kazuminn 1 month ago
nafis-fr #budaya

Sang "White Death" dari Finlandia

Dari salju sunyi Finlandia, lahir penembak jitu paling mematikan dalam sejarah perang. Temui Simo Häyhä—sosok nyata di balik legenda “White Death”

Di dekat perbatasan Rusia, lahirlah seorang legenda di desa Kiiskinen, Rautjärvi, Provinsi Viipuri, Finlandia Selatan. Simo Häyhä, anak ketujuh dari delapan bersaudara, berasal dari keluarga petani Lutheran yang taat. Ayahnya, Juho, mengelola pertanian Mattila, sementara ibunya, Katriina, dikenal karena kehangatan dan kerja kerasnya.


Sejak kecil, Simo bersekolah di desa Miettilä dan membantu mengurus pertanian bersama kakaknya. Di luar pekerjaan ladang, ia mengasah kemampuan berburu—fondasi bagi keahliannya sebagai penembak jitu legendaris.

Semangat patriotisme Simo Häyhä tumbuh sejak muda. Di usia 17 tahun, ia bergabung dengan milisi sukarela Finlandia, Civil Guard (Suojeluskunta), dan menunjukkan keahlian menembak luar biasa dalam berbagai kompetisi di Provinsi Viipuri. Rumahnya dipenuhi piala, namun ia tetap rendah hati dan jarang tampil menonjol dalam foto kelompok.

Pada tahun 1925 di usia 19, Häyhä menjalani wajib militer selama 15 bulan di Batalion Sepeda 2 di Raivola. Kemampuannya memimpin membawanya ke Sekolah Bintara, lalu menjadi perwira wajib militer di Batalion Sepeda 1 di Terijoki. Meski sudah berprestasi, pelatihan resmi sebagai penembak jitu baru ia dapatkan di tahun 1938 di Utti.

Ketegangan di Eropa Utara meningkat menjelang Perang Dunia II. Perang Musim Dingin 1939–1940 dipicu oleh ambisi geopolitik Uni Soviet yang ingin mengamankan Leningrad dan memperluas wilayahnya dengan menyerang Finlandia. Namun, invasi yang dianggap mudah berubah menjadi perlawanan sengit.

Meski kalah jumlah dan sumber daya, Finlandia melakukan pertahanan berani. Tentara Finlandia memanfaatkan medan bersalju, dan taktik gerilya untuk menjebak pasukan Soviet. Taktik ini menunjukkan kecerdasan dan ketangguhan militer Finlandia.

Perang ini menelan korban besar: sekitar 25.000 warga Finlandia gugur, sementara Soviet kehilangan lebih dari 150.000 orang. Meski Finlandia harus menyerahkan 11% wilayahnya, termasuk Viipuri, perlawanan mereka membuktikan semangat juang yang luar biasa dan mengungkap kelemahan Tentara Merah. Kisah ini, bersama tokoh seperti Simo Häyhä, menjadikan pertahanan Finlandia sebagai legenda sejarah yang sekaligus seperti keajaiban.


 Dalam Perang Musim Dingin 1939–1940, Simo Häyhä muncul sebagai penembak jitu legendaris dari Finlandia, bertugas di Resimen Infanteri 34 di bawah Letnan Aarne Juutilainen. Ia menjadi sosok misterius yang ditakuti Tentara Merah, namun jarang terlihat.

Julukan “The White Death” (Kematian Putih) yang melekat padanya masih diperdebatkan asal-usulnya—ada yang menyebut berasal dari propaganda Finlandia. Selain itu, ia juga dikenal sebagai “The Magic Shooter” karena kemampuannya menghilang dan muncul hanya lewat tembakan mematikan.

Dalam waktu kurang dari 100 hari, Häyhä mencatat jumlah korban yang luar biasa. Hingga 17 Februari 1940, ia dikreditkan dengan 219 tembakan mematikan menggunakan senapan dan jumlah yang sama dengan senapan mesin ringan. Pada 21 Desember 1939, ia mencatat 25 korban dalam satu hari—hari paling mematikan baginya.

Catatan resmi menunjukkan: 138 korban pada 22 Desember 1939, 199 pada 26 Januari 1940, 219 pada 17 Februari, dan 259 pada 7 Maret—sehari setelah ia terluka parah. Meski jarang bicara soal perang, memoarnya tahun 2017 menyebut “Sin List” berisi sekitar 500 korban. Diamnya mencerminkan kebanggaan sekaligus beban atas tugas yang dijalankan.

Setelah perang berakhir, Simo Häyhä menjalani hidup tenang di pedesaan Valkjärvi, Ruokolahti, di mana ia diberi sebidang tanah. Ia sering berburu bersama tokoh penting seperti Presiden Urho Kekkonen, namun luka perang tetap membekas. Wajahnya yang terluka membuatnya mudah dikenali, sehingga ia lebih memilih kesendirian dan menghindari keramaian.

Meski dikelilingi keluarga dan teman, malam-malamnya dipenuhi kesepian dan bayangan masa perang. Namun, karakter Häyhä tetap bersinar—rendah hati dan jarang membicarakan pengalamannya. Baru pada wawancara tahun 2001 ia mengungkapkan bahwa semua yang ia lakukan adalah demi Finlandia. Sungguh manusia yang berbakti pada negaranya.

Warisan Häyhä tetap hidup, diabadikan dalam Museum Kollaa dan Simo Häyhä di Miettilä. Di masa tuanya, ia tinggal di panti jompo veteran perang di Hamina, dan wafat pada tahun 2002 di usia 96 tahun. Ia dimakamkan di kampung halamannya, Ruokolahti—sebuah penghormatan sunyi bagi pahlawan yang membela tanah air dengan keahlian dan tekad luar biasa.


Source:

https://historychronicler.com/simo-hayha-the-finnish-silent-stalker-of-world-war-2/

11
116
Mantyasih Mataram

Mantyasih Mataram

defaultuser.png
Sasa am
1 year ago
Pertempuran Karánsebes

Pertempuran Karánsebes

1697550439.png
Ahmad Weli🥶
2 years ago

Resensi Batu Pemberat

tugas Bahasa Indonesia

https://lh3.googleusercontent.com/a/AGNmyxYKZ-s4XsIaC9Al3R5ep1uEBVAvHMkuM9MhZQxr=s96-c
Afra Septi Kania
2 years ago
Bug Y2K: Masalah Sistem Penanggalan Komputer dan Upaya Antisipasinya

Bug Y2K: Masalah Sistem Penanggalan Komputer dan Upaya Antisipasinya

1762155116.jpeg
bukankah ini my
4 months ago
Gempa Megathrust

Gempa Megathrust

1697550439.png
Ahmad Weli🥶
1 year ago