Seorang putri dari Dinasti Tiongkok yang dikenal dengan '"si Lemah" ternyata seorang jenderal terkemuka?
Di sebuah kerajaan yang megah bernama Lianhua, terdapat seorang putri yang sangat cantik bernama Mei Ling. Kecantikannya membuat semua orang terpesona, tetapi tubuhnya yang lemah membuat banyak orang meragukan kemampuannya untuk memimpin. Di siang hari, Mei Ling adalah sosok yang lembut dan penuh kasih sayang, tetapi di malam hari, ia berubah menjadi jenderal hebat dengan kekuatan luar biasa.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah, Mei Ling berdiri di balkon kamarnya. “Mengapa mereka tidak melihatku lebih dari sekadar wajah?” keluhnya pada bintang-bintang. “Aku ingin membuktikan bahwa aku lebih dari sekadar putri yang lemah.”
Ketika malam tiba, Mei Ling mengenakan baju zirah yang terbuat dari logam ringan namun kuat. Dengan mantra kuno yang diwariskan oleh nenek moyangnya, ia mengubah dirinya menjadi Jenderal Wu Feng, pemimpin pasukan terbesar di seluruh negeri. Dalam wujud ini, ia memiliki aliansi dengan berbagai kerajaan di seluruh dunia.
Di suatu tempat di dalam istana, saudara laki-lakinya, Pangeran Jian, merencanakan untuk merebut tahta. “Dia terlalu lemah untuk memimpin,” katanya kepada para pengikutnya. “Aku akan mengambil alih kerajaan ini dan menjadikannya milikku.”
Mei Ling mendengar rencana jahat itu melalui mata-mata yang setia padanya. “Aku tidak bisa membiarkan dia melakukan ini,” pikirnya sambil menyiapkan strategi untuk menghadapi saudaranya.
Malam berikutnya, saat pasukan Pangeran Jian bersiap-siap untuk menyerang desa-desa kecil di sekitar kerajaan, Jenderal Wu Feng muncul dengan pasukannya sendiri. “Siapa berani mengganggu kedamaian Lianhua?” teriaknya dengan suara menggema. Pangeran Jian terkejut melihat kehadiran Jenderal Wu Feng. “Siapa kau? Kenapa kau berani melawan aku?” tanyanya dengan nada meremehkan.
“Aku adalah pelindung rakyat Lianhua,” jawab Mei Ling tegas. “Dan aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan apa yang telah dibangun oleh nenek moyang kita.”
Perperangan pun terjadi antara pasukan Jenderal Wu Feng dan pasukan Pangeran Jian. Dalam pertempuran itu, Mei Ling menunjukkan keterampilan bertarung yang luar biasa meskipun tubuhnya lemah di siang hari. Setelah beberapa jam bertempur sengit, Pangeran Jian mulai merasa panik. “Ini tidak mungkin! Bagaimana mungkin seorang wanita bisa sekuat ini?” serunya. Mei Ling tersenyum tipis saat dia mengalahkan salah satu prajurit terbaik Pangeran Jian. “Kekuatan bukan hanya tentang fisik,” ujarnya sambil melanjutkan pertarungan.
Namun, dalam kekacauan perang itu sebuah kejadian tak terduga terjadi. Salah satu prajurit Pangeran Jian secara tidak sengaja menyerang saudaranya sendiri dalam kebingungan pertempuran. Ini menyebabkan keretakan besar dalam barisan mereka dan menciptakan ketidakpercayaan di antara mereka.
“Saudara! Apa yang kau lakukan?” teriak Pangeran Jian ketika melihat darah mengalir dari luka saudaranya sendiri. “Ini semua salahmu!” balas prajurit tersebut sebelum melarikan diri dari medan perang. Dengan situasi semakin kacau balau dan ketegangan meningkat antara saudara-saudara itu, Mei Ling memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendekati Pangeran Jian setelah pertempuran berakhir.
“Kau telah kehilangan arah,” katanya lembut namun tegas kepada saudaranya yang terluka parah.
“Kekuasaan bukanlah segalanya.” Pangeran Jian menatap adiknya dengan tatapan penuh penyesalan.
“Aku hanya ingin dihormati,” ujarnya lirih.
“Dan kau bisa mendapatkannya tanpa harus mengorbankan keluarga kita,” jawab Mei Ling sambil membantu merawat lukanya.
Seiring waktu berlalu dan pertempuran berakhir tanpa pemenang jelas, hubungan antara Mei Ling dan Pangeran Jian mulai pulih sedikit demi sedikit. Namun, ada satu hal lagi yang harus diselesaikan, yaitu ancaman dari luar kerajaan.
Dalam perjalanan ke aliansi baru di utara untuk memperkuat pertahanan kerajaan mereka terhadap musuh bersama, Mei Ling bertemu dengan seorang pahlawan tampan bernama Li Wei. Dia adalah pemimpin pasukan dari kerajaan tetangga dan memiliki reputasi sebagai pejuang tangguh serta bijaksana.
Seiring waktu berlalu selama negosiasi aliansi tersebut, keduanya semakin dekat satu sama lain. Namun, ketika semuanya tampak berjalan baik-baik saja, sebuah pengkhianatan terjadi dari dalam istana sendiri seorang penasihat tua bernama Zhang bersekongkol dengan musuh untuk menghancurkan aliansi tersebut demi kepentingannya sendiri.
“Saya tidak akan membiarkan kalian mendapatkan kekuasaan!” teriak Zhang saat dia mencoba menyerang Li Wei secara tiba-tiba selama pertemuan penting antara kedua kerajaan tersebut. Mei Ling segera melindungi Li Wei dengan tubuhnya sendiri dan berkata tegas kepada Zhang, “Kau tidak akan pernah berhasil menghancurkan apa yang telah kami bangun!”
Pertarungan kembali pecah ketika Zhang memanggil pasukannya untuk menyerang istana Lianhua secara langsung setelah gagal dalam rencananya sebelumnya. Namun, kali ini Jenderal Wu Feng sudah siap menghadapi mereka semua bersama Li Wei dan Pangeran Jian di sisinya sebuah tim tak terduga terbentuk dari musuh menjadi sekutu demi menyelamatkan kerajaan mereka masing-masing!
Setelah melewati berbagai tantangan berat bersama-sama dari pengkhianatan hingga peperangan akhirnya mereka berhasil mengalahkan Zhang beserta pasukannya sekali dan selamanya!
Dengan kemenangan itu datanglah momen refleksi bagi setiap karakter utama; terutama bagi Mei Ling dan Pangeran Jian mengenai arti sebenarnya dari kekuasaan serta cinta sejati mereka masing-masing yang ternyata selalu ada tepat di depan mata!
“Adikku,” kata Pangeran Jian penuh rasa syukur setelah semua selesai, “Aku minta maaf atas segala kesalahan masa lalu.”
“Aku juga,” jawab Mei Ling tulus sembari tersenyum hangat padanya, “Kita bisa membangun kembali apa yang hilang.” Li Wei kemudian melangkah maju dengan senyuman cerah, “Dan aku berharap dapat menjadi bagian dari masa depan kalian.”
Akhir cerita membawa harapan baru bagi Kerajaan Lianhua di mana kecantikan sejati bukan hanya terlihat dari fisik semata tetapi juga hati serta jiwa seseorang terutama bagi seorang putri seperti Mei Ling.