Nonton film tiap hari tapi ga tahu sejarahnya, yang bener ajaa, rugi dong!
Siapa di sini yang suka menonton? Ya nonton apa saja; berita, film, animasi, acara talkshow, dan sebagainya. Pasti banyak dan mungkin semuanya suka. Karena dengan menonton berita misalnya, kita jadi mengetahui dan update akan kondisi yang terjadi saat ini, atau dengan menonton film, itu pun bisa jadi bermanfaat meski hanya sekedar menjadi hiburan saja. Nah, di sini kita akan lebih banyak membahas tentang dunia film. Sesuatu yang tentunya sudah sangat familiar bagi kita, dengan segala ketertarikan dan keajaibannya yang mampu membuat kita rela menyisihkan sebagian tabungan untuk menyaksikannya. Benar, kan? Baiklah, sekian dulu prolognya …
Nah, seperti yang kita ketahui bersama, film terbagi berdasarkan kategori dan jenis yang beragam. Mulai dari film bergenre aksi, dokumenter, komedi, horor, hingga romance dan science-fiction. Ada film yang diproduksi untuk semua umur, ada pula film yang dibuat hanya untuk kalangan remaja atau dewasa saja. Semuanya terbagi sesuai dengan tampilan, adegan, serta alur cerita yang dijalankan dari film itu sendiri. Berbicara tentang salah satu objek hiburan terbaik umat manusia ini, tentu tidak lengkap jika kita tidak membahas sejarahnya terlebih dahulu.
Tahukah kalian? Film pertama kali ditayangkan di muka umum di akhir abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Film ini digarap oleh Louis Lumiere yang menceritakan tentang kehidupan warga Perancis kala itu. Kalau kalian mau tahu lebih banyak atau mau nonton filmnya, judulnya adalah "Workers Leaving the Lumiere Factory". Setelah sukses tayang di Perancis, film ini kemudian menyebar ke berbagai belahan Eropa dan diakui secara internasional. Karya inilah yang menjadi tonggak utama terhadap penemuan dan perkembangan berbagai industri film hingga saat ini.
Pada awalnya, film hanya ditayangkan secara visual alias tanpa rekaman suara. Tujuan utama dari pembuatan film saat itu adalah untuk menghibur penonton dengan beragam keunikan dan kelucuan yang ditampilkan di dalamnya. Kalau kita mungkin menyebutnya sebagai film bergenre komedi. Tetapi tidak sedikit pula yang mengambil tema seperti drama atau peperangan. Dan ya, itulah rata-rata konsep film yang diproduksi pada saat itu. Periode awal dari dunia perfilman ini disebut sebagai early cinema.
Seiring kemajuan industri film dan berkembangnya teknologi komunikasi, akhirnya film diproduksi dengan suara. Pada masa-masa itu, seluruh industri film besar dunia berlomba-lomba mencari keuntungan dengan memproduksi film paling menarik untuk ditonton orang. Sebut saja sejumlah perusahaan besar Hollywood seperti Warner Brothers, Walt Disney, dan Paramount Pictures yang masih eksis hingga saat ini. Pada dekade 1930-an, berdiri sebuah industri film bernama 20th Century Fox. Kalian yang suka menonton film-film aksi atau dokumenter pasti sudah tidak asing lagi dengan intronya yang legend dan masih diingat sampai sekarang. Atau kalau ada yang mengikuti serial film Marvel buatan Disney, kalian mungkin malah sudah hafal mati intronya karena saking seringnya diputar di televisi.
Apakah kalian tahu kapan masa-masa keemasan dunia perfilman atau yang biasa disebut sebagai The Golden Age of Hollywood? 2000-an? 90-an? Ternyata jauh dari itu. Menurut berbagai sumber dari majalah dan berita luar negeri, masa kejayaan dari salah satu karya seni terbaik ini ternyata terjadi dalam rentang tahun 1927-1960. Sementara itu, 1939 disebut sebagai The Greatest Year in the History of Hollywood. Ternyata, tahun itu tidak hanya dikenal sebagai tahun di mana Perang Dunia II dimulai, tetapi juga sebagai tahun terbaik dalam sejarah perkembangan film di seluruh dunia. Karena di era itulah orang-orang mulai benar-benar menganggap karya seni film sebagai tempat untuk “mencari uang” alias profesi tetap mereka. Mulai dari sutradara, aktor, hingga tim kru di balik layar seperti editor dan penata sound system.
Nah, seiring berjalannya waktu, kualitas film dari segi pembuatan dan tampilanpun terus meningkat. Kalau awalnya film dibuat tanpa dialog dan suara, beberapa waktu kemudian terjadilah kemajuan dengan dibuatnya film-film yang menampilkan scene dialog dan bersuara. Kalau dulu kakek-nenek kita menonton kehebatan Marlon Brando dan Al Pacino di layar kaca dengan gambar hitam putih, sekarang kita bisa menyaksikan aksi Tom Hanks dan Denzel Washington dengan tampilan layar yang full colour. Inilah yang menjadi bukti bahwa karya seni yang satu ini terus mengalami perkembangan melintasi zaman.
Di Indonesia sendiri, produksi film juga terus berkembang pesat sejak didirikannya Perusahaan Film Negara (PFN) di masa setelah kemerdekaan. Puncaknya terjadi pada dekade 2000-an awal. Pada pertengahan 2006, tercatat bahwa film Indonesia mulai mendominasi bioskop tanah air. Dari lima layar yang tersedia, tiga di antaranya merupakan film lokal.
Sebenarnya, film buatan Indonesia tidak kalah menariknya dengan film-film produksi Hollywood. Bahkan banyak film yang mengangkat tema tentang kondisi kehidupan sosial masyarakat dan mengandung inspirasi dan pesan tertentu sehingga membuat para penonton tertarik untuk menyaksikannya. Warkop DKI dengan komedi kocaknya dan Laskar Pelangi dengan inspirasi dan keunikannya yang memukau sudah cukup untuk mencerminkan betapa besarnya potensi industri film di Indonesia meraih keuntungan sekaligus memperkenalkan karyanya ke luar negeri.
Kalian tahu Cartoon Network? Nickelodeon? Atau yang lebih legend lagi, Spacetoon? Kalau tahu, maka bisa dipastikan kalian adalah generasi 90 atau 2000-an. Karena saat ini, jangankan menonton channel seperti yang di atas, menonton televisi saja mungkin sudah jarang. Buat apa jauh-jauh ke TV kalau sudah ada gawai? Kurang lebih begitu pendapat orang. Begitu juga dengan film, zaman dulu orang-orang harus pergi ke bioskop terdekat untuk menyaksikan sebuah film yang baru dirilis, sehingga membuatnya menjadi terkesan istimewa saat itu. Sekarang, untuk menonton film, kita tidak perlu repot-repot ke bioskop, tidak perlu berlangganan online, tidak perlu keluar uang sepeser pun, tinggal menunggu rilis di website bajakan saja. Mau dibantah tapi fakta. Ehh.. Yah, tapi kalian mau berkontribusi membantu biar perfilman Indonesia semakin maju, hindari yang namanya bajakan. Hitung-hitung kita apresiasi karya dalam negeri.
Hingga saat ini, karya seni film masih begitu dinikmati dan dianggap sebagai salah satu media hiburan terbaik untuk mengisi waktu luang. Perkembangannya dari sisi kualitas pembuatan, penayangan, dan konsep yang tertuang dalam film kian terasa dari waktu ke waktu. Membuat umat manusia tak bosan-bosan untuk melihatnya.
Nah, buat kalian yang gak ada kerjaan alias gabut banget waktu liburan, menonton film menjadi salah satu rekomendasi terbaik untuk mengisi waktu kalian. Jangan melamun terus, apalagi sampai overthinking. Oh iya, perlu diingat, filmnya harus sesuai kategori usia masing-masing. Jangan sampai anak umur 8 tahun dikasih nonton film remaja ke atas. Selamat menonton! Enjoy your life!
Daftar Pustaka
Himawan, Dicky Dwiaji. “Sejarah dan Perkembangan Film Dunia”. Academia.edu.
Dilihat 12 Februari 2024.
<Sejarah dan Perkembangan Film Dunia | Dicky Dwiaji Himawan - Academia.edu>
Sebuah cerita narasi karya Uzdah Malilah Firyal