ainun 11 months ago
Bruni #bahasa

Pondok Kala Itu

'sisters untill jannah'


Dimulai ketika aku masuk sekolah ke jenjang MTs dan pertama kalinya tinggal di asrama yang harus jauh dengan orang tua dan menjadi pribadi yang mandiri. Begitu takut tidak mempunyai teman. Namun, setelah masuk sekolah aku mulai berkenalan dengan murid baru. Beberapa hari kemudian, aku berteman dekat dengan dua orang. Isky, teman satu kelasku, lalu yang kedua bernama Tia. 

Sayangnya, Tia berbeda kelas denganku. Ia berada di kelas E sedangkan aku kelas D. Tapi tidak apa-apa, itu bukan penghalang bagi kita untuk menjadi teman dekat. Dari situ kita selalu bersama, entah itu pergi ke masjid, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan mengaji. Kita melakukannya bersama. Mereka juga tinggal di asrama sepertiku, tentunya kami memiliki waktu lebih banyak untuk bertemu.            

Ternyata, tinggal bersama di pondok tidak terlalu menyeramkan seperti yang orang-orang katakan. Justru di pondoklah, aku dan temanku dapat mengenal banyak hal baru. Di sana, kami harus belajar hidup mandiri. Mengantre atau bergantian adalah keseharian kita.

“Dina, aku mandi habis kamu, ya?” ucap Isky dan Tia bersamaan, kita pun langsung tertawa.

“Jadi mau siapa dulu nih habis aku?” Tanyaku pada mereka karena tidak mungkin mereka mandi bersama. 

“Aku! Aku! aku kan Dinn, kan aku dulu yang ngomong!” jawab Isky. 

Tia tidak mau kalah “Loh gak mau, aku mau habis Dina! Apaan sih kamu Isky pokonya aku habis Dina iya kan Dinn?!” Jawab Tia tak kalah membuatku bingung karena mereka sama-sama ingin mandi setelahku.

“Ya sudah daripada kalian ribut gak selesai-selesai gimana kalo kalian suit saja deh biar cepat, yang menang baru habis aku. Gimana, mau gak?” Tanyaku ke mereka karena itu solusi paling mudah yang bisa sama-sama diterima. 

“Mau, ayo Isky kita suit siap-siap kalah ya, ha ha,” kata Tia sambil bercanda. 

“Ayo, siapa takut. Ngeri PD banget nih anak,” jawab Isky tidak mau kalah. Dan ternyata, pemenangnya adalah Tia. Dia terlihat sangat senang karena berhasil mengalahkan Isky, otomatis Tia yang mandi setelahku. Isky menekuk mukanya, mungkin ia kesal karena kalah suit dan berakhir antre mandi lebih lama.

 Hari berjalan begitu cepat. Pada semester dua, kita tiba-tiba saja dapat pengumuman dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa sekolah akan diliburkan 2 minggu karena wabah penyakit. Covid-19, begitu orang menyebutnya. Sore itu juga, para wali murid menjemput anak mereka dikarenakan wabah itu sudah menyebar di sekitar Kota Garut.


Setelah dua minggu, aku mendapatkan kabar dari sekolah bahwa libur akan diperpanjang karena keadaan semakin parah. Sungguh, aku rindu dengan teman-temanku saat itu. Tidak ada pilihan lain, aku akhirnya meminjam handphone papa untuk menghubungi mereka.

“Halo Is, Ti gimana kabarnya? Kangen banget sama kalian, lama banget gak dengar suara kalian, maaf ya aku gak kasih kabar ke kalian. Kalian tahu sendiri aku belum dikasih handphone pribadi, sedih juga belajar di rumah malah diperpanjang.” ucapku setelah terhubung ke mereka.

”Halo juga Din, sama aku juga kangen banget sama kalian, iya ih gak apa-apa kita juga tau kok santai aja. Iya, ya Allah aku juga pengen di asrama saja, bosan banget di rumah“. Isky pun segera menjawabnya. 

“SUMPAH KANGEN gak suka di rumah! Ayo dong balik pondok!” Tia menggerutu kesal.

Kita pun melanjutkan obrolan itu. Setelah satu jam, aku berpamitan ke mereka karena ibu menyuruhku untuk tidur.

”Da daah semuanya, semangat ya!” ucapku menyemangati.

“Da dah, semangat juga.” ucap mereka bersamaan. 


2 bulan kemudian..


Aku dan teman-temanku akhirnya bersekolah kembali. Tentu saja dengan syarat mematuhi protokol kesehatan: memakai masker dan rajin menggunakan hand sanitizer. Namun, beberapa minggu kemudian, asrama putri dan asrama putra mulai terjangkit wabah tersebut. Semua orang panik, bagaimana bisa wabah itu tetap menyebar padahal pihak sekolah telah memulangkan santrinya beberapa bulan. Oleh karena itu, pihak sekolah memutuskan untuk mengisolasi santri atau orang sekitar yang terinfeksi agar tidak semakin banyak jumlah orang yang terinfeksi.

Setelah itu, semua orang sibuk untuk menangani masalah yang semakin parah. 

Dan benar, Tia ternyata terinfeksi wabah itu. Aku dan Isky tidak percaya saat melihat Tia sudah berbaring lemas di kasurnya pada jam pulang sekolah. Aku cepat-cepat menyuruh Isky untuk memberinya obat ditambah mengoles bawang yang sudah tercampur minyak kayu putih guna menurunkan suhu badannya. Kata orang tua itu bisa menurunkan panas.


“Isky, tolong minta obat ke pengurus. Lalu ambil bawang di dapur asrama, ya?” Tanpa diperintah dua kali, Isky dengan cepat langsung bergerak.

Tia menangis, kepalanya sakit, suhu badannya juga semakin naik.

“Aku lemes banget, Din. Aku kangen Mama.” Air mata Tia jatuh semakin banyak.

“Tenang, Tia. Isky lagi cari obat buat kamu.” Aku tersenyum, mencoba menenangkan Tia.

Tak lama kemudian, Isky datang dengan membawa obat yang aku perintahkan. Isky bergerak cepat menyuapi Tia makanan. Sementara aku mempersiapkan obat balur untuk Tia. 

“Ya Allah, Tia. Ibu panik, kenapa kamu tiba-tiba sakit, Nak?” Ibu Tia yang tiba-tiba datang berseru panik.

 Tia langsung dibawa pulang oleh ibunya untuk dirawat di rumah. Aku dan Isky tidak berhenti berdoa untuk kesembuhan Tia.

“Ibu sama Tia pulang dulu, ya? Kalian jangan lupa jaga kesehatan. Terima kasih sudah mau merawat Tia.” pamit Ibu Tia. 


Dua minggu kemudian..                                              

Aku dan Isky mendapatkan kabar bahwa Tia telah sembuh dan akan kembali ke asrama besok sore. Aku dan Isky menunggu kehadiran Tia keesokan harinya. Pada saat Tia turun dari mobil, aku dan Isky langsung berlari memeluk Tia. 

“KANGEN BANGET, TIA!” ucapku dan Isky bersamaan.

“Ah, masa sih?” Tia masih sempat menggoda.

“Pake tanya lagi!” Aku berseru kesal.

Begitulah Tia, ia memang senang sekali membuatku dan Isky kesal. Tetapi hal seperti itulah yang membuat kami semakin dekat.

“Sudahlah, ayo masuk! Aku mau beres-beres.” Tia merangkul pundakku dan Isky setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya.


33
439
Gatotkaca : Otot kawat tulang wesi

Gatotkaca : Otot kawat tulang wesi

https://lh3.googleusercontent.com/a/AGNmyxbUn5LdO_ouUhICX0pUG2VVWqM959FBLyr5noCP=s96-c
Adissya Maulidina Cahyani
8 months ago
Kapal Tua (Cermis)

Kapal Tua (Cermis)

1708867858.png
ℤ𝕦𝕓𝕒𝕪𝕪𝕣~
1 year ago
Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Sejarah Kerajaan Mataram Islam

1706535478.jpg
~fi
9 months ago
Bosan, Kesel..! Mendengar Nama Itu

Bosan, Kesel..! Mendengar Nama Itu

defaultuser.png
suheylakhansa l.l.
1 year ago
Dibalik Permen Karet

Dibalik Permen Karet

https://lh3.googleusercontent.com/a/AGNmyxYKZ-s4XsIaC9Al3R5ep1uEBVAvHMkuM9MhZQxr=s96-c
Afra Septi Kania
1 year ago