Kisah yang akan selalu terkenang dari ujung barat Nusantara ....
26/12/2004, 07.30 WIB
Hari itu, pagi itu, adalah saat-saat yang seharusnya menyenangkan bagi penduduk. Tepat akhir pekan, hari Minggu, ditambah lagi menjelang perayaan tahun baru. Sebuah saat yang tepat untuk melakukan aktivitas menyenangkan atau sekedar refreshing. Namun ternyata takdir berkata lain ….
Wahai kawan, pernahkah kau merasakannya? Mengalaminya sendiri? Jika melihatnya secara langsung, tentu kita merasa bayangan maut telah menghantui dari jarak yang sangat dekat. Bagaimana tidak, lautan yang selama ini terlihat tenang tiba-tiba airnya surut hingga di kejauhan sana. Dan setengah jam kemudian, bumm.. hanya air dan reruntuhan yang terlihat dimana-mana. Itulah yang terjadi di seantero Aceh saat itu.
Mengapa bencana yang disebut ‘tsunami’ tersebut bisa terjadi?
Ternyata diawali oleh gempa bumi berkekuatan 9.1 SR yang mengguncang Sumatera bagian utara dan sekitarnya saat itu. Tentu itu merupakan gempa yang sangat dahsyat. Bahkan USGS (United States Geological Survey) menyatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan gempa bumi terbesar ketigadi abad ke-20 setelah gempa Chili 1960 dan Alaska pada 1964.
Bayangkan saja, sudah terkena gempa yang sangat kuat, dihantam tsunami yang besar pula. Tentu ada banyak sekali kerusakan yang terjadi di sana. Secara total terdapat lebih dari 225 ribu korban jiwa dan ribuan bangunan mulai dari rumah, toko, properti, hingga gedung-gedung rata dengan tanah. Hampir seluruh masyarakat sekitar sana saat itu kehilangan minimal satu orang dari keluarganya. Sungguh sangat memprihatinkan.
Tetapi tahukah engkau, kawan? Masih ada satu bangunan tinggi yang tetap berdiri kokoh meski seluruh kota sedang diterjang air bah besar saat itu. Benar sekali, bangunan tersebut adalah Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Hebat, bukan? Bangunan megah tempat beribadah umat muslim tersebut seolah tidak merasakan sama sekali adanya hantaman tsunami besar saat itu. Bahkan berkat adanya masjid itu, ribuan masyarakat menjadi aman dan selamat dari luar sana.
Kira-kira apa penyebabnya? Mengapa masjid yang telah dibangun sejak abad ke-17 itu bisa tidak terkena dampak bencana tersebut? Menurut pendapat beberapa ahli arsitek, bangunan tersebut memiliki fondasi yang lebih kokoh dan kuat. Struktur bangunannya juga telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga apabila diperhatikan, hanya masjid itulah satu-satunya yang selamat dari ratusan bangunan lain di sekitarnya.
Namun sejatinya, itulah bukti tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah swt., dengan tetap berdirinya sebuah masjid agung yang telah berusia ratusan tahun meski dihajar air bah dalam jumlah yang sangat besar sekalipun. Tafsiran sederhananya adalah banyak orang yang melupakan kehadiran Allah dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Saat terjadi suatu musibah, barulah semua kembali kepada Yang Mahakuasa, memanjatkan doa dan harapan kepada Sang Pencipta.
Inti sari yang bisa kita ambil adalah jangan menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang kurang positif dan bermanfaat. Teruslah belajar, bekerja, dan berdoa. Dan jangan lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt. Jangan sampai karena banyak kelebihan yang dimiliki, kita jadi terlena dan melupakan tujuan utama akhirat. Karena kehidupan di dunia ini hanya sementara. Sesederhana itu.
“Belajarlah dari apa yang telah terjadi di masa lalu”