ラファエル 1 year ago
ラファエル #bahasa

Lukisan Asa Para Pejuang

Mayuri dan Ameera yang merupakan murid Sekolah Raizen. Mereka merupakan murid unggulan di Sekolah Raizen.

Aroma masam akibat peluh tersebar di ruangan olahraga sekolah menengah Raizen. Hanya dua insan di ruangan itu, menyisakan deruan napas yang menyertai suara pendingin udara. Derap langkah menggema di lorong sekolah.

Ceklek!



Pintu ruang olahraga terbuka lebar, di depan pintu itu berdiri seorang wanita muda dengan kemeja batik. Terpampang jelas Miss Anna, guru konselor di sekolah menengah keatas Raizen. Kedua gadis itu serentak menoleh.

“Anak-anak, Miss ada sebuah informasi untuk kalian berdua.” Miss Anna membuka percakapan.

“Wah informasi apa Miss?” Mata Mayuri berbinar.

“Kalian berdua ditunjuk oleh sekolahan untuk mengikuti lomba tenis meja melawan sekolah-sekolah dari seluruh negri ini,” jelas Miss Anna.



“Wah keren sekali! Kapan acaranya dilaksanakan Miss?”

“Acaranya akan dilaksanakan bulan depan.”

“Berarti acaranya akan dilaksanakan pada bulan Juli?”

“Iya, maka dari itu kalian harus terus berlatih karena bulan Juli sudah dekat. Berjuanglah, ya.”



“Miss kira-kira acaranya tanggal berapa, ya?”

“Hmm, kalau masalah tanggal Miss masih belum tahu karena dari panitia juga belum ada kabar lagi. Kalau sudah ada kabar, Miss akan beritahu kalian.”



Esok harinya, Mayuri beserta Ameera kembali melatih permainan mereka .

“Mira apakah kau tau? Kali ini kita mainnya bukan single loh tapi double.” Suara Mayuri memecah keheningan di ruang olahraga.




“Maksudmu, bisa kau ulang sekali lagi?” Ameera menatap tajam Mayuri. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas.

“Permainan kali ini bukan single tapi double, jadi kita nanti satu tim.”

“Ahh kenapa harus begitu, aku akan menanyakan kepada Miss Anna mungkin kau menyampaikan berita yang salah.”

“Aku tidak salah memberi berita, kok!” Mayuri menyilangkan tangannya di dada.

“Hmm aku tidak yakin akan hal itu.” Ameera tersenyum tipis dengan sebelah alis yang terangkat.

“Jangan memancing emosiku, Mira.” 



Mayuri memutar betnya dan memukul bola ke arah Ameera.

Tak!

Suara bet yang memantulkan bola terdengar jelas, Ameera menangkis serangan Mayuri.

“Sejak dahulu aku memang lebih unggul darimu, Yuri.” 

Ameera tersenyum sinis setelah menggunakan teknik backhand chop untuk menangkis bola ping-pongnya. Bola itu melesat dan jatuh setelah beberapa saat menari di udara.

“Lihat, aku menang lagi, Yuri.” Ameera meletakkan betnya di atas meja dan berlalu pergi meninggalkan Mayuri yang terus berlatih sendirian. 



Hari berikutnya mereka berlatih tenis meja di ruang yang sama dan juga jam yang sama yaitu pukul satu siang. Saat sedang fokus bermain, tetiba ruangan itu terbuka lebar.



Tak… tak… tak…



Suara heels mengetuk lantai kayu ruang olahraga, suara itu semakin mendekat, itu adalah suara heels milik Miss Anna.



“Selamat siang anak-anak, bagaimana latihan kalian hari ini?”

Menyadari kehadiran Miss Anna, Mayuri menghentikan latihan dan menyambut kedatangan Miss Anna.

“Kami masih akan tetap berusaha Miss, kami akan terus berjuang, ya kan Mira?”




“Terserahlah apa katamu.” Ameera hanya menanggapi Mayuri dengan datar.

“Ahh Ameera kamu tidak boleh bicara begitu, kalian akan jadi satu tim, lho. Stop terus berdebat dan mulai berdamai,” kata Miss Anna melerai.

“Oh jadi kabar bahwa aku dan Yuri setim memang benar? Kukira Yuri hanya salah menyampaikan berita.”

“Hei! kau pikir aku pembohong?” Mayuri berseru kesal.

“Hei-hei, hentikan perdebatan kalian.” Lagi-lagi Miss Anna berusaha melerai.

“Kalian akan main pada babak pertama melawan Sekolah Menengah Heizen, sekolah unggulan, jadijangan bertengkar dan fokus berlatih, kalian paham?” Miss Anna mencoba menjelaskan kembali.

“Seperti yang Miss katakan tadi, kita akan bermain di babak pertama loh, Mira!” kata Mayuri mendekat.




“Aku tau itu, aku sudah mendengarnya dari Miss Anna. Kamu tidak perlu repot-repot menerangkannya lagi.” Ameera tersenyum sinis.

“Ayo kita latihan, aku tak mau disandingkan dengan pemain amatiran, menjengkelkan!” tukas Ameera melanjutkan.

“Haa?

“Hei Nona, bisa kau ulangi perkataanmu? Jangan mentang-mentang kau anak kepala sekolah kau bisa berkata begitu padaku.” Mayuri mengeraskan dan menekankan suaranya.

“Hei-hei ayolah hentikan.” Miss Anna menyela.

“Baik, sekarang Miss akan meninggalkan kalian di sini, Miss harap kalian bisa bersikap lebih dewasa. Apa kalian mengerti?”

“Siap, Miss.” Serempak Mayuri dan Ameera menjawab.

“Baik, Miss akan meninggalkan kalian di sini, Miss akan menghadiri rapat.”




***

Setelah Miss Anna meninggalkan ruang olahraga, Ameera dan Mayuri kembali berlatih. Mentari mulai tenggelam di ufuk barat, jam menunjukkan pukul enam sore– sudah saatnya mereka untuk pulang.

“Yuri, hari sudah mulai malam. Kita harus segera pulang.”

“Kamu bisa pulang terlebih dahulu kok, aku masih ingin latihan.”

Ameera berdecak. “Oke, baiklah. Semangat ya latihannya. Aku pulang dulu, bye,” katanya kemudian dengan asal-asalan.




“Bye-bye.” Mayuri menjawab salam Ameera sambil senyum. Mengakhiri percakapan mereka hari itu. Memang harus banyak bersabar menghadapi kelakuan judes dan sekenanya temannya yang satu itu.


Keesokan harinya, Mayuri tidak masuk sekolah. Karena hal tersebut, latihan yang dilakukan Ameera menjadi tidak efektif.

Bersambung...

16
280
Penyebab Seseorang Susah Menerima Nasihat dengan Lapang Hati

Penyebab Seseorang Susah Menerima Nasihat dengan Lapang Hati

1731308278.png
almatheaaa
2 months ago
Makhluk Abadi?

Makhluk Abadi?

1712062096.jpg
ラファエル
1 year ago
Komunikasi dan Al-Quran

Komunikasi dan Al-Quran

1694832338.png
M. Robibb
1 year ago
Does Gold Grow on Trees?

Does Gold Grow on Trees?

https://lh3.googleusercontent.com/a/AEdFTp64ojUSJ2dXm_qvrWsF1bCkkAFxOK7hrZaWel8t=s96-c
Shulhan
10 months ago
Arizona's Tapestry: From Grand Canyons to Spiritual Vortexes

Arizona's Tapestry: From Grand Canyons to Spiritual Vortexes

1715400660.jpeg
Zahra
3 months ago