Masjid yang dibangun sebelum adanya Wali Sanga.
Masjid saka tunggal banyumas, dilansir dari berbagai sumber, seperti detik.com dan banyak sumber lainnya, masjid saka tunggal yang terletak di desa Cikakak kecamatan Wangon, Banyumas di ketahui bahwa masjid tersebut adalah masjid tertua di Indonesia.
Masjid yang memiliki nama asli Masjid Baitussalam yang diketahui bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1288 seperti yang tertulis pada saka guru (tiang utama) masjid dan diperjelas pada kitab-kitab yang ditinggalkan oleh Kyai Mustolih sang pendiri masjid tersebut dan yang berarti bahwa masjid ini dibangun sebelum adanya wali songo.
Hal yang menarik dan membuat masjid ini dijuluki masjid saka tunggal adalah karena masjid ini di bangun hanya dengan satu saka tunggal yang artinya satu tiang dan bermakna bahwa manusia harus hidup lurus (dalam jalan Allah). Makna yang terkandung dalam arsitektur masjid ini adalah memiliki empat sayap yang menempel pada saka yang melambang kan “Papat kiblat pancer” yang berarti manusia sebagai pancer yang dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi. Pada mimbar masjid juga terdapat ukiran berupa dua buah surya mandala yang melambangkan dua pedoman umat muslim, yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Tradisi unik yang masih dilakukan sampai sekarang adalah dimana semua rangkaian shalat jum’at dilakukan berjamaah, mulai dari shalat Tahiyatul Masjid, Qabliyah Jumat, salat Jumat, Ba'diyah Jumat, shalat Zuhur, hingga Ba’diyah Dzuhur. Dan tradisi lain di masjid ini adalah tidak ada pengeras suara sehingga dalam mengumandangkan azan, terdapat 4 muadzin sekaligus yang bersamaan untuk mengumandangkan adzan. Berbeda dengan yang lain juga, biasanya muazin berpakaian yang biasanya menggunakan peci, kopiah, tetapi muazim yang mengumandangkan adzan di masjid saka tunggal menggunakan udeng atau pengikat kepala. Khutbah Jumat juga disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung jawa.
Masjid ini sudah mengalami beberapa renovasi. Sejak tahun 1965 masjid ini sudah dua kali di renovasi. Selain dinding tembok, juga diberi dinding anyaman bambu serta lapisan atap seng, Meski sebagian dinding telah direhab dengan tembok, tetapi arsitektur masjid tetap tidak diubah. Sehingga tidak ada perbedaan bentuk yang berarti dari awal berdiri hingga sekarang. Sedangkan tiang dari kayu jati yang menopang bangunan utama masjid dengan ukuran masih terlihat begitu kokoh. Selama ratusan tahun berdiri, warga dan jamaah di Cikakak sama sekali tidak mengganti bangunan utama yang ada di tempat itu, kecuali hanya membangun tembok sekeliling masjid sebagai penopang. Barang lainnya yang sampai sekarang masih tetap rapi dan dipelihara di antaranya adalah bedug, kentongan, mimbar masjid, tongkat khatib dan tempat wudhu.
Jika anda ingin mengunjungi ke masjid ini, tidak heran jika kalian bertemu dengan banyak monyet-monyet disana, yang konon monyet tersebut adalah jelmaan dari santri yang nakal, seperti hal nya sifat monyet yang nakal, susah diatur dan suka mencuri. Namun, monyet-monyet disana jinak dan hidup berdampingan dengan warga desa Cikakak. Masjid ini juga sudah berstatus sebagai benda cagar budaya/situs yang tertulis pada sebuah papan peringatan di sekitar masjid. Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kabupaten Banyumas merupakan Benda Cagar Budaya/Situs dengan nomor 11-02/Bas/51/TB/04 dan dilindungi undang-undang RI No. 5 tahun 1992 dan PP nomor 10 tahun 1993.
Itulah sekilas tentang Masjid yang konon katanya masjid tertua di Indonesia sebelum adanya wali songo.
Sumber:
https://duniamasjid.islamic-center.or.id/81/masjid-saka-tunggal/
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Saka_Tunggal_Banyumas
https://tirto.id/sejarah-masjid-saka-tunggal-banyumas-dibangun-sebelum-majapahit-gdl2
Sebuah cerita fantasi karya Muhammad Wiryo Soeripto yang mengajarkan kepada kita untuk jan...