hanii 11 months ago
hmm.. #bahasa

Angin Berbisik

Alena yang berusia 13 tahun bersekolah memiliki teman, dan tentu cita-cita, ia juga memiliki orang tua yang sangat menyayanginya. Meskipun hidup sederhana dengan ayah yang berprofesi sebagai petani dan ibu yang berprofesi sebagai penjahit ia tetap bahagia, ia selalu menuruti apa nasihat orang tuanya. Selain itu, ia juga selalu taat dalam beribadah. 

Tahun berlalu, Alena kini sudah berusia 15 tahun, kehidupannya masih sama, ia bersekolah di SMA yang bisa dibilang cukup bergengsi. Suatu hari saat ia sedang berada di sekolah, “Len, rencana kamu setelah lulus SMA ngapain?”, kata Nata sahabat baik Alena, “Sebenarnya aku belum nentuin habis lulus mau ngapain, aku juga bingung mau langsung kerja atau lanjut kuliah. Oh ya Nat, kamu sudah punya rencana setelah lulus SMA?”, kata Alena, “Wah, kamu harusnya sudah punya rencana dari sekarang Len, waktu itu cepat lho! By the way rencana aku setelah lulus mau kuliah kedokteran, karena seperti yang kamu tahu mamaku dokter dan hatiku seperti terasa tenang ketika ada pasien sembuh,” kata Nata. “Entahlah, aku sebenarnya juga ingin melanjutkan kuliah tetapi dengan kondisi ekonomi keluargaku sekarang mana mungkin aku dapat masuk ke universitas yang bergengsi, sebenarnya aku bisa saja beasiswa tetapi mungkin hal tersebut tidak akan mampu untuk membuatku masuk ke universitas yang aku mau,” kata Alena sedih. ”Jangan kayak begitu, harus tetap optimis! Aku juga gak tahu aku punya bakat di bidang kedokteran atau tidak, yang penting adalah kita harus punya semangat buat gapai cita-cita,” kata Nata dengan tegas. “Eh, maaf tadi aku terbawa emosi sedikit. Oh ya, sudah jam masuk nih, yuk ke kelas!” Perbincangan mereka berdua pun terhenti, mereka dan semua murid di sekolah itu segera masuk ke kelas masing-masing.

Tak terasa jam dinding sudah menunjuk pukul lima, sehingga murid-murid bergegas keluar. Alena dan Nata pun ber-dadah sebagai perpisahan. Alena pulang dengan jalan kaki, sepanjang perjalanan dia terus memikirkan percakapan dengan Nata saat di sekolah akan tetapi ia belum juga tahu apa rencananya setelah lulus, satu yang dia tahu adalah cita-citanya sebagai penulis. Alena sudah hampir sampai di rumahnya, namun dari kejauhan terlihat banyak sekali orang yang menggerombol di depan rumahnya, melihat hal tersebut sontak Alena segera lari untuk mengetahui apa yang terjadi. Alena sampai di sana, ia melihat ayahnya yang babak belur dan dikerumuni warga sementara ibunya yang pingsan entah karena apa, “Ada apa, apa yang terjadi di sini, kenapa ayah babak belur dan ibu pingsan?”, tanya Alena dengan panik, “Ayahmu telah mencuri 20 sapi dari orang tersebut dan sapi tersebut semuanya sudah disembelih oleh ayahmu kemudian ayahmu menjualnya, sementara ibumu pingsan mungkin karena shock”, kata Aksa salah satu warga dan seumuran dengannya. Alena yang mendengar hal tersebut kaget bukan main, wajahnya terlihat tidak percaya, “Bagaimana kalian bisa menuduh ayahku sementara tidak ada bukti yang pasti?”, kata Alena membela, “Buktinya adalah, kau lihat tumpukan daging tersebut, buktinya adalah hal tersebut, di tumpukan tersebut juga terdapat bukti sidik jari ayahmu, aku lupa mengatakan bukan aku yang melaporkan hal tersebut, pengusaha sapi tersebutlah yang mengaku,” Aksa berkata lagi. Tak terasa sudah beberapa jam berlalu dengan tangisan Alena yang tidak bisa berhenti, Alena dan ibunya terpaksa harus menerima kenyataan oleh hakim bahwa ayahnya harus menghabiskan waktunya di penjara selama 10 tahun dan bahkan Alena dan ibunya pun juga harus membayar uang denda 500 juta atas kerugian. Karena keadaan tersebut Alena yang masih bersekolah di SMA terpaksa harus putus sekolah, dan harus menjadi tulang punggung keluarga. Alena memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai laundry dan pelayan di kafe. Selama bekerja ia terus mendapatkan banyak masalah, banyak rekan kerjanya yang selalu membicarakan Alena, juga terkadang kecerobohan Alena sendiri yang sering membuatnya dalam masalah, bahkan ia pernah menumpahkan kopi saat hendak mengantarkan minuman ke pelanggan juga pernah membuat pakaian pelanggan robek saat di tempat kerja laundry. Hari demi hari ia lewati dengan susah payah, akan tetapi hal tersebut belum juga mampu untuk membayar lunas denda tersebut.

Tak terasa sudah 3 tahun berlalu, kini usia Alena sudah 18 tahun. Suatu hari saat sedang bekerja di kafe tempat ia bekerja, “Len, jangan lupa cuci cangkir!”, kata Liam salah satu seniornya, namun bukannya mendengarkan ia malah sibuk menulis, “Lagi dan lagi, kamu kalau ingin jadi penulis mendingan resign saja deh, dan terbitkan saja yang kamu tulis, toh, lumayan juga,” Alena yang mendengar hal itu sontak teringat dengan impiannya 3 tahun yang lalu. Singkat cerita keesokan harinya ia langsung resign dari dua pekerjaannya sekaligus, “Ya ampun aku gak akan berpikir kamu menanggapi kata-kataku dengan serius, tapi karena ini pilihanmu aku setuju deh,” kata Liam. “Terima kasih Kak Liam selama ini sudah mau sabar sama Lena, maaf gak bisa ngasih apa-apa.”

“Khusus junior spesialku gak usah, lagi pula pasti sulit ya bekerja di usia muda”, itulah kata terakhir yang didengar Alena dari Liam. “Jaga kesehatan ya Nduk.., Mbak tansah doake Alena supaya sukses lan dimudahke,” kata Mbak Lisa, “Iya Mbak terima kasih atas doanya, semoga sehat ya Mbak sekeluarga”, “Aku jadi gak punya teman curhat, nih”, “Kan masih ada Mbak Lisa, Mor”, kata Alena “Mbak Lisa tidur kalau suruh mendengarkan cerita”, jawab Amora, mereka tertawa bersama.

Selama berbulan-bulan ia selalu membuat, juga belajar membuat cerita yang baik, akan tetapi tidak ada satu penerbitpun yang ingin menerima ceritanya. Ia berkali-kali meminta akan tetapi selalu ditolak. Suatu hari karena belum ada satupun penerbit yang mau menerima bukunya, ia akhirnya kehabisan uang, Alena bingung ia tidak berhenti menangis malam itu, ia benar-benar khawatir apa yang akan terjadi besok. Namun tiba-tiba ia mendapat pesan bahwa salah satu karyanya dapat diterbitkan, ia sangat senang dan segera memberitahu ibunya. Tidak hanya itu keesokan harinya ternyata ayahnya juga dibebaskan dari penjara dan semua itu ternyata hanya tuduhan yang tidak terbukti. Keluarganya mendapat uang sebesar 2 milyar sebagai ganti rugi atas tuduhan tersebut. Tidak hanya itu ia juga tidak jadi membayar 500 juta. Semua berlalu begitu cepat, Alena, ibunya, dan ayahnya berpelukan, ayahnya pun juga sempat mengatakan, “Alena temukanlah jati dirimu, tetaplah jadi dirimu apapun yang terjadi, ayah merasa semenjak ayah masuk penjara kamu terlihat berbeda, kamu terlihat lebih pendiam, apa jangan-jangan angin memang berbisik seperti itu", kata ayah Alena “Maksud Ayah apa?”, tanya Alena, ayah Alena tertawa kecil, “Tidak apa-apa, orang akan berubah seiring bertambahnya umur kan, umurmu sekarang sudah 22 kan?” Dan saat itulah percakapan terakhir Alena dengan ayahnya. Ayahnya meninggal karena penyakit, saat itu ia merasa sangat terpuruk, ayah yang ia rindukan selama ini ternyata meninggalkannya dengan cepat.

Tiba-tiba saat dia di pemakaman ia teringat kata-kata ayahnya “Angin berbisik”, Alena baru menyadari bahwa maksud kata tersebut adalah jalan menemukan jati dirinya. Mengingat hal tersebut ia selalu berdoa dan berusaha untuk menguatkan dirinya juga ibunya. Selama 5 tahun ia menuliskan sebuah cerita paling bersejarah dalam hidupnya dan ia terbitkan tepat di hari ulang tahunnya yang ke 23, kisahnya diabadikan di salah satu ceritanya sebagai keterangan kisah tak terlupakan 23 tahun dalam hidupnya.


Sinopsis: 

Perjalanan hidup dalam menemukan jati diri Alena, seorang wanita yang saat ini berumur 23 tahun. Ketika berumur 13 awalnya ia berpikir bahwa menjadi dewasa merupakan hal yang baik ia dapat menggapai cita-citanya yang ingin menjadi penulis. Singkat cerita, 10 tahun berlalu semua yang diharapkan dan diusahakan Alena seakan hanya janji tanpa wujud yang pasti. Namun saat dia sedang putus asa, sebuah keajaiban datang.

11
200
Retak

Retak

https://lh3.googleusercontent.com/a/AAcHTtebFtNMQHBVPm_nTy9c-BLN7W8Ju7AWS0Rh83wD6mA_=s96-c
Hayzalia
3 months ago
Bosan, Kesel..! Mendengar Nama Itu

Bosan, Kesel..! Mendengar Nama Itu

defaultuser.png
suheylakhansa l.l.
1 year ago
Apakah Kepribadianmu Sesuai dengan Golongan Darahmu?

Apakah Kepribadianmu Sesuai dengan Golongan Darahmu?

1706572334.jpg
Indira Vania Zalfaruna
1 year ago
Workshop Kepenulisan : Freddy San

Workshop Kepenulisan : Freddy San

1706664012.jpg
R. Gatot Susilo
1 year ago