Eksplorasi Tanaman Pangan Indonesia dalam Rangka Mencari Mapoki Sena (Makanan Pokok Indonesia Selain Nasi)
Menilik tanaman bergizi pengganti nasi yang sering luput dari perhatian.
Masyarakat Indonesia secara luas mengenal nasi sebagai makanan pokok mereka sehari-hari. Namun, produksi beras lokal sering kali tidak mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia, sehingga pemerintah terpaksa melakukan impor beras yang jumlahnya cukup besar dari negara lain. Dilansir dari Berita FEB Universitas Airlangga (2024), data BPS merilis total volume impor beras yang dilakukan Indonesia antara bulan Januari – November 2023 sebesar 2,53 juta ton dengan nilai 1,45 miliar dolar Amerika. Ini adalah angka yang besar bagi kebutuhan beras negara agraris seperti Indonesia.
Dengan potensi alamnya yang melimpah, masyarakat Indonesia harus mulai mengenal makanan pokok selain nasi dalam rangka mengurangi angka impor beras. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, Tri Handayani, dan Witjaksono, peneliti BRIN pada tahun 2023, mereka memaparkan bahwa sumber daya hayati Indonesia yang beragam memungkinkan untuk mendapat sumber daya pangan pokok selain beras, salah satunya jawawut (Ebed De Rosary, 2023).
Jawawut (Setaria italica) adalah salah satu tanaman pangan jenis serealia kecil yang populer sebagai makanan pokok di beberapa wilayah Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, dan Pulau Buru. Tanaman ini dapat tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, mulai dari yang subur hingga sangat kering. Hal ini menjadi keuntungan bagi pembudidayaan tanaman jawawut di Indonesia yang memiliki aneka ragam kenampakan alam. Jawawut diusulkan sebagai kandidat makanan pokok pengganti nasi dengan menilik sifat jawawut yang memiliki nilai indeks glikemik rendah serta kandungan antioksidan yang tinggi. Selain itu, dilaporkan bahwa jawawut memiliki kandungan serat tertinggi dibandingkan dengan makanan pokok lainnya, seperti nasi dan singkong. Berbagai kandungan vitamin dan mineral kompleks dalam komposisinya membuat jawawut digadang-gadang sebagai tanaman pengganti nasi yang lebih bergizi.
Meskipun belum banyak dikenal di Indonesia, namun masyarakat di beberapa daerah telah membudidayakan tanaman ini secara intensif. Masyarakat etnis Lamaholot di bagian timur Pulau Flores, menanam jawawut sebagai sumber pangan serta sebagai tanaman pelindung hasil panen lainnya dari satwa-satwa pengganggu. Mereka menyadari bahwa budidaya monokultur padi di daerah dengan curah hujan tidak stabil memiliki probabilitas kegagalan yang lebih besar. Sedikit demi sedikit, masyarakat mulai menanam tanaman pangan yang dapat menjadi alternatif beras serta memiliki ketahanan yang lebih baik untuk dibudidayakan di daerah dengan iklim yang dinamis, salah satunya jawawut. Penanaman ini juga didasari oleh suatu tradisi khas wilayah mereka tentang kearifan etis-etnologis.
Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi pangan yang tersedia dengan maksimal demi keberlangsungan hidup serta ketahanan pangan yang kuat. Jawawut bisa dijadikan salah satu kandidat yang tepat karena kemampuan adaptasinya pada semua jenis tanah dan iklim. Selain itu, jawawut menghasilkan bahan pangan bernutrisi tinggi yang sangat ideal untuk dijadikan makanan pokok sehari-hari. Dengan pembudidayaan makanan pokok Indonesia selain nasi (Mapoki Sena), diharapkan kondisi pangan Indonesia menjadi lebih stabil dan kuat.
Daftar pustaka :
Adriyanto, Dicky. (2024, 1 April). Keran Impor Beras Bikin Was-Was?. Diakses pada 6
Agustus 2024, dari https://feb.unair.ac.id/news-download/news-feb-unair/fakultas-
dalam-berita/8703-keran-impor-beras-bikin-was-was.html
EarlRiverCaribou24. (2024, 30 Januari). Tanaman Jewawut Sebagai Sumber
Karbohidrat. Diakses pada 6 Agustus 2024, dari
https://www.collegesidekick.com/study-docs/2570409
De Rosary, Ebed. (2023, Juni). Jewawut, Pangan Lokal Bernilai Tinggi yang Jarang
Ditanam. Diakses pada 6 Agustus 2024, dari
https://baktinews.bakti.or.id/artikel/jewawut-pangan-lokal-bernilai-tinggi-yang-
jarang-ditanam
