Para ahli sejarah memperkirakan bahwa Candi Borobudur dibuat sekitar abad ke-8 dan ke-9 masehi, atas perintah raja bernama Smaratungga yang berkuasa pada tahun 782-812 pada masa Dinasti Syailendra.
Dinasti ini menganut agama Buddha Mahayana. Ada juga ahli sejarah dan matematika Islam, KH. Fahmi Basya yang membantah sejarah ini, karena menurutnya bahwa Candi Borobudur ini adalah peninggalan Nabi Sulaiman alaihissalam, hal ini beliau tuangkan dalam bukunya yang berjudul Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman. Wallahu a’lam.
Perkiraan bahwa candi ini dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 ini didasarkan pada penelitian paleografis terhadap tulisan yang terpahat di atas relief Karmawibangga -relief yang menggambarkan sebab akibat perbuatan baik di kaki Candi Borobudur—dibandingkan dengan tulisan pada prasasti lain yang telah diketahui penanggalannya.
Karena masih bersifat perkiraan, maka tentang kapan pasti dibuatnya dan berapa lama, belum ada informasi yang pasti. Oleh karena itu, usia pasti Borobudur belum diketahui. Ada juga yang menyebut bahwa proses pembuatan candi ini memakan waktu hingga 50 tahun, dibangun pada masa raja Smaratungga, baru selesai di masa putrinya berkuasa, yakni Ratu Pramudawardhani.
Candi Borobudur ini unik sekali, terbuat dari dua juta batu andesit. Balai Konservasi Borobudur menginformasikan bahwa susunan bangunan Candi Borobudur terdiri dari sembilan teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Sembilan teras itu terdiri dari enam teras berdenah persegi dan tiga teras berdenah lingkaran.
Seorang arkeolog yang berasal dari Belanda, bernama W.F. Sutterheim, mengatakan bahwa canci ini dihiasi dengan lebih dari 2.500 panel relief dan 504 patung. Kubah pusatnya memiliki 72 patung yang berada di dalam stupa.
Menurut infomasi legenda, candi ini dibangun oleh seorang arsitek bernama Gunadharma, walaupun secara historis belum bisa dibuktikan.