baca
Di sebuah kisah diceritakan bocah kecil bernama Maarten. dia tinggal di sebuah desa ajaib bernama Crouze Village, dia adalah bocah yang suka sihir. Di suatu hari, Maarten tinggal di rumah bersama orang tuanya. Ibunya adalah peracik ramuan super dan ayahnya adalah seorang guru sihir di sekolah sihir, dia memiliki keris, buku dan sihir ajaib.
Ada satu geng jahat yang bernama Shyne, Shyne adalah geng yang pernah diasuh ayah Maarten, ayah Maarten adalah penyihir terbaik. Serta ayah Maarten memiliki senjata ajaib yaitu keris. Shyne berkhianat dan ingin mendapat jabatan ayah Maarten.
Dari umur yang ke 5, Maarten sudah belajar sihir bersama kedua orang tuanya. Maarten adalah anak yang rajin. Pada suatu hari Maarten bertanya, “Bu, apakah aku bisa seperti ayah pada suatu hari nanti?” Ibu menjawab “Bisa nak, kamu bisa menelusuri jejak ayah dengan belajar, bawalah keris ini sebagai senjatamu.” Maarten pun menjawab kembali “Siap bu, aku akan belajar segiat mungkin.” Sejak saat itu, Maarten pun selalu belajar setiap hari.
Suatu hari ayah Maarten diserang oleh Shyne. Maarten yang saat itu sedang tidak berada di rumah. dia yang sedang berguru di perguruan tinggi seketika menjadi panik saat mendapat kabar ayahnya diserang. Dia langsung terbang dengan membawa keris peninggalan orang tuanya bersama temannya. Tetapi ia tidak mendapati ayahnya berada di tempat tersebut karena di tempat penyerangan ayahnya itu sangat sepi, “Mana ada ayahku diserang, orang tempatnya sepi banget,” ucap Maarten, dia pun pergi meninggalkan tempat itu dan lanjut berguru.
Sepulangnya dari perguruan ternyata ayah Maarten tidak ada di rumah. Dia pun berfikir jika ayahnya sedang pergi. Dia pun tinggal bersama Ibunya selama 3 hari 3 malam. Lalu, dia pun tersadar sepertinya ayahnya bukan hanya diserang oleh Shyne, Maarten pun langsung bergegas pergi ke tempat perguruanya. Dia pun meminta tolong kepada teman-temannya yaitu Charlotte, Wilson, Robby, Ardy, Claryn, Luna dan Chole untuk membantu dirinya melawan Shyne.
Keesokan harinya, dia dan teman-teman seperguruannya pun berangkat menuju markas Shyne yang terletak di Trazmoz Village. sesampainya di markas Shyne, ia tak mendapati keberadaan ayahnya. Maarten yang kebingungan dan diliputi rasa panik pun terus berputar-putar mengelilingi desa, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berbagi tugas bersama temannya, supaya ayah Maarten cepat ditemukan.
Matahari sudah hampir tenggelam, tetapi ayah Maarten belum juga ditemukan. Maarten dan teman-temanya pun akhirnya beristirahat di desa itu.
bersambung....
Sebuah cerita fantasi karya Suheyakhansa Ipak Isnaini