Satu sifat ini menjadikan iblis yang dulu mulia menjadi hina, karena tidak mau bersujud kepada Adam. Iblis merasa bahwa dirinya lebih mulia daripada tanah liat. Allah pun tidak menyukai dengan sikap iblis, sehingga Dia mengeluarkan iblis dari singgasana surga.
Sifat arogansi adalah sebuah perasaan yang menyatakan keakuan yang sangat akut, perasaan dimana dirinya merasa lebih baik dari yang lain, merasa bahwa orang lain adalah rendah. Arogansi ini adalah masalah sosial yang seolah menjadi Tuhan, ia merasa lebih berhak mengatur segalanya.
Apakah Iblis menggoda ketika manusia melakukan kesombongan? Iblis pun menyukai orang yang sombong. Ia tidak perlu menggodanya lagi, sebab sifat sombong ini memilki frekuensi yang sama dengan para Iblis. Merasa paling apik. Seperti yang dijanjikan oleh Allah, bahwa Iblis memiliki tempat yang biasa disebut neraka, begitu juga dengan orang sombong. Hal tersebut ditegaskan oleh Hadis Nabi.
Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim).
"Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri."
-Terjemah dari Al - Qur'an Surat Luqman ayat 18
Sikap yang paling mencolok dari orang yang sombong adalah dengan berjalan dengan rasa angkuh. Sikap ini hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Bumi pun sebagai makhluk ia menolak untuk menampung orang sombong.
Hal yang berbahaya dari kita adalah, kala kita tidak mengetahui bahwa diri kita telah dirasuki sifat sombong bisa jadi Hati kita telah dibuat mati oleh Allah SWT, Kematian Hati adalah bencana yang terbesar dari manusia.
Memalingkan wajah dari manusia juga menjadi sifat sombong, sebab ia merasa bahwa wajahnya hanya untuk yang ia anggap lebih tinggi darinya saja. Memalingkan wajah juga dapat berati tidak ingin berbicara ataupun mengobrol dengan manusia lainnya.
Kehancuran yang dimaksud bersifat nyata, artinya terjadi dalam dirinya sendiri ataupun luar dari dirinya. Kehancuran ini memiliki dampak yang luas, sebabnya kesombongan ini membuat orang lain ikut berfikir bahwa bagaimana kita bisa maju ketika sebuah pendapat tidak ingin diterima? atau lebih tepatnya bagaimana cara kita bisa berkembang ketika digagas oleh orang yang sekarep dewe. Sifat dari kesombongan ini juga menjadi perusak dari jalannya sebuah kreasi, inovasi dan apresiasi. Lantas, apakah kita sebagai Tuhan yang memang memilliki hak untuk berlaku sombong atau sebagai manusia yang memiliki hak untuk bersyukur?