M. Rifkyy 6 months ago
agen intel nyamarr #budaya

Media Sosial: Sarana Mencintai Tanah Air di Masa Modern

Media sosial, masyarakat Indonesia, dan perannya dalam penyelesaian sengketa Ambalat

Seru banget ya tinggal di Indonesia..!! 

Ini nih alasan kita betah di Indo..!! 

…. 


Nah, kalimat-kalimat di atas pasti sudah sering terdengar di telinga, bukan? Terutama buat kita-kita yang bermain media sosial seperti X dan Instagram. Kalimat tersebut kerap dilontarkan oleh para netizen di kolom komentar suatu postingan atau reels yang menampilkan berbagai kegiatan masyarakat Indonesia yang terkesan sangat random dan lucu. 

Apakah kalian sadar? Ternyata hal tersebut secara langsung bisa menumbuhkan rasa cinta kita terhadap bangsa sendiri. Dengan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai macam etnis dan kerap bertingkah laku di luar dugaan itulah yang membuat kita merasa bahwa Indonesia benar-benar merupakan “rumah” bagi kita. Inilah yang dimaksud mencintai tanah air! 

Kalau kita sering menganggap bahwa menumbuhkan rasa nasionalisme harus dilakukan dengan mempelajari sejarah bangsa, membaca biografi pahlawan, atau mengikuti upacara bendera, maka itu memang benar. Tetapi, perlu dicatat bahwa sejumlah hal-hal kecil pun bisa saja kita lakukan dalam rangka mencintai tanah air. Tidak perlu yang susah dan ribet, menonton sepakbola misalnya. Secara sadar maupun tidak, menonton Timnas Indonesia sudah pasti membuat rasa nasionalisme kalian tumbuh, bukan? Apalagi kalau menang, tentu hal itu akan meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap bangsa ini. Itulah yang dirasakan supporter sejati sepakbola Indonesia, bukan yang kardus-kardus itu, tuh! Tetapi tentu kita tidak akan membahas hal ini lebih lanjut. 

Nah, seperti yang kita ketahui, perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat di zaman sekarang ini, tentu kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak orang baik dari dalam maupun luar negeri akan lebih terbuka lebar. Melalui apa? Media sosial. Sebuah kata yang tidak perlu ditanyakan lagi eksistensinya. Dengan media sosial, secara tidak langsung kita terhubung dengan hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia yang aktif di dalamnya. Sampai di sini, apakah kalian melihat sebuah kesempatan besar di depan mata? Bagi sebagian besar orang, mencari uang adalah jawabannya. Itu benar, banyak sekali peluang yang tersedia agar pihak media sosial tertentu bersedia “menggaji” kita. Dari remaja hingga dewasa, semua memiliki kesempatan yang sama. 

Selain menjadi sarana profesi dan hiburan, media sosial tentu akan lebih bermanfaat lagi apabila digunakan untuk menuangkan pikiran, gagasan, atau tulisan karya kita sendiri, terutama karya-karya yang bersifat menumbuhkan sikap nasionalisme dan persatuan seperti poster, artikel, atau esai yang memuat narasi untuk mengajak masyarakat mencintai tanah air. 

C8NaVsnt_vMZcGj9LNGF8hdCptxh6eeWFfV_QxaMIWoP5L4EeIMuCjEx59Lt2gAWSK9mnqHN81poEGNtK6hPu45L1MkaSY14mJwp7WweMxyENzhKI0FMrWEhQY3sz1T2iQAMvzZ8-51tIwbZ66XcaNo

Lantas, bagaimana kalau belum mampu untuk memproduksi suatu karya? Wah, simpel. Cukup ikuti saja akun-akun bermanfaat yang kontennya mengedukasi kita untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Dengan like dan share yang kita berikan dari akun tersebut dan disebarkan ke orang lain, secara tidak langsung kita telah berperan kecil dalam membangun dan menyatukan bangsa dengan menjunjung tinggi sikap cinta tanah air. 

By the way, ini bukan promosi lho, ya.. 

Kalau kalian coba searching di kolom pencarian, banyak sekali akun-akun yang membahas tentang sejarah, pahlawan, hingga berbagai peristiwa penting yang dikaitkan dengan kondisi saat ini dan disimpulkan dengan kata-kata yang mudah dipahami. Bolehlah kita sering menonton video kompilasi jokes atau konten para artis papan atas tanah air, tetapi memanfaatkan media sosial untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentu akan lebih terasa manfaatnya. 


Maka perlu ditegaskan kembali, mencintai tanah air tidak mesti dilakukan dengan hanya membaca buku-buku sejarah atau melestarikan budaya zaman dahulu. Apabila kita melakukan hal-hal yang menjadi passion kita dengan serius disertai niat yang ikhlas, maka kita dapat membuktikan rasa nasionalisme melalui passion kitatersebut. Content creator misalnya, buat saja karya/konten positif tentang bangsa Indonesia yang kesannya mendidik dan memotivasi. Bahkan gamers sekalipun, mereka bisa saja mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan menjuarai berbagai kompetisi game yang mereka ikuti. Banyak generasi muda Indonesia yang telah membuktikan kualitas mereka di bidang e-sports. Itulah yang akan terjadi saat passion dilakukan dalam rangka mencintai tanah air, efeknya akan terasa jauh lebih dahsyat bagi kita sendiri. Tetapi bukan berarti kita dianjurkan untuk bermain game sehari semalam hanya untuk hiburan saja, ya. Itu sih sudah beda cerita. 

HImzhkrSQxC72iJGYhnPRf34Ym1fi_ZvgmHnp_9F3P0xmWMyTh1j_WnPM9oV1UncZcip8zeFzmjMEkSRi31cREYMCkeaVpt7QcZToRMJVqV6QMx-TkkJgLyBMViNoTN5o6a58A-3NvqS3Q_OgGBjEjE

Apa yang bisa dilihat dari gambar di atas? Apakah itu gambaran sebuah peperangan yang sedang meletus di laut? Atau hanya rombongan kapal yang lewat di perairan dan kebetulan ada pesawat di atasnya?Lebih tepatnya, gambar tersebut adalah sekitar 50 kapal nelayan yang berada di tepi perbatasan Ri-Malaysia untuk meneguhkan tapal batas Ambalat yang merupakan milik Indonesia. Hal itu mencerminkan kerasnya persaingan antara Indonesia dan Malaysia dalam memperebutkan Blok Ambalat ke wilayahnya masing-masing. Ambalat adalah blok laut yang memiliki luas sekitar 15.235 km² yang terletak di Selat Makassar. Menurut fakta yang terjadi di lapangan, sengketa wilayah ini disebabkan oleh Blok Ambalat yang kaya akan pertambangan minyak di bawahnya. 

Pada 1979, secara kontroversial Malaysia membuat sebuah peta baru dengan memasukkan Blok Ambalat di wilayahnya. Akibatnya, banyak negara-negara selain Indonesia seperti Singapura dan Thailand yang ikut melayangkan protes atas hal ini. Sebab, Indonesia merupakan negara kepulauan yang garis batasnya memenuhi ketentuan dari pada UNCLOS 1982 untuk memperoleh hak milik atas Ambalat. Dan pada akhirnya, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, wilayah Ambalat memang seharusnya menjadi milik Indonesia karena Malaysia hanya merupakan negara pantai biasa yang hanya dibenarkan menarik garis pangkal normal (biasa) dan garis pangkal lurus apabila memenuhi persyaratan. 

Lantas, apa hubungannya narasi dua paragraf ini dengan yang di atasnya? Tentu ada kaitannya. Pikirkan saja kata kuncinya. Media sosial. Data. Sumber. Valid. Hoax. Nah, artinya adalah argumen disertai data dan sumber yang valid merupakan kunci penting dalam kelanjutan proses sengketa wilayah ini. Karena hanya dengan cara itulah Indonesia bisa membuktikan bahwa Ambalat benar-benar menjadi milik kita. Sebagai warga negara yang dewasa dan bijak, sudah sepantasnya kita terus mengawal proses kelanjutan dari kasus ini dengan tetap menjunjung tinggi jiwa nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Dengan cara apa? Lagi-lagi mengacu pada masalah paling sensitif dalam dunia media sosial saat ini, berita hoax. 

Ohh, maksudnya menyebarkan berita hoax? Bukan dong. Tetapi waspada terhadap penyebaran berita hoax. Bahkan membasminya kalau bisa. Karena kita semua tahu, netizen Indonesia selalu tidak tahan apabila tidak berkomentar atas sesuatu yang menurut mereka penting. Masalahnya, apabila salah satu saja dari mereka mengeluarkan statement berdasarkan berita yang belum terverifikasi apalagi sampai membangun narasi yang menggiring opini publik, tindakan tersebut hanya akan mencoreng citra bangsa di hadapan hukum internasional. 

Oleh karena itu, jadilah pengguna media sosial yang bijak dan selalu menjunjung sikap nasionalisme dengan menerapkan perilaku yang mencerminkan sikap mencintai tanah air dalam kehidupan sehari-hari! 

f7kEgeJ6bgrA5bjMsISWk8-CbtFKsnsmGjC0IGqb9w-Eyia_e0PIswbR4CLYekD0ZHxInJX1AtKKPkLKLRQsh9_ukNi6WjLWLJm7yHdmPWbxh0siR7-AsGMoT2uFuhCVxXhopeUkaaOTU1ANZFiwL9Y


Daftar Pustaka 

Bakhtiar, Ikhsan Aziz (2015). PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI WILAYAH AMBALAT MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL. PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI WILAYAH AMBALAT MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONALDiakses 28 April 2024. 

Harruma, Issha (2022). Kasus Ambalat: Kronologi dan Penyelesaiannya. Kompas.com. 

Kasus Ambalat: Kronologi dan Penyelesaiannya Halaman all - Kompas.com 

Diakses 28 April 2024. 

Wikipedia.com (2022). Ambalat. Ambalat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diakses 28 April 2024.  



25
359

Resensi Batu Pemberat

tugas Bahasa Indonesia

https://lh3.googleusercontent.com/a/AGNmyxYKZ-s4XsIaC9Al3R5ep1uEBVAvHMkuM9MhZQxr=s96-c
Afra Septi Kania
11 months ago
Kapal Tua (Cermis)

Kapal Tua (Cermis)

1708867858.png
ℤ𝕦𝕓𝕒𝕪𝕪𝕣~
1 year ago
Contrail, Awan Jejak Pesawat

Contrail, Awan Jejak Pesawat

1706535478.jpg
~fi
1 year ago
Aku, kamu, dan samudra

Aku, kamu, dan samudra

1727704413.jpeg
⋆────୨ৎ────⋆
6 months ago
Dia Menatap Cermin (Cerpen)

Dia Menatap Cermin (Cerpen)

1708867858.png
ℤ𝕦𝕓𝕒𝕪𝕪𝕣~
1 year ago