Ini kelas kita bukan kelas kalian atau kami
2023-10-15 14:17:18 - suheylakhansa l.l.
“Tap,tap.“ guru bahasa arab masuk ke dalam kelas. “Wow yang laki bakal kehilangan sopan santun nih.” aku berbisik ke Itsha teman di sebelahku. “Emang mereka kan emang gitu. Siap-siap dengar orang demo dadakan” Itsha berseru kesal. “Beri salam.” ahmad ketua kelas bagian laki-laki memimpin salam kepada guru. “Assalamualaikum.” kami kelas bagian cewek menjawab dengan sewajarnya. Sedangkan yang cowok.. “ASSALAMUALAIKUM.” serentak berteriak seperti ibu-ibu demo. Aku reflek menutup telinga kesal. Begitu juga teman cewekku yang lain. Memang pelajaran arab hampir disukai oleh seluruh murid terutama cowok di kelas. Karena gurunya asik, mudah berbaur, jadi merasa berbicara dengan anak seumuran, dan bla bla bla, juga kalau ada yang bicara ceplas-ceplos gurunya punya mental baja. Jadilah yang cowok bicaranya udah kayak orang demo. Well, sebenarnya aku juga suka sih pelajaran ini karena asik. Tapi denger kelas jadi tempat demo bikin telinga serasa di pentung. Kasihan juga gurunya.
Pulang sekolah
Karena ada pelajaran tambahan yang cowok jadi berisik sendiri. Teman-temanku yang cewek bahkan ada yang keluar sebentar buat hilangin kebisingan di telinga. Kalau aja aku boleh bicara ke bagian cowok ingin rasanya aku datengin terus ku teriakin “DIAM..!!” aku mendengus kesal memikirkannya. “Hei Fia BERISIK banget ya.” Itsha berkata ke Fia sambil menekan kata berisik. “Iya bisa DIAM nggak sih.” Fia menekankan kata diam untuk mengkode yang cowok. Berhasil sih berhasil tapi mereka nggak sampai 10 detik Eriz memulai keberisikan lagi. “Aini coba kasih kode lagi ke mereka.” Shafa menyenggolku. “Nggak ah males paling nggak di dengerin sama mereka.” aku menolak. “Ini kelas apa pasar sih.” aku berseru kesal ke Asri. “ ini kayaknya udah jadi pasar deh Ni, bukan kelas lagi.” Asri juga menjawab kesal. ‘Argg, gendang telingaku terasa mau pecah’ aku membatin. Dan karena sudah gregetan. “BUM.” aku menepuk meja kencang. Mereka kembali dia selama 10 detik lalu kembali di panas panasin oleh alva dan Eriz lagi hingga berisik lagi. ‘Jadi cowok tuh PEKA dong jangan bikin PEKAK..!!. Katanya cewek itu lebih cerewet dari cowok tapi ini sebaliknya mereka lebih cerewet 10 kali lipat dari pada kami. Kayak kelas ini punya mereka aja. HIH..!!’ aku berseru emosi dalam hati.
Akhirnya karena nggak tahan sama suara berisik yang cowok. aku dengan beberapa temanku keluar sambil menunggu guru masuk. “Itu yang cowok sehari… aja gak berisik bisa nggak sih.” Shafa menggerutu. “Ngarep kamu shaf. Mereka tuh udah hobi banget bikin orang pekak .” aku berseru. “at least. Mereka peka dikit kek. Pelanin suara ini kan bukan kelas mereka doang” Lyss menggerutu “Kayaknya kita harus tunggu mereka kesamber petir dulu biar sadar.” Fia ikut berseru. “Setidaknya kita udah mulai dari diri kita sendiri lah. Udah berusaha nggak berisik.” firyal menanggapi. Kami mengangguk sambil mehembuskan nafas kesal. Kami kemudian masuk kelas yang masih berisik dan kami semua memakai headset. Sepertinya kami memang harus mengalah hingga mereka sadar diri atau kelasnya dipisahkan.