mochammad-setya-airlangga #bahasa

Lautan Api (Bagian 1)

Bagian 1 dari 4: Cerita cerpen mengenai seseorang yang harus mengorbankan kotanya demi kemerdekaan

Saya menulis jurnal ini untuk merefleksikan diri sendiri, demi melepaskan pikiran, demi mengalih perhatian diri saya sendiri dari kondisi kita saat ini. Saya masih ingat saat saya baru berumur tujuh tahun, ketika saya melihat seseorang ditindih dan dibawa ke suatu tempat oleh orang-orang Belanda. Kemudian beberapa bulan kemudian saya melihat orang tersebut bersama keluarga dan saudara-saudara disuruh menanam tanaman kopi di sebuah lapangan saat saya sedang bermain dengan teman-teman. Untungnya pada saat itu ada seorang bapak yang melihat saya dan dengan diam, membawa saya jauh dari lapangan tersebut.

Satu tahun kemudian, saya dan keluarga harus pindah dari Mojokerto ke Bandung untuk mencari kerja yang lebih baik. Kemudian saat saya berumur lima belas tahun, saya melihat Bapak duduk di teras rumah, menangis setelah mendapatkan surat dari seorang tetangga. Saya tetap masih ingat apa yang Bapak mengatakan kepada saya.

“Dek, Desa kita dulu di Mojokerto kemarin sempat dihujani rudal. Mbah Kakung dan Mbah Putri sudah tiada Dek....”

Kemudian saat saya berumur sembilan belas tahun, saya melihat sebuah pasukan masuk ke kota. Saya melihat seragamnya para tentara dan menyadari bahwa mereka bukan tentara Belanda. Bendera di tangan mereka berwarna putih dan merah dengan bentuk yang mirip dengan sebuah matahari yang terbit atau terbenam. Beberapa hari kemudian saat saya dan teman-teman mendengar sebuah pengumuman dari seorang jenderal di radio.

“Kepada seluruh penduduk Hindia-Belanda, kami datang dari negara yang jauh untuk membantu kalian mendapatkan kemerdekaan kalian. Mulai dari hari ini, kalian tidak perlu pergi tidur dan merasa takut atas apa yang akan terjadi. Kita akan berjanji bahwa kalian tidak akan perlu tersengsara dijajah oleh negara lain! Kita akan membela kalian dan kalian akan menjadi negara merdeka!”

“Kami adalah orang Jepang! Dan kami adalah cahaya Asia! Kami adalah pemimpin Asia! Dan kami adalah pelindung Asia!”

Pada saat siaran tersebut sedang terjadi, kami mendengar tetangga-tetangga berteriak-teriak dengan gembira, mengucapkan syukur, dan seterusnya. Pada saat itu, kami juga ingin bersorak gembira seperti yang lain. Akan tetapi, saya tetap berjaga waspada. Serasa semua yang si jenderal ucapkan di pidato tersebut cuma basa-basi, bahwa mereka itu bukanlah pahlawan yang datang untuk menyelamatkan kita. Mereka hanya bilang semua hal tersebut supaya kita tidak bersiap menghadapi mereka dan supaya mereka bisa menjajah tanah air dengan mudah. Hingga tiga tahun kedepan, prasangka saya ternyata terbukti benar.

Selama tiga tahun, saya harus melihat teman-teman, saudara-saudara, dan semua orang yang saya sayangi menderita dan dikhianati oleh Jepang. Itu semua dimulai dengan iklan poster, spanduk, siaran radio, koran, dan sebagainya yang mengandung unsur-unsur tanah air dan kemerdekaan tiba-tiba hilang. Setelah itu, setiap saat aku memutarkan radio, hal-hal yang saya dengarkan hanya berita Jepang, musik Jepang, apapun yang fokusnya ke Jepang. Setiap hari saya perlahan-lahan melihat warna asli mereka. 

Setiap hari saya melihat Tanah Air kembali dijajah oleh negara yang dulu pernah menyatakan diri mereka sendiri sebagai penyelamat kita. Saya melihat para petani-petani dipaksa bekerja hingga tengah malam tanpa istirahat dan tanpa imbalan, anak-anak disuruh bekerja bagi mereka, harga barang-barang dinaiki sehingga barang-barang penting seperti makanan tidak terjangkau bagi penduduk biasa, dan barang-barang yang bisa digunakan untuk membantu Tanah Air malah digunakan untuk perang antar negara. Akhirnya pada suatu hari, saya secara sembunyi mengikuti kelompok muda yang di mana tujuan mereka adalah untuk melawan penjajahan yang sedang dilakukan oleh Jepang kepada kita, menyebarkan poster dan siaran yang akan membangkitkan rasa kemerdekaan, dan membantu membebaskan saudara-saudariku dari mereka.

Perlahan-lahan, saya melihat hasil dari perjuangan kita. Dimulai dari kritikan Jepang muncul di koran, buku, majalah, dan bahkan siaran radio pun akhirnya membuka suara mereka terhadap kondisi negara yang seharusnya sudah merdeka. Kemudian kelompok kita yang dulu mungkin cuma mencakup dua belas sampai dua puluh orang sekarang sudah hampir mencapai seratus anggota dan kita juga sudah memiliki koneksi dengan kelompok-kelompok dari berbagai daerah dan pulau dan bahkan orang-orang yang bekerja di pemerintahan. 

Akhirnya setelah sekian lamanya kita melawan militer Jepang, sebuah kabar gembira tiba-tiba datang pada suatu pagi. Di saat itu kita sedang rapat, mencoba untuk mencari tahu markas-markas Jepang yang mungkin masih ada di kawasan kampung kita kemudian secara tiba-tiba…

“Jenderal! Nyalakan radionya sekarang!!!”

“Sebentar-Sebentar, kenapa Pak Kantis? Kenapa kita perlu menyalakan radionya sekarang? Kita ini lagi rapat!”

“Pak, baru saja tadi ada pengumuman. Pak.. Kit-kita sudah merdeka pak”

“A-A-Apa??”

“Kita sudah merdeka, Bapak. Mungkin, mungkin akhir pertarungan ini akan tiba sebentar lagi…” 

Setelah itu, kita semua serentak langsung menyalakan radio terdekat kita dan iya, Pak Kantis benar. Kita sudah merdeka.


Proklamasi. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Djakarta, 17-08-1945.

Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta.”


Indonesia. Pada saat itulah saya mendengar nama negaraku yang asli untuk pertama kalinya. Saya sudah lama selalu mendengar dan diajari bahwa negara ini dipanggil sebagai Hindia-Belanda. Dan dengan sekarang kita sudah bebas setelah sekian lama, kita akhirnya punya nama. Kita akhirnya punya identitas, Indonesia!


Bagian 1 selesai.


Source gambar:

https://id.wikipedia.org/wiki/Bandung_Lautan_Api#/media/Berkas:Bandung_Lautan_Api.jpg

https://anri.sikn.go.id/index.php/kota-bandung-bagian-selatan-yang-dibakar-oleh-para-pejuang-sesaat-sebelum-ditinggalkan-menghasilkan-asap-tebal-yang-membumbung-tinggi-yang-bisa-terlihat-dari-kejauhan

https://id.wikipedia.org/wiki/Bandung_Lautan_Api

Islandia bertumbuh 5 cm setiap tahun

Islandia bertumbuh 5 cm setiap tahun

defaultuser.png
Adila
2 years ago
Bangsa Mongol

Bangsa Mongol

1757594567.jpeg
thallahblitzz.
4 months ago
Perpustakaan Gema

Perpustakaan Gema

https://lh3.googleusercontent.com/a/ACg8ocJGJGQuzoeNF4vHWaRr8QRZh0KRNyqr3TtS_EHnml35Hw_34w=s96-c
Almira Quinsha
2 months ago
Pro-Kontra 'Program Naturalisasi'

Pro-Kontra 'Program Naturalisasi'

1754498287.jpeg
M. Rifkyy
1 year ago
Hanjeli sebagai Alternatif Pangan dalam Negeri

Hanjeli sebagai Alternatif Pangan dalam Negeri

1714290832.png
Azhnrkhlf
2 years ago