Ubi bersianida ini selamatkan warga NTT dari kelaparan
Sudah saatnya keanekaragaman hayati Indonesia, tak terkecuali umbi-umbian, turut serta dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat.
Dalam beberapa dekade terakhir, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap nasi sebagai sumber karbohidrat utama semakin mengkhawatirkan, terutama menyangkut keberlanjutan produksi padi dan dampak perubahan iklim.Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras di Indonesia masih terus mengalami kenaikan. Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi menyebutkan harga beras eceran terjadi kenaikan sebesar 11,88 persen secara tahunan (year on year) pada Juni 2024, atau rata-rata menjadi Rp14.547 per kilogram (Irawati, 2024).
Selain itu, karena gagal tanam dan curah hujan berkurang, tanaman padi dan jagung tidak kunjung tumbuh dengan baik, tidak terkecuali di kawasan timur Indonesia. Akibatnya, guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
sebagian warga di Desa Lengkosambi Barat, Nusa Tenggara Timur, mulai mengolah ubi gadung atau yang lebih dikenal dengan sebutan ondo sebagai pangan alternatif pengganti nasi (Soo, 2024).
Umbi gadung, atau yang dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai Dioscorea hispida, merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang memiliki potensi besar sebagai bahan pangan pokok pengganti nasi di Indonesia.
Ubi gadung memiliki bentuk bulat lonjong mirip sirsak berwarna coklat muda dengan bintik pada kulit luarnya serta banyak ditemukan di hutan dan mengandung racun. Jika salah dalam pengolahannya akan mengakibatkan kepala pusing dan mual. Bahkan pada tahun 2022, seorang buruh pabrik kayu di Banjarbaru tewas setelah mengkonsumsi ubi gadung. Namun, bagi masyarakat Desa Lengkosambi Barat jika pengolahan umbi gadung dilakukan secara hati-hati mulai dari dicuci berkali-kali, dijemur dan dihancurkan dengan cara ditumbuk, umbi tersebut akan dapat dimasak dan dimakan seperti umbi biasa lainnya.
Salah satu alasan utama mengapa umbi gadung layak dipertimbangkan sebagai pengganti nasi adalah kandungan gizi yang dimilikinya.
Umbi gadung mengandung karbohidrat kompleks yang cukup tinggi, sehingga dapat memberikan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, umbi gadung juga kaya akan serat, yang penting untuk menjaga kesehatan pencernaan, serta mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin B, kalium, dan magnesium. Tanaman gadung juga kaya akan senyawa bioaktif dan komponen makro seperti pati, protein, lemak, dan serat pangan. Senyawa bioaktif yang menonjol dari keluarga umbi adalah diosgenin, dioscorin, dan polisakarida. Karena kandungan senyawa bioaktifnya ini, gadung diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti menyehatkan pencernaan, menurunkan gula darah, meningkatkan kekebalan tubuh, hingga mengobati kanker serta penyakit kardiovaskular (Utama, 2023).
Dari segi ketersediaan dan keberlanjutan, umbi gadung memiliki keunggulan tersendiri.
Tanaman ini relatif mudah ditanam dan dapat tumbuh diberbagai jenis tanah dengan sedikit perawatan. Umbi gadung juga dapat ditanam di lahan yang sering kali tidak dimanfaatkan untuk pertanian padi. Keberadaan umbi gadung di lahan-lahan tersebut dapat membantu meningkatkan produktivitas lahan sekaligus memberikan sumber pangan yang alternatif bagi masyarakat.
Selanjutnya, umbi gadung memiliki tingkat ketahanan yang cukup baik terhadap perubahan iklim.
Pemanasan global dan perubahan pola curah hujan dapat mempengaruhi produksi padi secara signifikan. Namun, umbi gadung dapat bertahan dalam kondisi tersebut dan tetap dapat diandalkan sebagai sumber pangan. Penelitian menunjukkan bahwa umbi gadung memiliki toleransi yang baik terhadap kekeringan, sehingga dalam situasi di mana air menjadi langka, umbi gadung masih bisa tumbuh dengan baik. Ini menjadikannya sebagai tanaman yang dapat memberikan keamanan pangan di masa depan, terutama di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.
Dalam konteks ekonomi, pengembangan umbi gadung juga dapat memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Dengan diversifikasi tanaman dan pengenalan umbi gadung, petani dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman, yang sering kali menjadi risiko ketika terjadi gagal panen. Selain itu, dengan meningkatnya permintaan akan umbi gadung sebagai bahan pangan alternatif, petani dapat merasakan manfaat ekonomi dari budidaya umbi ini.
Pengembangan industri pengolahan umbi gadung juga sangat potensial.
Umbi gadung dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti tepung, keripik, atau makanan siap saji. Dengan demikian, tidak hanya meningkatkan nilai tambah umbi gadung, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Inovasi dalam hal pengolahan ini dapat membantu meningkatkan daya tarik umbi gadung di kalangan konsumen, serta memperluas pasar bagi produk olahan umbi gadung.
Umbi Gadung terbukti memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan pangan pokok pengganti nasi di Indonesia. Dengan kandungan gizi yang baik, ketersediaan yang melimpah, serta ketahanan terhadap perubahan iklim, umbi gadung dapat menjadi alternatif makanan pokok pengganti nasi yang bisa diandalkan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Sudah sepatutnya berbagai daerah di Indonesia yang juga memiliki potensi komoditas umbi gadung, turut serta mulai beralih dan tidak lagi bergantung pada beras.
Sebuah cerita fantasi karya Alyssa Nirmala Putri Kiai Demak
Sebuah cerita narasi karya Alvaro Nauval Hadi