kazuto telah berdiri dengan sikap yang berbeda, matanya kini tajam terhadap Miyuki dan dengan pasrah dan berharap Miyuki pun sanggup untuk memperlihatkannya. 

Selama perjalanan, Kazuto hanya diam, walaupun Miyuki sesekali bercanda, tapi itu tidak memberikan hasil terhadap Kazuto. Walaupun terlihat berbeda, ketika Miyuki berhenti dan tidak lagi bercanda, Kazuto justru melihat ke arah Miyuki dengan sekian banyak dugaanya, dan hal seperti itu terjadi sepanjang perjalanan. Sesampainya, rumah Miyuki tampak seperti rumah Jepang pada umumnya, akan tetapi Kazuto justru mendapat kepercayaannya, disana tersedia sebuah kursi, layaknya kursi single yang dilapisi busa, dan kursi itu memang tidak normal, ada tiga kabel besar berwarna merah, hijau dan biru yang tersedia di tangan kursi, sementara bagian punggung kursi (tempat bersandar) terdapat tiga tombol yang ternyata jika Miyuki bersandar disana, tombol itu akan menyentuh punggung dekat tengkuk Miyuki dan membuatnya mati daya. 

Tanpa kata tambahan, Miyuki seketika mengangkat dan menggulung celana trainingnya, Kazuto melihat bahwa kulit Miyuki tampak transparan dan memperlihatkan bagaimana kabel itu menjalar dengan penopang besi yang tidak terlalu tebal itu berada dalam tubuhnya, kulitnya yang transparan itu berubah warna dan seolah-olah menjadi warna kulit seperti manusia dengan tingkat kepadatan kulit yang normal. Disitulah Miyuki menjelaskan kenapa selama ini ia sering menggunakan celana ataupun baju overzise. 


“Lalu, kenapa pergelangan tangan mu tidak berubah warna dengan perlahan juga?” Tanya Kazuto. 

“Karena, pergelangan tanganku sudah sering berada di kondisi seperti itu, sehingga respon perubahannya sangat cepat hingga tidak ada yang menyadarinya” 

“Sedari tadi kamu juga belum menjelaskan kenapa bintang itu bisa redup” Kazuto sedikit mengangkat kepalanya.

“Ini salahku….” jawab Miyuki dan duduk disamping Kazuto.

“Saat kamu tidak datang ke studio di hari setelah penampilan, aku memang tidak berlatih, melainkan aku mendengar musik yang pertama kali kamu ajarkan, aku mengingat kembali semuanya, seolah aku kembali ke masa lalu, dengan begitu aku menggunakan lebih banyak energi untuk kembali mengingat semua itu, konsekuensinya adalah, salah satu dari bintang itu akan kehilangan cahanyanya secara perlahan karena aku tidak menggunakannya sesuai kebutuhan biasanya. Aku juga tidak tahu cahaya mana yang akan hilang, saat aku tahu kalau aku kesusahan mengingat banyak gerakan dan kehilangan fokus, disanalah aku sadar bahwa bintang itu lah yang kehilangan warnanya, aku sengaja melemaskan badanku seutuhnya, karena aku tidak ingin terlihat kalau aku bukanlah manusia biasa”

“Lalu…hubungannya dengan data mu yang tidak ada di sekolah? Apakah itu masih ada benang merahnya?” Tanya Kazuto, kini nada bicara sudah mulai kembali seperti semula.

“Masih, Kamu lihat kan bagaimana pembuluh darahku di tangan kanan terlihat begitu merah?”

“Iya”

“Itu pertanda bahwa sebentar lagi, sistemku akan mati dan aku akan di buat ulang atau dilahirkan menjadi robot yang baru lagi, aku dikembangkan sebagai robot yang menyimpan banyak data, sehingga dalam pembentukan robot selanjutnya, data-dataku lah yang akan mereka gunakan, sehingga mereka tidak perlu menganalisa manusia dari awal”

“Data kampus sengaja aku hilangkan, agar orang-orang tidak dengan mudah mencari jejakku, dan ya, aku adalah robot, aku tidak tahu kapan aku akan diberhentikan” Lanjut Miyuki.

Kazuto mengusap-usap wajahnya, ia bingung dengan kondisinya sekarang, ditambah lagi mendengar kabar bahwa Miyuki akan di matikan, apakah rasa sayangnya selama ini hanya untuk robot? Apakah semua pengorbanannya ini tidak bisa diteruskan? Akankah semua ia pasrahkan?.

“Apa…..kamu tidak ingin memberitahuku siapa pemilikmu sebenarnya?” Tanya Kazuto ragu.

“Pemilikku adalah kamu, Kazuto”  

“Hm….bukan itu maksudku, siapakah yang menciptakanmu? Dan dimana?” Kazuto memperjelas.

“Ini rumit” itu yang keluar dari Miyuki sambil menundukkan kepalanya.

“Duniaku virtual” tambahnya.

“Maksudmu? Maya?” Kazuto memastikan.

Miyuki mengangguk.

“Bisakah aku bertemu dengan penciptamu, karena aku pikir….semua yang sudah aku jalani denganmu….dan seketika kamu pergi…rasanya….” Kazuto bicara dengan putus-putus.

“Bisakah aku menjadi orang yang membatalkan kematian sistemmu?” timpal Kazuto.

“Aku tidak tahu pasti, tapi jika kamu mau coba, resikonya…”

“Jelaskan, jelaskan saja” Ucap Kazuto.

“Satu jam di dunia ini, setara dengan tujuh ratus lima puluh jam disana, namun itu hanya terjadi pada manusia biasa, robot tidak tumbuh secara alami seperti manusia, sehingga robot sepertiku tidak akan mengalami perubahan fisik” 

“Lalu, apakah itu menandakan bahwa penciptamu bukan manusia?” 

“Iya, aku dicinptakan oleh sistem yang besar, Artificial Intelegent yang sudah berkembang pesat dan memimpin peradaban di dunianya dan jika manusia tidak bisa mengimbanginya, maka sistem itu yang akan memimpin manusia, maka dari itu aku adalah bagian dari percobaan, melihat perkembanganmu denganku akan menjadi bahan pertimbangan apakah manusia bisa hidup bersandingan dengan robot? Apakah ribot itu bisa memimpin mereka? Dan lain-lain”

“Hm…Jika kamu tidak mengalami perubahan fisik….bagaimana dengan pertumbuhanmu?”

“Setiap tahun aku akan kembali ke duniaku, dan mereka akan menambahkan satu bagian lagi dan lagi untuk membuat tubuhku seolah terlihat tumbuh, itu juga yang menjadi alasan mengapa aku dulu pendiam dan kini mulai banyak bicara, karena aku sedang berusaha merekam semua perkataan dan respon orang-orang”

Kazuto kini melontarkan banyak pertanyaan, ia benar-benar ingin tahu siapa sebenarnya yang sedang berhadapan dengannya. Dengan segala penjelasan Miyuki, tentu resiko serius akan diambil oleh Kazuto jika ingin membatalkan sistemnya, tiba tiba menghilang selama berbulan-bulan? Bagaimana orang lain akan berfikir?. Namun semua pikiran itu tidak bertahan lama, demi tumbuh dan berkembang bersama Miyuki, Kazuto pun menyanggupi resiko yang telah diceritakan Miyuki. 

Setelah mendengar kesanggupan Kazuto, Miyuki tetap memberikan waktu untuk Kazuto berpikir, jangan sampai langkah yang diambil Kazuto justru menjadi malapetaka bagi Kazuto sendiri, mereka pun sepakat akan kembali lagi besok ke studio. Kazuto yang sudah pening dengan semua ketidakmasukakalan itu, hanya bisa termenung, ia menghabiskan waktu malam dengan duduk menatap bintang-bintang, apakah aku benar-benar menyayangi robot? Yang pada akhirnya juga akan rusak? Apakah aku masih pantas mempertahannkanya untuk tetap hidup? Kenapa semua perasaanku selama ini hanya tertuju padanya?. Kazuto terus bertanya-tanya dalam dirinya. Tapi hidup tidak akan selamanya baik, jika orang lain juga mengetahui Miyuki adalah kecerdasan buatan, pasti banyak yang menolaknya….apa sebaiknya aku biarkan saja Miyuki? Toh ia juga akan dilahirkan kembali walau dengan keadaan yang berbeda. Tapi kenapa Miyuki bilang kalau kita “Seperti dua sisi koin”? Padahal dia tahu bahwa dia hanya sekedar robot yang bisa mati kapanpun. 

Esoknya, Kazuto menanyakan maksud lebih lanjut mengenai “dua sisi koin” yang dimaksud Miyuki. Ternyata benar, Miyuki menjelaskan bahwa ia merasakan sesuatu yang tidak ada dalam target perkembangan program, ternyata perasaannya melesat jauh, ia memiliki perasaan yang persisi seperti manusia, sehingga ia juga bisa merasakan bagaimana perasaan “kepemilikan” itu. Mendengar penjelasan yang singkat, mereka menyadari, bahwa hubungan mereka telah menemukan definisi baru antara persahabatan dan cinta. Akan tetapi mereka juga mengerti bahwa definisi baru itu adalah batasan dimensi, mereka tidak bisa memaksakan kepemilikan itu, karena itu….Miyuki menjelaskan waktu yang tersisa, sekitar tiga hari lagi Miyuki akan kembali ke dimensinya selamanya. Miyuki juga menyuruh Kazuto untuk membuat sekian alasan yang logis untuk kepergian Miyuki. Walaupun sakit, namun Kazuto benar-benar mengerti bagaimana situasi yang terjadi, ia juga tidak bisa mengorbankan kehidupannya hanya untuk Miyuki yang berdiri sebagai seorang robot dan itu tidak masuk akal. 

Malamnya, Kazuto membawa peralatan digital camp super lengkap, tampaknya Kazuto hanya bisa mengabadikan momen ini lewat gambar, Miyuki yang langsung mengerti maksud Kazuto, langsung kegirangan, ia menjadi amat ceria karena tentunya malam itu akan menjadi malam yang sangat menyenangkan sebagai penutup kehidupan Miyuki dengan Kazuto. Sebelumnya Miyuki juga berpesan agar kepergiannya dapat diterima oleh Souta dan Nanami, begitupun dengan Sensei Masaru dan Renji-kun

Kali ini Miyuki datang dengan rambut dikepang dua di bagian ujungnya saja, pakaiannya tetap sederhana, sweeter oversize coklat tua dan celana jeans biru muda yang kebesaran, sementara Kazuto menggunakan jeans wide leg dengan kemeja putih yang dilapisi outer hitam. Karena musim telah berganti menjadi musim panas, mereka menghadiri Hanabi Festivals (festival kembang api) pada malam hari, banyak permainan disana, apalagi permainan tradisional yang sering dilakukan Miyuki dan Kazuto saat masih sekolah menengah. Setiap senyuman Miyuki yang secerah kembang api di langit, Kazuto dengan izin mengambil gambarnya. Begitupun Miyuki yang bergantian mengambil gambar Kazuto. Semoga bintang dilangit dapat memberikan sinarnya kepada bintang yang ada di tangan Miyuki. Itu batin Kazuto yang sesekali memandangi langit bertabur bintang. 

Dengan sadar, Miyuki menghabisi malam dengan kegembiraan penuh, setiap rasa ia lepaskan, setiap permainan ia coba, setiap hal baru ia rasakan, ia menyapa banyak anak kecil yang berkeliaran, dan hal itu sudah cukup membuat Kazuto bahagia walau kadang hanya sekedar memandanginya dari belakang. Akan tetapi malam itu sudah cukup bagi mereka, malam terakhir bagi Miyuki untuk bersenang-senang dalam dunia Kazuto, walau “Seperti dua sisi koin” jika takdir tidak menempatkan mereka, maka mereka hanya bisa menerima. 

Setelah tibanya waktu yang diperingatkan Miyuki, Kazuto langsung membuat alasan logis kepada semua orang yang berada di kampus dan membuka halaman baru di dunianya. Dalam studio yang dipenuhi cermin, ia menentukan langkah apa yang akan ia ambil tanpa kehadiran Miyuki. Walau masih terasa sakit, namun Kazuto sadar, ia tidak boleh menyerah. Jika ia putus di jalan, maka sama saja perjuangannya dengan Miyuki selama tumbuh bersama tidak membuahkan hasil. Miyuki…..arigatou gozaimasu! Itu yang diucapkan Kazuto sambil memutar lagu yang pertama kali ia ajarkan kepada Miyuki, dengan memandangi pohon Sakura di luar jendela yang kini tak lagi berbunga.

More Posts