Belakangan ini, banyak orang yang lebih memilih mengonsumsi bahan pangan ini dibandingkan nasi.
Gandum merupakan jenis tanaman biji-bijian dari famili Poaceae yang kaya akan karbohidrat. Gandum masih berada dalam famili yang sama dengan beras, oat, jawawut, dan juga sorgum. Di Indonesia, gandum termasuk produk pertanian yang permintaannya cukup tinggi. Walaupun gandum bukanlah makanan pokok masyarakat Indonesia, tetapi masyarakat Indonesia bisa dibilang tidak mungkin tidak mengonsumsi makanan berbahan dasar gandum dalam kesehariannya. Tepung terigu, roti dan mie instan merupakan olahan gandum yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Karena itulah Indonesia selalu mengimpor gandum dari negara-negara pengekspor gandum. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan impor gandum terbanyak kedua di dunia setelah Mesir.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor gandum lebih dari 9 juta kilogram setiap tahunnya sejak tahun 2017 hingga tahun 2023. Volume impor gandum ini memiliki nilai yang berbeda setiap tahunnya. Tahun 2017 adalah tahun di mana nilai impor gandum yang paling melejit diantara tahun-tahun setelahnya. Gandum yang diimpor pada tahun ini mencapai 11,22 juta kilogram. Dan nilai impornya mencapai 2,6 miliar US $. Sedangkan pada tahun 2022, nilai impornya anjlok menjadi 9,35 juta kilogram. Ini menjadi pengiriman terendah selama 7 tahun terakhir.
Pengimporan gandum di Indonesia bukanlah tanpa alasan. Sebenarnya, gandum juga bisa ditanam di Indonesia walaupun tanaman tersebut bukanlah merupakan tanaman asli daerah tropis. Hal ini dikuatkan oleh fakta bahwa upaya penanaman gandum di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2000 oleh ahli teknologi pangan, yaitu Prof. Dr. Fg Winarno. Upaya tersebut memberikan jawaban bahwa gandum yang ditanam di daerah tropis akan terkena serangan dari berbagai macam hama. Selain itu, tanaman gandum di Indonesia bisa dibilang tidak mudah untuk berkembang. Sangat berbanding terbalik dengan tanaman beras yang telah tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Penyebab pertanian gandum di Indonesia tidak berkembang disebabkan karena tidak adanya usaha dari pemerintah untuk fokus mengembangkan gandum di Indonesia. Hal ini yang mengakibatkan menurunnya luas lahan pertanian gandum di Indonesia.
Selain itu, salah satu peneliti gandum dari UKSW Salatiga, yaitu Dr. Djoko Murdono, juga telah meneliti tanaman ini lebih dari 20 tahun lamanya. Dan ditemukan jawaban, bahwa salah satu faktor penting budidaya gandum adalah tanah. Uji coba penanaman gandum ini dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Kabupaten Klaten yang tanahnya cenderung berpasir dan Kabupaten Demak yang tanahnya berupa tanah liat. Hasil uji coba tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Selain tekstur tanah, manajemen air juga menjadi alasan mengapa hasilnya bisa berbeda. Gandum sebenarnya bisa ditanam di lahan sawit yang di mana sawitnya sedang diremajakan. Karena jika sawit sedang diremajakan, lahannya akan terbuka dan banyak tumbuh gulma atau tanaman pengganggu. Untuk mencegah tumbuhnya gulma ini, lahan sawit bisa digunakan untuk penanaman budidaya gandum.
Lembaga di Maros, Sulawesi Selatan yang menjadi pusat penyedia benih tanaman serealia, termasuk gandum menjelaskan bahwa gandum tropis adalah salah satu jenis gandum yang bisa dikembangkan di Indonesia karena dapat menyesuaikan dengan iklim Indonesia. Gandum jenis ini membutuhkan suhu yang dingin selama siklus hidupnya, yang bisa juga disebut dengan vernalisasi. Jadi, jika ingin ditanam di Indonesia, lingkungan yang cocok adalah lingkungan di ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Karena nyatanya, pada ketinggian tersebut gandum tropis terbukti dapat berkembang dengan baik. Tetapi di samping itu, gandum tropis yang ditanam pada ketinggian tersebut juga memiliki kendala akan lahan yang sempit. Oleh karena itu, jika Indonesia ingin mengembangkan gandum, dibutuhkan dukungan dan kebijakan dari pemerintah. Teknik dan juga teknologi harus terus dikembangkan dengan cukup baik, terutama dalam skala industri.
Sumber:
AdminGizi. 2023. “Mari kita Kenali Gandum bahan Utama Pembuat Tepung”. Program Studi Gizi, 8 Desember 2023, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://gizifpok.upi.edu/2023/12/08/mari-kita-kenali-gandum-bahan-utama-pembuat-tepung/>.
Echo Pramono. 2022. “Potensi Tanaman Gandum di Indonesia”. FPP UMKO, 10 Mei 2022, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://fpp.umko.ac.id/2022/05/10/potensi-tanaman-gandum-di-indonesia/>.
Sucahyo Nurhadi. 2022. “Pakar: Gandum Indonesia Potensial, Tetapi Belum Kompetitif”. VOA Indonesia, 16 Agustus 2022, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://www.voaindonesia.com/a/pakar-gandum-indonesia-potensial-tetapi-belum-kompetitif-/6703229.html>.
Muhammad Raden. “Bukan Karena Tak Bisa, Ini Alasan Indonesia Masih Impor Gandum”. Generasi Peneliti, 28 Agustus, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://generasipeneliti.id/tulisan.php?id=IDGf9aNHyG6VOS&judul=Bukan-karena-tak-Bisa.-Ini-Alasan-Indonesia-Masih-Impor-Gandum>.
Putri, Perdana Geofanny, Netti. 2021. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gandum di Indonesia”. IPB University, 2021, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106442>.
Erlina Santika. 2024. “Tren Impor Gandum Indonesia, Bahan Utama Pembuat Tepung Terigu”. databoks.katadata, 18 April 2024, dilihat pada 11 Agustus 2024. <https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/04/18/tren-impor-gandum-indonesia-bahan-utama-pembuat-tepung-terigu>.