Mempertanyakan efektivitas salah satu penemuan alternatif manusia.
P********n dan konflik antar individu saja pasti memiliki dampak besar. Namun nyatanya saat ini kita menghadapi yang lebih besar daripada itu. Pembunuhan yang paling berdampak adalah pembalasan alam atas sikap manusia yang tidak bertanggung jawab. Sama saja menjerat leher dengan tangan sendiri bukan?
Sepotong kecil dari beberapa bentuk ketidakbertanggungjawaban itu adalah penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Lebih spesifik lagi pada sedotan plastik.
Sedotan plastik diyakini bisa menambah tumpukan sampah plastik di laut. Maka tidak heran, gerakan antisedotan plastik sedang gencar-gencarnya dipromosikan di dunia. Gerakan ini berusaha mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai di dunia yang menurut5 Gyres and National Geographic, “We use more than 5 hundred million plastic straws each day in America.” Bayangkan, itu baru dari Amerika saja.
Kemudian fenomena ini dilanjutkan dengan ramainya gaya hidup masyarakat yang beralih ke sedotan berbahan stainless. Stainless sendiri dipilih karena dirasa lebih fungsional dan ramah lingkungan. Stainless steel straw (sedotan besi anti karat) merupakan sebuah inovasi yang bertujuan untuk meminimalisasi penggunaan sedotan plastik sekali pakai. Dengan menggunakan stainless steel straw, sedotan dapat digunakan berkali-kali.
Namun, pertanyaan singkat mulai muncul dari pengguna reusable straws, yaitu ‘apakah dengan kita menggunakan stainless straw berarti kita telah menyelamatkan bumi?'
Ditilik dari penggunaan, memang stainless straw merupakan salah satu jalan yang divalidasi mengurangi sampah plastik. Namun jika kita sedikit melangkah ke belakang untuk mengamati cara dan faktor pembuatannya, fakta yang mengejutkan adalah menurut Old House Journal "The extraction process for metals uses fossil fuels that add to the growing global warming issue."
Sumber: Engr308 Technology and the Environment and the Humboldt State University, 2018
Menariknya, dari tabel tersebut bisa kita lihat bahwa angka emisi karbon dan emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari produksi stainless steel straw lebih banyak daripada plastic straw dan jenis lainnya yaitu 2420 kJ. Dari segi konsumsi emisi karbondioksida, stainless straw berada pada peringkat pertama yaitu 217 gram CO2. Padahal, emisi karbon dioksida merupakan salah satu penyumbang terjadinya Global Warming.
Menurut M. Faiz Zaidan Alharkan, penggunaan sedotan besi akan relatif lebih baik apabila sedotan tersebut telah digunakan 149 kali dari segi emisi karbon dioksida. Artinya, penggunaan sedotan besi demi pelestarian lingkungan akan menjadi sia-sia jika penggunaannya tidak mencapai 149 kali. Hal ini dikarenakan pada rentang 149 kali penggunaan, massa karbon dioksida yang terbuang oleh besi akan lebih banyak dibandingkan plastik.
Sudah sepantasnya manusia perlu lebih berlaku bijak dalam menyikapi climate change that face us right now. Salah satu yang paling dasar adalah dengan meniti upaya pengelolaan sumber daya yang bertanggungjawab baik saat pelaksanaan maupun selepas suatu aktivitas yang memerlukannya sebagai unsur utama maupun pendukung.
Fakta yang selalu dianggap kecil, adalah bahwa kita mustahil terlepas dari alam.
How about we be blunt? Bagaimana kalau kita blak-blakan?
Seberapa peduli teman-teman sebagai personal akan perlindungan keragaman hayati dan perubahan iklim? Egoisme pribadi hanya akan banyak merugikan ke depannya. Kita sendiri tidak pernah tahu berapa lama kita diberi waktu oleh Tuhan untuk menjadi manusia yang bisa mempertanggungjawabkan semua perilaku kita di muka bumi.
Sumber-sumber :