Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel atau barongan raksasa adalah tokoh yang dihilangkan pada sendratari reog versi wengker dari Ponorogo yang merupakan tokoh sepasang makhluk halus dengan tubuh raksasa, tetapi karena mengganggu perjalanan Singo Barong, maka dikutuklah mereka menjadi burung gagak dan burung merak dalam bentuk raksasa pula. Namun pada pemerintahan Batharo Katong, tokoh-tokoh yang tidak terlalu penting dihilangkan.
Ondel-ondel pada zaman dahulu digunakan sebagai penolak bala dan penjaga kampung. Biasanya ia diarak saat ada pagebluk (wabah) yang melanda kampung, selamatan, hajatan besar (Cap Go Meh, dll.), atau sedekah bumi setelah panen raya karena bentuk ondel-ondel laki-laki asli lebih seram dengan mata melotot dan gigi taring.
Awalnya ondel-ondel juga dikenal dengan sebutan barongan. Kata ondel-ondel menjadi lebih populer ketika Benyamin Sueb membawakan lagu "Ondel-Ondel " pada tahun 1971 dalam irama gambang kromong yang diubah oleh Djoko Subagyo. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, atau diarak untuk mengamen. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metrapolitan Jakarta.
Musik yang mengiring onde-ondel tidak menentu, tetapi biasanya diiringi dengan irama gambang kromong dan tanjidor. Ada juga yang diiringi dengan silat pencak Betawi, marawis, hadro, dan rebana ketimpring.
Sebuah cerita fantasi karya Aviva Octavia
Sebuah cerita fantasi karya Naura Hanifah.