ANAK STEAM MIBS
tugas steammm~~~
Di sebuah sekolah kecil di daerah Gunungpati, ada lima sahabat yang nggak bisa dipisahin Aysha, Sabrina, Dila, Syakira, dan Aisha. Mereka tuh anak-anak yang ceria banget, suka main bareng, ketawa bareng, dan kadang juga berantem kecil-kecilan, tapi ujung-ujungnya baikan lagi. Yang bikin mereka beda dari anak-anak lain, mereka punya mimpi yang susah untuk dicapai, mereka pengen bikin roket sendiri untuk terbang ke luar angkasa.
Awalnya sih cuma obrolan iseng pas lagi duduk di bawah pohon di halaman sekolah. “Gimana kalau kita bikin roket sendiri?” kata Aysha sambil ngemil keripik kaca varian pedas. Semua langsung ketawa ”Ay, kocak banget!” kata Dila, tapi lama-lama jadi serius. Mereka mulai ngumpulin barang-barang bekas, kayak botol plastik, kabel dari kipas/AC rusak, kardus, dan segala macam yang bisa dipakai buat eksperimen yang aneh banget itu. Setiap pulang sekolah, mereka ngumpul di fun room asrama putri yang Sudah mereka sulap jadi “markas rahasia.” Di sana mereka bikin rancangan roket, belajar soal bahan bakar, dan nonton video tentang luar angkasa.
Syakira yang jago hitung-hitungan ngurusin bagian perhitungan, Aisha yang suka bongkar pasang barang jadi teknisi, Dila bagian desain, Sabrina ngurusin arah dan tujuan roket, dan Aysha jadi pemimpin tim.
Setelah berbulan-bulan kerja keras, akhirnya roket mereka yang mereka namain “Steam Flyer” siap buat diluncurkan. Tapi ini bukan roket beneran yang bisa terbang ke luar angkasa, ya. Ini roket imajinasi mereka yang dalam pikiran mereka bisa benar-benar terbang ke Planet Steam, planet khayalan yang mereka ciptain sendiri, tapi-tapi saat mereka masuk ke roket abal-abalnya itu roket itu tiba-tiba bergetar, “Emmm guyss” kata Syakira sambil kebingungan, “Eh eh eh eh WOII KENAPA INI WOII” kata Dila panik, yang lain udah gak bisa berkata-kata lagi, kayak muka-muka mau nangis, *WUSHHH, roket tiba-tiba meluncur* semua teriak “AAAaaaAAaaAAa”.
Begitu “mendarat” di Planet Steam, mereka langsung takjub, “WEDEHH” kata Sabrina. Langitnya warna ungu, tanahnya kayak besi cair, dan ada suara mesin berdengung di mana-mana. Tapi nggak lama, masalah muncul. Roket mereka rusak gara-gara medan magnet planet itu. Mereka bingung, gimana caranya pulang? “Guyss ini gimanaa, mau ke toilet,” kata Aisha sambil cemas, “Mau ngapain lu?” kata Syakira, “Dih kayak gak tau aku gimana.” kata Aisha sambil sinis.
Di tengah kepanikan, mereka mulai beda pendapat. Aysha pengen langsung benerin roket, Sabrina malah pengen eksplorasi dulu. Dila dan Syakira ribut soal desain ulang, dan Aisha ngerasa semuanya terlalu buru-buru. Suasana jadi agak tegang, mereka saling ngotot dan nggak ada yang mau ngalah.
Tapi malam itu, mereka duduk bareng di bawah langit Planet Steam yang penuh bintang. Mereka mulai ngobrol pelan-pelan, saling dengerin (curhat-curhatan ceritanya), dan akhirnya mereka berusaha melanjutkan perjalanan untuk keluar dari planet ini, kalau mereka kompak pasti mereka bisa keluar, pikir mereka. Mereka mulai kerja bareng lagi, kali ini lebih tenang dan saling dukung.
Sabrina nemuin cara buat bikin sistem-sistem yang baru, Syakira manfaatin kristal planet buat sumber energi, Dila desain ulang sayap roket, Aysha nyatuin semua ide, dan Aisha bantu cari jalur keluar dari planet itu. Setelah kerja keras dan semangat yang nggak padam, akhirnya roket mereka bisa nyala lagi.
Mereka terbang pulang dengan hati yang penuh rasa bangga. Bukan karena roketnya keren, tapi karena mereka sudah buktiin kalau mimpi segila apapun bisa dicapai asal bareng-bareng.
Dan sejak hari itu, lima sahabat dari Gunungpati itu jadi legenda kecil di sekolah mereka. Anak-anak lain mulai berani bermimpi, dan Mr. Gatot pun makin semangat ngajarin STEAM dengan cara yang seru.
