Kinar Kania Kautsarani 8 months ago
kinarkania #budaya

Lesatan Panah Sang Ekalaya

Ekalaya, ia yang memusatkan pikirannya pada suatu ilmu.

Ekalawya (Dewanagari : एकलव्य) atau dalam romanisasi aksara India disebut dengan Ekalavya, adalah salah seorang pangeran dalam wiracarita Mahabharata. Ia berasal dari kaum Nishada yang berisi suku suku pemburu dan orang pedalaman. Ia terkenal karena kepiawaiannya dalam hal panah-memanah. Bahkan, disebut-sebut ia lebih pandai memanah ketimbang Arjuna, murid Resi Drona yang selama ini dikenal karena kemampuan memanahnya. 

Ekalaya merupakan anak angkat dari Hiranyandanus, yang merupakan pemimpin kaum Nishada. Hiranyadanus juga sekaligus sekutu dari Jarasanda, putra raja Wrehadarta, penguasa kerajaan Magadha. Nama Ekalaya sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yang berarti "ia yang memusatkan pikirannya kepada suatu ilmu/mata pelajaran". Dalam cerita, arti nama ini sangat cocok untuk disandangkan kepada Ekalaya karena ia benar benar mencerminkan sikap ksatria yang memusatkan perhatiannya untuk satu hal yang memang ia sukai, yaitu memanah. Dalam lakon pedalangan di Jawa yang juga mengadaptasi kisah Ekalaya dari wiracarita Mahabharata, ia mempunyai banyak nama. Ada yang menyebutnya Bambang Ekalaya, Bambang Ekawaluya, Palgunadi atau Bambang Palgunadi. Kisah Ekalaya dalam lakon pedalangan di Jawa nyaris sama dengan Kisah Ekalaya dalam wiracarita Mahabharata. Sama sama dikenal dengan kemampuan memanahnya. 

Dikisahkan, Ekalaya adalah salah satu pemanah dari kaum Nishada yang memiliki hasrat dan keinginan yang besar untuk memperdalam ilmu memanah. Dengan keinginan yang besar itu, ia berencana untuk berguru kepada Resi Drona yang merupakan guru memanah para pangeran Dinasti Kuru (Pandawa dan Korawa, termasuk guru memanah Arjuna). Ia lalu pergi ke Hastinapura, menyampaikan keinginannya langsung untuk berguru kepada Resi Drona. Sayangnya, permohonannya ini ditolak karena Resi Drona khawatir kemampuan Ekalaya akan menandingi Arjuna dalam hal memanah. Selain itu, Resi Drona sudah terlanjur berjanji akan menjadikan Arjuna sebagai satu-satunya ksatria pemanah unggul di dunia. 

Ditolaknya permintaan itu tak lantas menjadikan Ekalaya kehilangan semangat untuk terus belajar memanah. Ia akhirnya memutuskan untuk memperdalam ilmu memanahnya di hutan, dan membuat patung Resi Drona yang terbuat dari tanah dan lumpur bekas pijakannya sebagai motivasinya. Ia bahkan menganggap patung buatannya itu adalah Resi Drona yang asli, dan memuliakannya. 

Singkat cerita, berkat ketekunannya dalam berlatih dan mendalami ilmu memanah, ia berhasil menjadi prajurit yang cakap memanah. Dan disebut mampu menyaingi kemampuan memanah Arjuna. Namun, ia harus kehilangan jempol tangan kanannya karena ia gunakan sebagai guru-daksina. Suatu hari, saat ia tengah berlatih memanah, ia mendengar suara gonggongan anjing. Karena merasa terganggu dengan suara gonggongannya, ia pun melesatkan beberapa anak panah ke mulut anjing tersebut tanpa melihat ke arah sumber suara. Alhasil, anjing itu akhirnya pergi meninggalkan Ekalaya karena mulutnya yang sudah penuh dengan sumpalan anak panah. Disaat yang sama, ternyata Resi Drona dan Arjuna sedang berada di hutan tempat Ekalaya berlatih memanah. Ditengah jalan, Resi Drona menemukan anjing yang mulutnya penuh oleh anak panah. Ia lalu mengikuti kemana jalannya anak anjing tersebut, yang ternyata anjing itu kembali berjalan ke arah dimana Ekalaya berada. Bertemulah Resi Drona dengan Sang Ekalaya yang dulu pernah ditolaknya. Saat diinterogasi, tak disangka Ekalaya mengaku sebagai murid Resi Drona. Mendengar pengakuan Ekalaya, Arjuna pun dibuat gundah dan khawatir ia tak lagi menjadi pemanah terbaik dunia. Perasaan gundah itu diketahui oleh Drona, yang seketika ingat dengan janjinya untuk menjadikan Arjuna pemanah terbaik dunia. Kembali dengan sikap Ekalaya yang sangat mengagungkan Resi Drona dan bahkan mengaku sebagai muridnya. Justru Ekalaya mendapat amarah, Resi Drona menganggap sikap Ekalaya lancang karena berani mengakui dirinya sebagai murid Drona padahal dulu ia sudah menolaknya. Melihat situasi ini, Resi Drona pun akhirnya meminta Ekalaya untuk mempersembahkan guru-daksina apabila ia ingin diakui sebagai murid Resi Drona. Pada zaman itu, guru-daksina merupakan suatu tradisi memberikan sesuatu sebagai rasa terimakasih dari seorang murid kepada guru karena telah menyelesaikan pendidikan. 

Awalnya, Ekalaya mengaku bahwa ia tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk ia jadikan sebagai guru-daksina. Namun, Resi Drona memintanya untuk memotong ibu jari tangan kanannya sebagai bentuk guru-daksina. Pada awalnya, Ekalaya ragu, karena jika ia memotong ibu jari tangannya otomatis menurunkan kemampuan memanahnya karena ibu jari memiliki peranan yang krusial dalam kegiatan memanah. Tetapi Resi Drona berhasil meyakinkan Ekalaya secara tegas. Akhirnya, Ekalaya bersedia memotong ibu jari kanannya dan menyerahkannya sebagai guru-daksina. 





9
170
Sebuah Cangkir Penuh Emosi

Sebuah Cangkir Penuh Emosi

1706664012.jpg
R. Gatot Susilo
2 years ago
SI MISKIN DAN SI KAYA YANG DERMAWAN

SI MISKIN DAN SI KAYA YANG DERMAWAN

https://lh3.googleusercontent.com/a/AAcHTtdlHrC4Gt7ulAy_8ioR7i2_YfiW19Yxf_jy36ZwStiwtw=s96-c
Arjunas
11 months ago
Anekdot: Lift Monas Rusak!!

Anekdot: Lift Monas Rusak!!

1706535478.jpg
~fi
1 year ago
Caesar Cipher: Cikal Bakal dari Segala Metode Enkripsi

Caesar Cipher: Cikal Bakal dari Segala Metode Enkripsi

https://lh3.googleusercontent.com/a/AEdFTp5cJpdCIp1sCfDRB_QA1EnReZg4M2sOkUWZjVha=s96-c
M. Rifkyy
1 year ago