Sang Penebar Fitnah dan Penghasut Para Kurawa
Ada beberapa kisah yang berbeda mengenai kisahnya ini, dan saya akan mengambil salah satunya.
Sangkuni merupakan putra kedua dari empat bersaudara putra Prabu Suwala. Nama kecilnya yakni Trigantalpati. Ia juga saudara paling kecil dari Dewi Antiwati yang menjadi istri Patih Udawa dari Dwarawati.
Dalam cerita Mahabharata ia merupakan paman dari para kurawa yakni dari pihak ibu. Ia sendiri terkenal dengan wataknya yang licik yang selalu menghasut para Kurawa untuk terus memusuhi Pandawa. Diceritakan juga ia berhasil merebut kerajaan Indraprastha dari tangan Pandawa melalui sebuah permainan dadu.
Menurut kisah Mahabharata, Sengkuni merupakan personifikasi dari Dwaparayuga atau disebut sebagai masa kekacauan di muka bumi, pendahulu zaman kegelapan atau Kaliyuga.
Ia diangkat sebagai patih pada saat Kurawa berkuasa di kerajaan Hastinapura.
Kalian pasti bertanya-tanya mengapa tokoh Sengkuni ini bisa menjadi sangat licik dan jahat?
Jadi, singkat cerita dalam kitab Mahabharata Sengkuni merupakan seorang pangeran dari kerajaan Gandhara pada masa pemerintahan Suwala (ayah Sengkuni). Ia memiliki adik yang bernama Gandhari yang dilamar dan akan menjadi istri pangeran Drestarasta yang seorang tunanetra dari Hastinapura.
Sengkuni marah dan tidak terima mengenai keputusan ayahnya karena menurutnya, Gandhari seharusnya menjadi istri Pandu yakni adik Drestarasta. Karena terlanjur terjadi, ia pun mengikuti adiknya yang selanjutnya menetap di Hastinapura. Gandhari memutuskan untuk menutup kedua matanya untuk seumur hidupnya menggunakan selembar kain karena kesetiaannya kepada suaminya yang buta. Ghandari memiliki seratus orang putra yang kita kenal sebagai Kurawa.
Sejak kecil Kurawa diasuh oleh Sengkuni. Nah, di bawah asuhan Sengkuni, para Kurawa tumbuh menjadi anak-anak yang selalu diliputi rasa kebencian terhadap para Pandawa, yaitu sepupu mereka. Setiap hari Sengkuni selalu memprovokasi dan mengobarkan rasa permusuhan di hati para Kurawa, terutama keponakan kesayangannya yakni Duryadana.
Usaha Sengkuni yang paling sukses adalah merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui permainan dadu melawan pihak Kurawa. Kisah ini terdapat dalam Mahabharata bagian dua, atau Sabhaparwa. Peristiwa tersebut disebabkan oleh rasa iri hati Duryadana atas keberhasilan para Pandawa membangun Indraprastha yang jauh lebih indah daripada Hastinapura. Atas saran Sengkuni, iapun mengundang para Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura (FYI pada saat itu undangan bermain dadu merupakan suatu kehormatan).
Dalam permainan itu Sengkuni bertindak sebagai pelempar dadu Kurawa. Dengan menggunakan ilmu sihirnya ia berhasil mengalahkan para Pandawa. Sedikit demi sedikit harta benda, istana Indraprastha, bahkan kemerdekaan para Pandawa dan istri mereka, Dewi Drupadi jatuh ke tangan Duryadana.
Setelah Drupadi jatuh ke tangan Duryadana ia dipermalukan di depan umum dengan cara memerintahkan adiknya Dursasana untuk melucuti pakaian Drupadi. Para Pandawa tidak bisa berbuat apa-apa karena kekalahan Yudistira dan Drupadi dijadikan taruhannya.
Drupadi hanya bisa pasrah dan berdoa dalam hati, namun ajaibnya, kain tersebut terulur-ulur terus dan tak ada habisnya. Hal ini karena mendapat kekuatan dari Sri Kresna yang disebabkan karena perbuatan Drupadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.
Mendengar Drupadi dipermalukan di depan umum, Dewi Gandhari ibu para Kurawa muncul untuk menghentikan semuanya. Para Pandawa pun pulanlah dan mendapatkan kemerdekaannya kembali. Karena kecewa, Duryadana mendesak ayahnya, Drestarastra, supaya mengizinkannya untuk menantang Pandawa sekali lagi. Ayahnya pun mengabulkan keinginan anak kesayangannya itu.
Dan permainan dadu yang kedua terjadi. Untuk kedua kalinya pihak Pandawa kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukumannya, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun.
Kematian Sengkuni di Kurukshetra oleh Bima
Setelah menjalani masa hukuman berakhir, para Pandawa kembali untuk mengambil kembali negeri mereka dari tangan Kurawa. Namun, pihak Kurawa menolak hal itu dengan alasan penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata telah terbongkar. Berbagai usaha damai diperjuangkan oleh Pandawa namun semuanya mengalami kegagalan. Perang pun menjadi pilihan selanjutnya.
Pertempuran besar di Kurukshetra akhirnya meletus. Perang yang juga terkenal dengan sebutan perang Baratayuda ini berlangsung selama 18 hari, di mana Sengkuni tewas pada hari terakhir.
Menurut versi Mahabharata bagian ke delapan, Sengkuni tewas di tangan Sadewa. Pertempuran habis-habisan antarakedua belah pihak, Sengkuni mengerahkan ilmu sihirnya sehingga tercipta banjir besar yang menyapu daratan Kurukshetra. Dengan penuh perjuangan, Sadewa akhirnya bisa memenggal kepala Sengkuni.
Mungkin ada beberapa versi dalam upaya Pandawa untuk menghabisi Sengkuni, karena ia kebal terhadap apa pun karena telah memakai minyak pusaka milik Pandu, ayah para Pandawa. Tapi, di versi ini Sadewalah yang dapat menaklukkannya.
Kisah ini merupakan rangkuman yang telah saya baca dari berbagai sumber di internet.
Sekian, dan Terima kasih.