Cerpen ini sekedar untuk membuka/mengawali cerbung “Para Pendekar Dimensi”
Jadi, bebas jika hendak dibaca atau tidak ;) Mohon dukungannya :D
Peringatan: Ketika kalian mulai membaca cerita ini, pastikan kalian membaca nama-nama tokoh dengan benar. Agar enak untuk dibaca, berikut adalah pengucapannya.
Tokoh laki-laki:
Zazz: zez (Tidak diketahui)
Shawzz: syauz (Belum diketahui)
Lightz: laitz (Cahaya)
Blaizz: bleiz (Api)
Glaicz: gleiz (Es)
Mindtz: mainz (Membaca pikiran)
Teleportzz: teleportz (Apalagi kalau bisa berteleportasi :P)
Leavvz: livz (Akar dedaunan)
Whintdz: winz (Angin)
Craghkz: kreghz (memakai huruf hijaiyah ‘gh’) (Tanah)
Liquidzz: likuidz (teman Zazz)
Gazz: gez (teman Zazz)
Tokoh perempuan:
Flowwy: flowi
Tullipy: tulipi
Rozzey: rouzi
Sakury: sakuri
Lily: lili
Jasminny: jasmini
Lavendry: levendri
Blossomy: blosomi
Orchy: orci
Kambojjy: kamboji
Para Pendekar Dimensi (Permulaan)
Hari itu adalah hari ketika takdir kembali menentukan dirimu. Tapi, sebelum kau mengalami itu semua. Kau harus berusaha untuk mencari jati dirimu yang sebenarnya..
***
“Kau mengigau lagi.” Seseorang membangunkanku. “Sensei Zazz bilang dia hendak memberitahu hal penting, karena dia bilang waktunya tinggal sebentar lagi..” Eh, sebentar. Kenapa aku ada disini? Ingatanku mengingatkan sebuah desa yang diserang oleh kelompok berkuda, berpasukan hitam. Seingatku. Tapi, kenapa aku ada disini? Dan, siapa sensei Zazz?
Pintu kamar diketuk, seseorang itu membukanya. “Perkenalkan, ini sensei Zazz.” Dia memperkenalkannya padaku. Mataku melotot heran, apanya yang sensei? Dia bahkan terlihat masih seumuranku malah, beranggapan aku kelas 3 SMP dia kelas 1 SMA. Apa bedanya? Kukira orang yang berjulukan sensei itu tampak berwibawa ditambah jenggot dan kumisnya menambah keteduhan muka orang yang bernama sensei.
“Hai, kau sudah bangun Shawzz?” Aku menepuk dahi, begitukah salam sensei? Hai? Yang benar saja. Lagipula, kenapa namaku berubah menjadi seperti itu? (Walaupun aku lupa namaku sekarang). Tapi itu tidak penting sekarang, hal terpenting yang sekarang perlu kutanyakan adalah dimana diriku berada dan bagaimana aku bisa kesini.
“Tidak usah cemas, teman-temanmu ketika terbangun juga heran. Tapi lama-kelamaan pasti kau akan mengerti. Kebetulan sekali, aku hendak membicarakan sesuatu yang penting. Karena kau sudah bangun, bagaimana kau merapikan wajahmu dulu? Lightz, antar dia untuk mencuci mukanya.” Lightz mengajakku keluar.
Setelah mecuci mukaku dan menenangkan diri, aku mengikuti Lightz yang mengajakku untuk bertemu sensei di halaman rumah ini. Ketika aku keluar, aku melihat pemandangan hijau sejauh mata memandang, angin berhembus sepoi-sepoi, tenteram rasanya berada disini. Jauh dari perkotaan, dan aku jadi mengingat desaku.
Puas memandang ke atas, aku memperhatikan sekitarku. Ada beberapa anak laki-laki seumuranku, bisa dihitung dengan jari. Dan mereka sepertinya sedang menunggu sesosok manusia yang mereka sebut sensei Zazz itu. Sampai sejauh ini, aku baru mengenal dua orang. Sensei Zazz dan Lightz.
Sensei Zazz kembali dengan membawa kotak, seperti kotak perhiasan atau semacamnya. “Sebelum aku memberi kalian masing-masing sesuatu dari kotak ini, aku ingin kalian menganggapku sebagai teman, bukan sebagai guru..” “Tapi..” Seseorang memotong perkataan sensei. Eh, maksudku Zazz. “Jangan mengeluh Craghkz. Karena kau yang pertama kali terbangun, yang lain mengikutimu ketika kau memanggilku sensei.” Craghkz tersenyum masam, memangnya kenapa? “Lalu, kau siapa?” Sahut seseorang, dia jika dibandingkan denganku sepertinya selisih dua tahun. Kurasa dia orang terpendek disini, atau bisa dibilang termuda. Yang lain mengangguk setuju, lalu siapa Zazz?
Sensei Zazz membuka kotak itu, didalamnya terdapat gelang. Bukan, bukan seperti gelang kebanyakan yang berkilauan dengan segala bentuk hiasan itu. Gelang itu hanyalah sebuah tali, seperti karet tapi terbuat dari kain. Ditengahnya terdapat sebuah, seperti kaca. Memantulkan cahaya, lebih tepatnya mutiara.
Zazz membagikan kami satu-persatu gelang itu, menyuruh kita untuk memakainya. “Baik, langsung ke intinya saja. Aku tau, kalian semua pasti sangat penasaran. Jadi, sebelum semuanya terlambat, aku akan memberitahu kalian kenapa dan bagaimana kalian bisa disini.”
Raut wajahnya berubah serius, intonasinya datar tapi begitu dalam.
“Dimensi, dunia dimensi. Sebut saja begitu, aku juga tidak terlalu mengerti. Tapi, aku mendapatkan amanah dari seorang yang kuhormati. Tragedi itu, mengancam seluruh dimensi. Aku yakin, lingkungan di dimensi asal kalian telah hancur. Aku disuruh mengumpulkan kalian, karena kalian telah berhasil bertahan melewatinya. Pasukan itu, warna yang begitu memikat di kala siang, begitu mengerikan di waktu malam.
Aku disuruhnya untuk membawa kalian ke dimensi ini, dimensi ini sepenuhnya berbeda dengan dimensi kalian dulu. Gelang itu, mereka akan mengungkapkan jati diri kalian di dimensi ini. Kekuatan kalian di dimensi ini, elemen-elemen dimensi ini, pergunakanlah sebijak mungkin. Ya, kalian telah terpilih. Dan sepertinya, tugasku untuk mengumpulkan kalian telah tuntas. Pesanku hanyalah satu, jadilah kalian sebuah tim. Karena, banyak suku penguasa yang hanya mengandalkan ilmunya saja. Mereka tidak mengetahui bahkan kekuatan itu justru tercipta ketika mereka bersama. Selain itu, aku harus bertindak sebelum pasukan itu mengejarku sampai dimensi ini.
Besok-besok, kalian akan menemukan tim yang sama dengan kalian. Mereka akan membantu, asahlah kekuatan kalian sampai betul-betul yakin. Cepat atau lambat, hari itu akan datang.”
Tentu saja, kita semua melongo heran ditambah tidak terlalu mengerti. Apa dia sudah gila? Ada apa gerangan sampai dimensi ia sebut sebut? Lalu, dimana dimensi kita sebenarnya? Ini bukanlah rumah kita. Tapi, lebih banyak yang tertarik untuk melihat gelang mereka. Mematut-matut gelang itu dengan bergaya.
Zazz telah selesai memberitahukan semua yang perlu kita ketahui, dia menghembuskan nafas lega. Kini, kewajiban yang ia emban telah hilang. Dan kini, ia bersiap untuk pergi. Serasa tahu dia akan pergi, seseorang bertanya. “Tragedi apa?”
“Sebuah mutiara dari dimensi tingkat atas bertabrakan, mutiara yang selama ini membuat antara dimensi yang satu dengan yang lain tetap seimbang. Mutiara itu pecah, hancur menjadi beberapa bagian. Jika jatuh ke tangan orang yang salah, akan mengancam telak dunia dimensi ini. Satu lagi, nama kalian ada di gelang masing masing. Yaa, sekedar untuk mengingatkan..”
***
Mulailah kita menjalani hari-hari di rumah ini. Kita telah menjadi tim seperti yang disebutkan Zazz. Melewati hari-hari sulit, saling mendukung, dan masih banyak lagi. Sebenarnya, lebih tepatnya tiga hari di rumah itu. Karena besok-besok kita telah mendapati rintangan-rintangan itu.
Gelang itu. Mempunyai elemen hebat didalamnya, Zazz benar bahwa kita harus mengembangkan kekuatan ini. Aku sudah menuliskan kekuatan gelang teman-temanku di halaman atas (walau untuk yang perempuan belum, karena kita belum bertemu mereka). Dan seperti yang sudah kusebutkan di atas, ini masih awal dari segala rintangan itu. Dan jalan kita, para pendekar untuk menyatukan kembali mutiara itu.
Satu lagi, konflik pertama dalam ceritaku adalah. Mutiaraku tidak berubah warna ketika aku memfokuskan seluruh energiku ke gelangku itu. Karena itulah aku masih belum mengetahui kekuatan gelangku itu apa. Kekuatanku, kekuatan diriku. Sebut saja, Shawzz..
Jangan terkejut jika salah satu dari kita masuk ke dalam cerita lain, karena itulah perjuangan kita untuk mencari potongan-potongan mutiara itu.
Nantikan serialnya!